Translate

Telusuri via Blog Ini

Kamis, 30 Juni 2011

Masa Depan Tuhan



Ditulis oleh Prof Dr Komaruddin Hidayat
Jumat, 24 Juni 2011 09:45
Judul di atas adalah judul buku baru karangan Karen Armstrong, "Masa Depan Tuhan" (2011) dalam edisi bahasa Indonesia. Aslinya The Case for God: What Religion Really Means.
Armstrong adalah penulis keagamaan yang serius, tradisi risetnya kuat, sehingga pantas jika lebih dari 15 bukunya masuk ranking terlaris di dunia. Tuhan dalam kajian Armstrong adalah Tuhan yang menyejarah, yang hidup di tengah dan bersama pemeluknya,Tuhan yang kemudian melahirkan komunitas orang beriman dan sekian banyak tradisi dan institusi agama.
Jadi, Tuhan sebagai Yang Mahatinggi dan Absolut tentu tidak dibatasi waktu, tak mengenal kemarin, sekarang, dan masa depan. Bahkan juga tidak terpahami oleh akal pikiran. Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering dangkal, kata Armstrong (hlm 9).
Di samping menyajikan dinamika jejak-jejak Tuhan dan pengaruhnya dalam sejarah manusia, buku ini secara tidak langsung menjawab paham ateisme modern yang berciri sangat rasional dan ilmiah (scientific atheism) yang telah memukau masyarakat modern dan anak-anak muda di Barat.
Selama abad ke-16 dan ke-17, di Barat lahir peradaban baru yang diatur dengan rasionalitas ilmiah dan ekonomi yang berbasis pada teknologi serta penanaman modal. Sejak itu satusatunya ukuran kebenaran adalah metode ilmiah. Logos mengalahkan mitos. Padahal di dalam mitos keagamaan terkandung kebenaran dan kebajikan yang tidak dapat dijangkau oleh logos.
Tafsiran yang serba rasional atas agama menimbulkan dua fenomena baru yang sangat khas: fundamentalisme dan ateisme (hlm 19). Selama ini tokoh yang mengembangkan paham ateisme selalu merujuk pada Feurbach, Karl Marx, Nietzsche, atau Freud yang muncul di abad ke- 19.Tetapi sekarang bermunculan paham ateisme baru yang dimotori terutama oleh Richard Dawkin,Christopher Hitchens, dan Sam Haris.
Dalam karya-karya mereka akan ditemukan argumentasi ilmiah kontemporer untuk menyerang umat beragama yang masih mempercayai Tuhan dan campur tangan- Nya dalam sejarah. Terhadap serangan dimaksud, buku Armstrong ini turut berdiri sebagai pembelaan terhadap eksistensi agama-agama.
Logika dan pendekatan ilmiah,terlebih yang mengandalkan paham empirisisme-positivisme, tidak akan pernah mampu memotret dan menganalisis misteri kehidupan,keberagamaan dan kebertuhanan. Berbagai karya Armstrong secara serius berhasil menyajikan betapa agama dan keyakinan pada Tuhan selalu hadir pada panggung sejarah dan turut memengaruhi manusia memaknai hidupnya.
Agama, keyakinan dan pemahaman terhadap Tuhan, senantiasa berinteraksi dengan perkembangan sejarah sebuah masyarakat dengan segala aspeknya. Karena itu, katanya, memahami kitab suci hanya sebatas kata-kata literernya akan menyesatkan dan mengalami reduksi, tidak sampai pada pesan inti agama.
Di sisi lain,arogansi ilmiah dalam memahami agama telah mendorong munculnya respons balik berupa fundamentalisme agama. Perubahan mind-set pemahaman agama dan kehidupan di Eropa sangat dipengaruhi oleh ekspedisi Christopher Columbus pada 1492 yang berhasil menemukan benua baru Amerika, yang disponsori Raja Katolik Ferdinand dan Isabella.
Berita keberhasilan ini menyebar bagaikan wabah baru, bahwa di luar Eropa ternyata ada dunia lain yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Jadi, ekspedisi, eksplorasi,perpindahan penduduk dan penyebaran informasi baru selalu melahirkan sintesa budaya baru, yang diawali dengan masalah dan tantangan baru.
Hari ini,apa yang terjadi pada abad ke-15 di Eropa telah merata di seluruh dunia melalui jejaring internet dan dunia maya. Masyarakat terkondisikan untuk berani melampaui batasbatas dunia yang diketahui. Perjumpaan dan benturan berbagai tradisi dan informasi budaya serta agama ini telah membuat sebagian besar umat beragama gamang dan kaget (shocked).
Bahwa klaim kebenaran, keilahian, dan surga ternyata juga dimiliki oleh kelompok umat agama lain. Sementara itu, ada juga kelompok yang secara gigih menentang adanya Tuhan dan ingin menghapus agama. Perasaan tidak nyaman dan terancam dalam beragama inilah akar munculnya gerakan fundamentalisme.
Mengutip Armstrong,fundamentalisme adalah iman yang sangat reduktif. Dalam kecemasan dan ketakutan mereka, kaum fundamentalis sering mendistorsi tradisi yang mereka coba bela, misalnya dengan sangat selektif baca ayat-ayat kitab suci yang membenarkan kekerasan dan permusuhan terhadap umat yang berbeda keyakinan (hlm 470).
Kaum fundamentalis yakin bahwa mereka berjuang atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya religiositas jenis ini mewakili kemunduran dari Tuhan (hlm 471). Demikianlah, dunia terus berputar.Sejarah terus bergulir merekam sepak terjang pemikiran dan perilaku manusia. Agama pun sering kali jadi sasaran kritik dan caci maki.
Tetapi nyatanya agama tetap hidup dan berkembang.Tuhan selalu berada di hati manusia. Ini membenarkan pandangan yang mengatakan bahwa ”agama memiliki seribu nyawa”. Kalaupun mati satu, masih lebih banyak yang bertahan hidup.
Orang boleh saja mengkritik perilaku umat beragama dan berbagai institusi keagamaan yang dibangunnya, tapi kesadaran,kebutuhan dan keyakinan agama masih tetap menggelora. Dengan agama seseorang mencari makna dan tujuan hidup yang lebih hakiki dan mulia.

Rabu, 29 Juni 2011

XII. QUR’AN SURAH XII : YUSUF




XIV. MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH

TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

    XII.  
QUR’AN SURAH  XII :   YUSUF

TOPIK SENTRAL SURAH:
Nama judul surah ini terdapat pada seluruh surah, karena surah ini hanya  berceritera tentang kehidupan Yusuf, mulai kecil sampai tua. Tuhan menyebut biografi Yusuf itu dengan ‘ahsanil qoshosh’. Mula mula diceriterakan tentang mimpinya dan diramalkan oleh ayahnya Yaqub, bahwa ia akan dianugerahi kemahiran membaca takbir mimpi. Karena saudara saudaranya dengki dan iri terhadapnya karena ayah mereka lebih mencintai Yusuf daripada mereka, maka Yusuf kemudian disingkirkan, namun Tuhan menolongnya dengan adanya orang Mesir yang mengambilnya. Fitnah kedua menimpa Yusuf, sampai dia masuk penjara. Namun karena dia mampu menakbirkan mimpi  raja , dia diampuni dan dijadikan salah satu menterinya. Dia mampu menyelamatkan Negara, waktu ada musim kemarau panjang. Kemudian waktu bertemu dengan saudara saudaranya kembali, Yusuf tidak mendendam, malah berusaha untuk mengembalikan keutuhan keluarganya.
TEMA  SURAH.
Cerita suatu keluarga yang dimuliakan Tuhan dengan beberapa kelebihan. Tidak disebutkan hubungan dengan kaumnya, sehingga apakah Yakub dan Yusuf itu seorang Rasul, tidak ditegaskan dalam surah ini, hanya pada ayat penutup surah disebutkan bahwa kisah para Rosul itu menjadi pelajaran bagi orang orang yang berakal. Menurut ayat  3 dan 110 dapat disimpulkan bahwa ceritera ini untuk memperkuat kerasulan Muhammad. Dari ceritera  itu dapat disimpulkan bahwa bila manusia itu mengikuti kata nuraninya, dia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Surah ini menjelaskan QS. 30:30. Juga bahwa diberikan kelebihan oleh Tuhan dapat menjadi fitnah bagi manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini menunjukkan bahwa manusia MUDAH MENGIKUTI WAHYU, asal dia mau mendengarkan KATA NURANI/FITROH-nya. Nuranilah yang mampu melawan kecenderungan manusia [nafs-nya] yang melekat dalam takdirnya .
XIII.   QUR’AN SURAH  XIII :   AR-RA’D/GURUH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 13 yang merupakan bagian dari topik pertama yang merupakan topik sentral surah. Topik ini menyatakan bahwa guruh itu pada hakekatnya BERTASBIGH pada Tuhan, senafas dengan para malaikat. Selanjutnya dipaparkan tentang ke-Maha Kuasanya Allah, yang dilukiskan melalui fenomena alam. Seterusnya diikuti dengan pernyataan yang unik, ialah bahwa fenomena yang dahsyat itu tidak perlu menbuat manusia tercengang, yang harus membuat manusia tercengang seharusnya sikap manusia yang memungkiri hari akhir !.  Dijelaskan selanjutnya bahwa fenomena alam baik yang menakutkan maupun yang menakjubkan manusia itu pada hakekat merupakan suatu peristiwa “ungkapan tasbigh”/cara makhluk Tuhan sujud dihadapan Kholik. Bagi manusia cara sujud telah diajarkan para Rasul, diantaranya ialah do’a.
TEMA  SURAH :
Dari kandungan topik sentral diatas, manusia disadarkan akan KEMAKHLUKAN-nya, melalui suatu ungkapan yang sangat unik : mengapa manusia tercengang menyaksikan peristiwa fenomena alam?.  Seharusnya manusia harus merasa heran, mengapa manusia tidak menyakini akan datangnya hari akhir!!Saksikan peristiwa alam disekitar kita !.  Kecuali memberi bukti bahwa akan ada hari akhir bagi kehidupan ini, juga menggambarkan bagaimana tiap makhluk tidak terkecuali, dengan caranya sendiri bertasbigh dan sujud pada Tuhan, dimana dan kapanpun. Mengapa manusia, khalifah-Nya justru  tidak ?!.  Tema sentral ini mengajarkan bagaiman menghadapi alam, bahwa alam itu makhluk Tuhan yang juga sujud padaNya, sehingga alam itu selalu tunduk pada tujuan penciptaannya, ialah alam diciptakan untuk kepentingan manusia demikian rupa sehingga memungkinkan manusia untuk hidup beribadah pada Tuhannya didunia ini. Manusia disamping harus menggunakan alam, juga wajib menjaganya sebagai khalifah Tuhan di bumi ini.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini menyadarkan manusia bahwa bagaimanapun manusia itu TETAP MAKHLUK dan WAJIB bagi setiap makhluk BERTASBIGH, sangat mengherankan bila makhluk tidak mau sujud.
XIV.   QUR’AN SURAH  XIV :   IBRAHIM.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 35, yang merupakan ayat pembuka topik ke 3, topik sentral surah. Topik ini hanya berisi do’a Nabi Ibrahim:
R  Mohon supaya Tuhan menjadikan negeri ini aman sentausa dan jauhkan aku dan anak cucuku dari menyembah berhala
R  Bahwa berhala itu telah menyesatkan manusia, dan siapa yang mengikuti Ibrahim termasuk golongannya dan siapa yang mendurhakai-ku ,maka Tuhan Maha Pengampun.
R  Bahwa Ibrahim telah menempatkan keluarganya didekat baitulloh, meskipun berupa tanah yang tandus, agar mereka tetap sujud dan hatinya selalu merindukan Tuhan, mohon diberikan rezki yang berupa buah buahan, agar mereka bersyukur.
R  Mensyukuri  anugerah Tuhan yang berupa anak anaknya dihari tuanya, sesungguhnya Tuhan itu Maha Mendengar do’a.
R  Supaya dirinya dan anak cucunya tetap mendirikan shalat
R  Diampuni dirinya, ibu- bapaknya dan semua orang yang beriman pada hari perhitungan.
TEMA SURAH :
Tema ini berupa do’a, ialah suatu keinginan/PILIHAN dari Nabi Ibrahim yang dapat disimpulkan maknanya, bahwa dia memilih kehidupan ditanah tandus, karena itu yang mendekati Tuhan, sehingga terjauh dari politheisme, dapat tetap sujud pada Tuhan dan mensyukuri apa yang diberikan-Nya.  Inilah hakekat pilihan hidup seorang muslim.   
SUDUT PANDANG SURAH :
Satu satunya PILIHAN bagi manusia ialah MENDEKATKAN DIRI pada Tuhan, kalau perlu memilih kehidupan yang tandus dan gersang atau berani mengikis hubbud-dunia/kecintaannya pada dunia.
XV.   QUR’AN SURAH  XV :   AL-HIJR/DAERAH PEGUNUNGAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 80, yang merupakan bagian dari topik surah ke 3 yang menceriterakan tentang kaum kaum yang mengingkari para Rasulnya, sehingga dibinasakan Tuhan. Bermacam macam perilaku yang dilarang Tuhan, namun mereka tetap mengabaikannya sehingga datanglah saatnya adzab Tuhan membinasakannya, termasuk penduduk Hijr yang telah memahat gunung menjadi rumah mereka. Rumah yang seharusnya kuat dan tahan hancur.
TEMA  SURAH :
Dari topik itu dapat disimpulkan bahwa bagi tiap kaum atau negeri memiliki batas hidupnya bila mereka berperilaku bathil dan setelah datang peringatanpun masih tetap diteruskan. Datangnya peringatan itu merupakan titik batas permulaan kejayaan atau kehancurannya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Datangnya peringatan dari Tuhan merupakan BATAS PENENTU hidup manusia selanjutnya. Bagi manusia zaman sekarang batasnya ialah diturunkannya Al-Qur’an, tidak ada  alasan bagi kita untuk menunda-nunda mengikutinya.  Artinya sebelum kita lahir batas/point of no return itu telah datang.
XVI.   QUR’AN  SURAH  XVI :   AN-NAHL/LEBAH
TOPIK SENTRAL SURAH:
Nama judul surah terdapat pada ayat 68 dan 69 yang merupakan bagian topik ke 5, dimana dinyatakan tentang rahmat Tuhan: menurunkan hujan untuk menghidupkan bumi, binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan manusia, pohon kurma dan anggur dan mewahyukan lebak untuk membuat sarangnya dipepohonan dan makan dari beraneka ragam bunga, yang menghasilkan madu yang sangat berguna bagi manusia, maka tempuhlah jalan Tuhanmu [shiratol mustakim] yang telah diciptakannya untukmu. Dengan jalan ini manusia akan berguna seperti lebah yang menghasilkan madu yang merupakan obat bagi manusia.
TEMA  SURAH :
Dari kandungan topik itu dapat disimpulkan bahwa Tuhan menciptakan segala kebutuhan manusia dan memberi WAHYU pada lebah sehingga ia sangat berguna bagi manusia. Di-isyaratkan disini bahwa fungsi wahyu itu untuk memberikan kemampuan bagi yang mengikutinya menjadi makhluk yang berguna. Manusiapun diberi wahyu yang berupa Al-Qur’an. Ini mengandung arti bahwa fungsi Al-Qur’an itu sama dengan fungsi wahyu yang diberikannya pada lebah dan diikuti oleh lebah, sehingga lebah menjadi sangat berguna. Kalau manusia mau berguna hidupnya, maka dia harus mengikuti wahyu.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah menegaskan tentang fungsi wahyu. Siapa yang mau berguna dalam kehidupan duniawi ini, ia harus mengikuti wahyu dan sebaliknya siapa yang tidak mengikuti wahu, pasti akan merusak kehidupan ini.
XVII.   QUR’AN  SURAH  XVII :  AL- ISRO’ - BANI ISRAIL
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah yang pertama terdapat pada ayat pembuka surah, yang menyatakan, bahwa Tuhan telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari masjidil Haram ke masjidil Aqso untuk memperlihatkan padanya tentang tanda-tanda kebesaran-Nya. Nama yang kedua terdapat mulai dari ayat kedua dan banyak ayat-ayatnya yang lain, seolah-olah surah ini ditujukan pada Bani Israil, yang menceriterakan sikap Bani Israil mulai dari nenek-moyangnya, ialah turunan mereka yang diselamatkan dengan Nabi Nuh sampai pada zaman Musa dan ‘Isa.
TEMA SURAH :
Sulit untuk sekaligus memahami tema sentral surah ini, kalau kita tidak melihat kandungan seluruhnya. Ayat pertama dapat kita mengerti sebagai salah satu mu’jizat yang diberikan pada Muhammad dan ada lagi semacamnya ialah ayat 60 yang diantaranya dikatakan: Kami jadikan ru’yah yang Kami perlihatkan padamu, sebagai ujian bagi manusia dan demikian pula pohon yang terkutuk dalam neraka. Salah satu bukti yang selalu diminta manusia untuk membuktikan kebenaran kerasulan seseorang ialah mu’jizat.
Dalam surah ini Tuhan mengenalkan mu’jizat yang pernah diberikannya pada Muhammad dan mu’jizat yang dikandung Al-Qur’an ialah kisah kisah kaum terdahulu yang benar, bukan yang dikarang manusia. Jadi tema sentral surah ini, ialah :
R  Ditunjukkan mu’jizat yang diberikan Tuhan pada Muhammad, yang berupa kisah kisah kaum terdahulu yang benar, bukan kisah-kisah Israiliat yang banyak dikarang oleh bani Israil untuk menyesatkan manusia.
R  Kisah perjalanan Bani Israil mulai asal usulnya sampai diperingatkannya beberapa kali oleh Tuhan melalui beberapa Rasul- rasul-Nya.
Jadi tema sentral surah ini ialah makna fungsi Al-Qur’an sebagai KRITERIA untuk segala sesuatu yang menyangkut fenomena kehidupan, termasuk kisah kuno Bani Israil yang selalu diperselisihkan tentang kebenarannya.. Kisah kisah dalam Al-Qur’an inilah yang meluruskan ceritera Bani Israil yang banyak diceriterakan oleh kaum Yahudi yang dapat menjerumuskan kaum Muhammad.  

SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini menunjukkan bahwa satu satunya UKURAN / KRITERIA untuk segala sesuatu ialah Al-Qur’an. Juga untuk Bani Israil yang telah menerima Taurot. Al-Qur’an merupakan hudaa dan furqon yang lebih sempurna daripada Taurot. Kalau kita tidak mamahaminya, maka wajib bagi kita untuk menelaah lebih jauh, bukan 
meninggalkannya atau mengabaikannya..


Bersambung    surat  ke  18

Senin, 27 Juni 2011

XIV. MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH

TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

Kalau kita baca nama nama judul surah surah Al-Qur’an, sulit bagi kita untuk dengan cepat menebak maknanya, baik logika maupun hubungannya dengan tujuan kandungan Al-Qur’an dan kandungan tiap tiap surahnya. Dalam bab. XI. telah diterangkan, bahwa nama nama judul surah dapat dikategorisasikan dalam 3 golongan / dimensi:

R  Dimensi Ketuhanan, ILAHIYAH
R  Dimensi Ke-Manusiawian, INSANIYAH Dan
R  Dimensi Ke-Alamian, ALAMIYAH

Dengan argumentasinya. Sekarang kita ingin melihat lebih jauh makna nama nama itu dalam kerangka wajah Al-Qur’an sebagai hudaa dan furqon dan dalam kerangka kandungan tiap surah.
Biasanya nama judul surah terdapat dalam salah satu ayat atau lebih, dalam surat itu, kecuali 2 surah yang nama judulnya tidak terdapat dalam salah satu ayatnya ialah : QS. 21, surah Al-Anbiyaa  dan QS. 112, surah Al-Ichlas, namun masih mudah mendeduksinya dari pokok kandungan surah nya. Mari kita lihat makna nama judul tiap surah dalam Al-Qur’an :
1.        QUR’AN SURAH I : 
Al-Fatechah / Pembuka ; Ummul Kitab / Induk Kitab ; Al-Kanz / Perbedaharaan ; Al-Wafiyah / Sangat Sempurna ; Al-Kafiyah / Mencukupi ; Al-Hamdu / Pujian ; Asy-Syukur / Rasa Sukur ; Ad-Du’au / Permohonan ; Asy-Syafiyah / Penyembuh;Asy-Syifa / Penawar  dan As-Sab’ul Matsani / 7 Yang Diulang-Ulang.
Nama judul ini hanya Al-Hamdu yang terdapat dalam ayat ke 2 nya, yang lain tidak ada, namun dari yang lain dapat disimpulkan :
  1. Pembuka surah merupakan suatu introduksi yang mengandung pokok pokok pemikiran dan subjek kandungannya.
  2. Ummul kitab menunjuk pada makna induk yang berarti tempat sumber acuan dari   kandungan surah surah yang lain.
  3. Perbendaharaan mengandung arti bahwa surah ini mengandung semua unsur unsur  pokok dari seluruh konsep-kunci/key consept  kitab.
  4. Sempurna bukan dalam arti semua ada, tetapi kerangka yang mampu dikembangkan
  5. Mencukupi menunjuk tidak memerlukan penambahan konsep dari luar.     [Konsep konsep luar yang digunakan hanya untuk membantu pemahaman, sehingga tidak mungkin identik maknanya].
  6. Pujian dalam ayat kedua ditentukan bahwa pujian hanya pada Allah, berarti hanya   Dia yang patut dan berhak di-puji, sebab hanya pada Dia manusia bergantung.
  7. Syukur menunjuk pada pokok sikap manusia karena diturunkannya kitab dan seluruh kebutuhannya.
  8. Permohonan menunjukkan hakekat yang dibutuhkan manusia ialah shirotol-mustakim jalan untuk mencapainya, karena hanya inilah yang tidak mungkin dapat diketahui manusia tanpa petunjuk-Nya.
  9. Penyembuh
  10. Penawar menunjuk pokok fungsi kandungan kitab terhadap penyakit manusia dan apa  yang dimaksud dengan penyakit manusia akan terdapat dalam surah surah yang lain.
  11. 11.  Tujuh yang di-ulang-ulang menunjukkan bahwa ayat ayat dalam surah ini akan di ulang-ulang dalam surah surah yang lain. Diulang tidak berarti hanya diulang bentuk  kalimatnya dan kandungannya saja, tetapi juga dapat berarti pendalaman makna kandungannya, atau  penjelasan, perluasan serta argumentasi dan lain sebagainya.
Makna nama judul surah menunjuk pada topik topik kandungannya dan kalau kita kaji, dapatlah kita menyimpulkan bahwa pokok kandungan surah ini menunjuk pada hakekat sikap bathiniyah/ keyakinan manusia yang  melahirkan kesadaran akan apa dan siapa dirinya atau secara singkat melahirkan ‘kesadaran KEMAKHLUKAN‘ manusia, yang seterusnya akan menciptakan ADAB BUDAYA  MONOTHEISTIK.
2.        QUR’AN SURAH  II :  AL- BAQARAH / SAPI BETINA.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Surah ini merupakan surah yang terpanjang dan mengandung ajaran yang terlengkap daripada surah surah yang lain. Nama judulnya terdapat pada ayat ke 67 - 74. yang merupakan salah satu topik surah, topik ke 3 yang meliputi ayat 40 s/d 74. Topik ini menceriterakan tentang sejarah Bani Israil yang dimulai dengan :
R  Diperintahkan supaya Bani Israil menetapi janjinya terhadap Tuhan , berimanlah pada Al-Qur’an yang membenarkan Taurat, jangan menukar ayat ayat Tuhan dengan harga murah, jangan mencampur adukkan kebenaran dengan kebathilan, mendirikan salat dan membayar zakat, menyuruh orang lain apa yang tidak dia kerjakan, minta tolonglah hanya pada Tuhan serta sabar dan sholat, meskipun sholat itu berat sekali, kecuali bagi mereka yang khusuk, ialah mereka yang yakin akan pertemuan dan kembalinya pada Tuhan.
R  Selanjutnya diingatkan akan nikmat nikmat yang telah diberikan Tuhan pada Bani Israil, mulai sielamatkannya dari Fir’aun, diberinya tempat tinggal, diturunkannya Taurot, diampuni Tuhan waktu menyalahi perintah-Nya dengan mengambil anak sapi/‘ijlun sebagai Tuhannya dan waktu mereka dituntun Tuhan menuju ke tempat tinggalnya yang baru dan diberi rizki yang banyak dan ketika mereka kehausan dan minta Musa untuk mencarikan air dan ketika mereka mengangkat janji untuk mengikuti Taurot, mereka selalu membuat kerusakan dan mengingkari janjinya. Topik ini ditutup dengan ceritera tentang suatu kejadian pembunuhan, dimana mereka saling menuduh. Kemudian Tuhan memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi betina/baqarah, yang digunakan untuk membuktikan siapa pelakunya; mereka selalu mengajukan pertanyaan yang banyak tentang sifat sapi itu, sehingga hampir saja mereka tidak memenuhi  perintah Tuhan. Ayat penutup topik ialah keterangan Tuhan bahwa mereka itu hatinya menjadi keras, sekeras batu.

TEMA SURAH:
Dari topik ini dapat disimpulkan bahwa, meskipun manusia tahu bahwa telah banyak kenikmatan diberikan Tuhan padanya, juga diturunkannya Al-Qur’an ini demi kebaikan manusia sendiri, namun tetap saja manusia itu condong untuk menghindari mengikuti jalan/ perintah Tuhan dengan cara BERDALIH.
SUDUT PANDANG SURAH:
Manusia harus menyadari bahwa dirinya itu memiliki kecenderungan BERDALIH yang sesungguhnya merupakan suatu upaya untuk menghindari tuntunan Tuhan cq. petunjuk-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an.
3.        QUR.AN SURAH  III:   ALI IMRON
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ayat 33 s/d 63, yang merupakan topik ke 3 dan menceriterakan tentang keluarga Imron, suatu keluarga yang beriman dan disejajarkan Tuhan dengan keluarga  Nabi Adam, Nuh serta Ibrahim yang dilebihkan Tuhan dari segala isi alam. Isteri Imron memohon pada Tuhan agar diberi keturunan anak lelaki yang sholeh dan berchidmat pada Tuhan. Namun Tuhan memberinya anak wanita, Maryam, yang sholeh dan terpilih untuk melahirkan seorang Rosul melalui suatu peristiwa yang diluar kebiasaan alam; ialah Nabi ‘Isa a.s. Kejadian kelahiran seorang anak diluar kebiasaan alam itu juga telah dialami oleh keluarga Nabi  Zakaria yang telah tua renta serta isterinya yang mandul, yang melahirkan Nabi Yahya,
Didalam topik ini disisipkan pernyataan bahwa kejadian kejadian masa lampau itu tidak mungkin diketahui Muhammad yang ummi, kalau tidak diwahyukan Tuhan padanya (44), yang berarti memperkuat akan kerosulannya, yang menolak pernyataan kaum Nasrani, bahwa Isa itu putra Tuhan dan meninggal di palang salib. ( 55).
TEMA  SURAH :
Tema ini merupakan kelanjutan tema sentral QS. surah ke 2, karena meskipun kecenderungan manusia itu suka berdalih, namun ada manusia yang mau tunduk pada kehendak Tuhan, seperti keluarga Imron, sehingga diangkat derajadnya sejajar dengan para Nabi. Do’a yang dipanjatkan keluarga semacam itu akan dikabulkan Tuhan, meskipun diluar kebiasaan alam, yang berarti bahwa hubungan langit dan bumi ini masih tetap terbuka. Hubungan ini bisa dicapai hanya oleh orang orang yang beriman. Sifat rahman dan rahim yang menunjukkan kepedulian Tuhan pada hambanya yang ‘ tidak berdalih ‘ dapat dirasakan.
Inilah tema surah , yang mewarnai seluruh kandungannya - pernyataan ayat ayatnya menjadi bukti akan kepedulian Tuhan pada hamba-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Hanya kepada HAMBA-NYA, keluarga yang beriman, hubungan langit dan bumi dapat dipertahankan.

4.        QUR’AN SURAH  IV:   AN- NISAA / WANITA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada  Topik pertama mulai dari ayat 1 s/d 28. Surah dibuka dengan perintah untuk bertakwa pada Tuhan yang menciptakan umat manusia dari nafsin wahidah/diri yang satu, dan menjadikan daripadanya isterinya, kemudian dari keduanya dikembang-biakkan menjadi pria dan wanita yang banyak. Kemudia langsung diikuti oleh ayat yang memerintahkan untuk memelihara anak yatim, masalah poligami dan hukum tentang perkawinan, warisan yang dihubungkan dengan suatu peringatan yang menghawatirkan meninggalkan turunan yang lemah dan larangan memakan harta anak yatim dan kembali pada hukum warisan.
Kemudian diteruskan dengan hukum tentang perzinaan, homosexualitas dan lesbianisme, tanpa menutup  jalan kembali melalui taubat. Selanjutnya diterangkan tentang cara pemilikan wanita dan menggaulinya, cara penceraian, yang diikuti dengan 15 macam wanita yang tidak boleh dinikahi.
Topik ditutup dengan ayat yang menerangkan bahwa dengan ayat ayat tersebut diatas Tuhan ingin menunjukan pada manusia tentang tujuan hubungan pria dan wanita dan jangan manusia mengikuti nafsunya. Pada mereka yang melanggarnya diberikan jalan kembali dengan taubat, suatu keringanan Tuhan karena manusia itu bersifat lemah.
TEMA  SURAH :
Kandungan surah ini jelas ialah menerangkan kedudukan wanita dalam kehidupan ini yang ditekankan pada fungsi kehidupan keluarga dan kedudukannya dimata Tuhan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini memandang kehidupan dari sudut KEDUDUKAN WANITA yang telah ditentukan karena fitroh yang  diberikan Tuhan padanya.
5.          QUR’AN SURAH V:  AL- MAIDAH/HIDANGAN - AL- ‘UQUD - AL- MAU’IDZAH.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah ini terdapat pada ayat 112 yang termasuk dalam topik penutup surah  (ayat 110 - 120) yang menceriterakan tenta dialog Tuhan dengan pengikut Nabi ‘Isa, kaum Hawariyin, yang terpercaya,  dimana para pengikut itu meminta pada Tuhan-nya Nabi ‘Isa untuk mendatangkan suatu hidangan terachir [the last supper] untuk menambah keyakinan mereka akan kerasulan ‘Isa. Maka Tuhan menjawabnya melalui ayat 115 :” Sesungguhnya AKU akan mendatangkan hidangan itu. Siapa yang kafir sesudahnya maka sesungguhnya AKU akan mengadzabnya yang belum pernah AKU timpakan pada seorangpun dari umat manusia “.
Kemudian diikuti oleh ayat ayat selanjutnya, bahwa ‘Isa tidak pernah menyatakan bahwa dia anak Tuhan dan ditutup dengan pernyataan Tuhan bahwa bagi mereka yang meng-imani ‘Isa akan disediakan pahala yang besar dan diridloi-Nya.
TEMA  SURAH :
Surah ini melihat bahwa kehidupan ini merupakan ikatan janji. Bahkan dengan tegas dinyatakan bahwa Tuhan, Yang Maha Kuasa-pun menganggap wahyu-Nya sebagai suatu perjanjian yang WAJIB DITEPATI.  Perjanjian sebagai ikatan antar manusia dan Tuhan tidak perlu berupa sebagai ‘sumpah  angkat janji’ tetapi dapat berupa suatu ikrar, suatu kesepakatan, suatu pernyataan dan lain sebagainya. Dan ini dipertegas oleh definisi ‘munafik’, ialah mereka yang kata dan perbuatannya tidak sesuai. Nama kedua judul yang lain tidak bertentangan dengan yang pertama, karena ‘Uqud berarti janji dan Mau’idzah berarti pelajaran.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini memandang Al-Qur’an sebagai JANJI Tuhan yang pasti akan dipenuhinya. Jadi manusia WAJIB MENGIKUTI KANDUNGAN WAHYU sebagai pemenuhan janjinya.
6.        QUR’AN SURAH  VI:  AL-AN’AM/BINATANG TERNAK
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 136-139 yang merupakan dari salah satu topiknya. (136 s/d 153 ). Topik ini berbicara tentang hukum Tuhan mengenai apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan. Topik dibuka dengan pernyatakan bahwa terdapat manusia yang membuat ketentuan sendiri tentang apa yang halal dan apa yang haram mengenai binatang ternak dan hasil ladang. Maka dalam topik ini  Tuhan sendiri telah menggariskan apa yang HALAL dan apa yang HARAM. Ini dengan jelas disebutkan dalam ayat 145 yang menyatakan ada 4 macam makanan yang dilarang dan pada ayat 151 dan 152, ada 9 hal yang diharamkan-Nya. Janganlah manusia mengada-ada dengan apa yang boleh dan apa yang dipantang.
TEMA  SURAH:
Surah ini dengan jelas dan tegas melarang manusia untuk menciptakan hukum sendiri, tentang HALAL dan HARAM, BENAR dan SALAH. atau secara umum dapat dikatakan, janganlah manusia menciptakan KRITERIA BENAR-SALAH sendiri. Suatu sikap dan kecenderungan manusia yang sangat membahayakan kehidupan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah menegaskan, bahwa jika manusia MENCIPTAKAN HUKUM sendiri untuk mengatur kehidupan ini, pastilah kehidupan itu akan rusak.
7.        QUR’AN SURAH  VII :   AL- A’RAF/TEMPAT TERTINGGI.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 46 - 50 yang merupakan bagian dari salah satu topiknya ( ayat 34 s/d 51) yang dibuka dengan pernyataan bahwa tiap umat itu ada ajalnya dan bila ajal itu datang, maka mereka tidak dapat minta diundur atau diajukan yang dilanjutkan dengan menceriterakan tentang akhir kehidupan; pada akhirnya manusia hanya digolongkan dalam 2 golongan ialah  ahli surga dan ahli neraka.
Kriteria yang melandasi pembagian ini ialah sikap manusia terhadap Rasul dan wahyu Tuhan, golongan pertama ialah mereka yang mengikuti dan golongan yang kedua ialah yang mengingkari yang dilukiskan dalam ayat penutup topik ini, ayat 51 :” Yaitu orang orang yang menjadikan agamanya sebagai sendau-gurau dan main-main. Merka telah diperdayakan oleh kehidupan dunia. Pada hari ini KAMI melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan hari pertemuan ini dan karena mereka menyangkal ayat-ayat KAMI”. Dalam topik ini kemudian digambarkan secara visuil/riil keadaan mereka yang ada di surga dan yang ada dineraka, seolah-olah kita melihat mereka dari suatu tempat yang tinggi/al-a’raf dan berdialog dengan mereka. Keadaan mereka sangat berbeda seperti yang telah berulangkali digambarkan oleh wahyu Tuhan mulai dari zaman Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad.
TEMA  SURAH :
Manusia diperlihatkan bagaimana akhir hidup manusia kelak. Kriteria yang digunakan untuk mengukur ialah sikap manusia terhadap Rasul dan wahyu , tidak ada kriteria yang lain. Inlah sebabnya maka wahyu yang terakhir itu berupa tulisan/naskah dan dijaga kemurniannya oleh Tuhan sendiri. Sikap ahli surga berbeda jauh dari ahli neraka, yang pertama ingat bahwa janji Tuhan yang ada dalam wahyu-Nya itu menjadi kenyataan, sedangkan ahli neraka sangat menyesal dan tidak habis habisnya menyesali dirinya, mengapa mereka dahulu tidak mau mengikutinya.Mereka menyalahkan orang lain yang menyebabkan mereka mengingkar para Rasul dan wahyu Tuhan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Memperkuat surah terdahulu bahwa Al-Qur’an itu merupakan JANJI TUHAN yang pasti akan dipenuhi.
8.        QUR’AN SURAH VIII :   AL- ANFAL/RAMPASAN PERANG
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka dan berupa suatu pertanyaan manusia yang dijawab langsung oleh Tuhan dengan : Harta rampasan perang itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Karena itu bertakwalah pada Allah, perbaikilah hubungan sesamamu, dan ikutlah Allah dan Rasul-Nya jika memang kamu beriman. Kemudian dilanjutkan dengan menerangkan sifat-sifat orang beriman dan diteruskan dengan kecenderungan manusia dalam menghadapi perintah berperang. Baru kalau diyakinkan Tuhan bahwa perang itu akan mendatangkan keuntungan, manusia banyak yang mengikuti. Kemudian digambarkan Tuhan bagaimana cara Tuhan menolong hamba-Nya yang beriman dalam perang.
TEMA  SURAH :
Topik sentral ini memperlihatkan akan kecenderungan manusia mencari untung bagi dirinya, meskipun dalam suasana yang berbahaya sekalipun. Tuhan tidak membunuh kecenderungan itu dan tidak pula membiarkan, tetapi menyalurkan kejalan yang benar yang pada akhirnya akan memenuhi keinginan manusia. Semua yang diperintahkan dan dilarang Tuhan itu bukan untuk Tuhan, tetapi untuk manusia. Hendaklah manusia yakin, bahwa wahyu itu diturunkan DEMI  KEPENTINGAN DAN KEUNTUNGAN MANUSIA. Itu ialah ‘Amr-Nya dalam memelihara manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia itu cenderung untuk hanya memikirkan kepentingan dirinya. Ditegaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan Tuhan itupun hakekatnya UNTUK KEPENTINGAN  MANUSIA, bukan untuk membebaninya.

9.        QUR’AN SURAH  IX:  AT-TAUBAH/PENGAMPUNAN - BARO’AH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah yang pertama terdapat dalam banyak ayat- ayatnya yang menunjuk pada jalan kembali, bahkan satu-satunya jalan kembali, setelah meninggalkan jalan yang seharusnya. Nama judul yang kedua terdapat pada ayat pembuka surah, yang merupakan bagian dari topik sentral surah. ( ayat 1 s/d 15 ). Topik dibuka dengan pernyataan yangat jelas dan tegas:”Pemutusan ikatan janji dari Allah dan Rasul-Nya terhadap kaum musyrikin .Maka berjalanlah kamu dimuka bumi selama 4 bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak akan mematahkan Alloh. Dan sesungguhnya Allah menghinakan orang kafir.
Dan inilah pernyataan Allah dan Rasul-Nya pada manusia pada hari haji akbar bahwa Allah dan Rasul-Nya melepaskan diri dari perjanjiannya dengan kaum musyrikin.......... “                    
Selanjutnya diberikan jalan taubat bagi mereka ( kaum musyrikin ) yang kembali iman sesudah menyalahi janji dan akan diampuni , karena Allah Maha Pengampun.
TEMA  SURAH :
Surah ini satu-satu surah yang tidak dimulai dengan ayat basmalah sebagai ungkapan sikap keras. Dalam topik itu diterangkan bahwa orang muslim harus berlepas diri dari suatu janji, bila pihak yang berjanji menyalahi janjinya. Dengan demikian kelembutan sikap Islami bukan menunjukkan kelemahan, tetapi suatu sikap rendah hati. Bagi umat Islam ada titik batas yang pantang dilanggar,  suatu ‘point of no return’, dimana seorang muslim harus bilang  TIDAK, apapun akibatnya. Umat Islam bukan umat “ yes and amen “, dia wajib menjaga keutuhan/integritas kemuslimannya, artinya bahwa milik seorang muslim itu IMAN dalam hatinya, apapun harus dikorbankan untuk itu.
SUDUT PANDANG SURAH :
Batas pemenuhan suatu janji ialah bila yang berjanji itu memenuhi janjinya, bila mereka mengingkarinya, maka kitapun TIDAK WAJIB lagi memenuhi. Juga hubungan Tuhan dengan manusia, Tuhan PASTI MEMENUHI JANJI-NYA, bila MANUSIA MEMENUHINYA.
10.    QUR’AN  SURAH  X :  YUNUS
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada topik ke 3 ( ayat 68-100), sebagai subtopik(ayat 98-100) yang menutup topik itu, yang menceriterakan tantang kaum Yunus yang nasibnya jauh berbeda dengan kaum Nuh dan Musa. Kaum Yunus merupakan kaum yang beriman sebelum waktu ditentukan datangnya adzab, sehingga adzab itu ditiadakan oleh Tuhan.
TEMA  SURAH :
Subtopik ini membuktikan bahwa janji Tuhan itu benar !. Tuhan selalu memberi waktu pada manusia, untuk memilih jalannya sendiri, namun kalau manusia itu sampai batas waktu yang ditentukan masih ingkar, maka adzab pasti datang.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah memperkuat surah terdahulu, ialah bahwa JANJI TUHAN ITU BENAR.

11.    QUR’AN  SURAH  XI :   HUD
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada subtopik (ayat 50-60) dari topik ke 3 (ayat 25- 111) yang menceriterakan tentang kaum Nuh, kaum Hud, Ibrahim, Luth, Syueb dan Musa dengan kekufuran masing masing yang disadarkan para Rasul rasul itu dengan berbagai macam argumentasi tetapi tetap ingkar, sehingga datanglah adzab. Dosa kaum Hud, A’ad ialah menyembah berhala, tunduk pada pemerintah yang kejam dan menentang para Rasul, sehingga diadzab dengan angin taufan.
TEMA  SURAH :
Surah ini mengemukakan perilaku suatu kaum yang dilarang Tuhan dengan akibatna, yang merupakan pelajaran bagi ummat Muhammad, Rasul penutup.
SUDUT PANDANG SURAH :
Suatu contoh kasus yang jelas yang menunjukkan BERMACAM-MACAM SIKAP INGKAR JANJI MANUSIA terhadap Tuhannya.




Bersambung....surah  ke 12