Translate

Telusuri via Blog Ini

Sabtu, 20 November 2010

Renungan

Menatap   kehidupan  yang berjalan  mengikuti waktu, atau mengejar waktu atau atau meninggalkan  waktu; apa yang "kau cari manusia?"  kesenangan ? kepuasan ? kebahagian? atau kekuatan ? atau ????   " cari jawab mu atau obral pertanyaanmu?".  Dunia seperti lapang kosong atau bola  gundul atau seperti  hutan belantara atau hirup-pikuk kemacetan  manusia dan kendaraan di jalan-jalan  sempit !!??  Waouuooo ngapain aja  kamu !! ?? asyik  sekali  dengan  "BB"mu, eh kamu !! asyik  dengan jari-jemarimu di HP kecilmu, eh  kamu !!?? asyik  dengan TV -nonton gosip-gosip   "murahan".......semua asyik dengan dunia  fatamorgana yang  Hedonistik... Semua -waktu  bermain ..seperti "Game"  di dunia maya atau dunia kebohongan yang di ciptakan oleh kreator-kreator  kehidupan "demi kesenangan, demi  kebahagian, demi  kepuasan..."  katanya... Sungguh  fantasi tercipta  oleh  pikiran-pikiran ....manusia... waouuu  pikiran orang "gila"  waouu   "dalang-dalang   dan wayang-wayang"   edan !!!. Dunia   menjadi  begitu fatamorgana/ begitu  palsu-   Kehidupan  yang penuh "tipu daya".
.....Berjalan .....perlahan-lahan ....semakin  lama semakin  lelah .. dan berhenti......ooohh  kehidupan...

VIII. PESAN YANG TERKEMAS.

Dalam Cerita-Cerita Kandungan Al-Qur’an

Kesan utama bagi mereka yang membaca Al-Qur’an ialah banyaknya cerita- cerita yang dipaparkan dan berkesan tumpul, membosankan, dengan alur cerita yang mirip satu dengan yang lain dan tidak pernah mencapai klimaks cerita, yang memudahkan untuk mengingat kembali. Sulit kita menangkap arti dan maknanya. Untuk memudahkan penggambaran wajah cerita yang disampaikan, kita akan melihat dari apa yang dinyatakan Al-Qur’an tentang dirinya.

Al-Qur’an mengklaim dirinya sempurna, terinci, menjelaskan segala sesuatu, tidak kebengkokan dan pertentangan didalamnya, sebagai hudaa Tuhan untuk merekayasa kehidupan duniawi sepanjang masa. Suatu klaim yang tidak tanggung-tanggung !

Dari pernyataan ini maka mudah dimengerti, bahw Al-Qur’an mengandung :
  1. Kejadian-kejadian kehidupan masa lalu, pada zaman pra-Nabi sebagai DATA yang digunakan sebagai ilustrasi, contoh kasus dan lain sebagainya.
  2. Kejadian kejadian pada zaman Nabi, waktu wahyu diturunkan sebagai FAKTA, yang menunjukkan cara pelaksanaannya dalam proses transformasi sosio-moral sehingga berhasil dengan terbentuknya negara-ummah Madinah, yang oleh peradaban disebut Negara kota/city state
  3. Kejadian kejadian yang bisa terjadi, sebagai suatu INFORMASI yang dapat digunakan untuk mengantisipasi permasalahan permasalahan masa depan, zaman pasca-Nabi
  4. Citra kehidupan yang seharusnya/Life Mean To Be, sebagai jalan keluar dari semua kemelut kehidupan serta jaminan tercapainya tujuan penciptaan manusia dan alam.
  5. Hasil akhir upaya manusia, baik yang berhasil maupun yang gagal sebagai reward system yang berfungsi untuk melahirkan motivasi.

Jadi dalam pandangan Al-Qur’an hanya ada 2 macam hasil yang dapat diperoleh manusia, ialah :
  1. Bila manusia memilih jalan bukan yang dikehendaki Tuhan, yang akan bermuara pada suatu kegagalan total, yang ingin disingkiri tiap insan sehat. Hal ini digambarkan secara allegoris sebagai suatu penderitaan total yang berkepanjangan, baik fisik, mental maupun spiritual yang dilukiskan sebagai NERAKA
  2. Sebaliknya bagi mereka yang memilih jalan Tuhan, akan menikmati suatu keberhasilan sempurna yang didambakan tiap manusia, suatu gambaran utopia di luar jangkauan fantasi akal manusia yang dilukiskan dengan kata SURGA.
    Disamping itu Al-Qur’an juga memberi-tahukan sumber kegagalan yang terdapat dalam diri manusia, karena tidak ada kegagalan diluar diri manusia, namun selalu disertai jalan keluarnya, baik dalam dimensi idiil-falsafati /mental-spiritual maupun dalam dimensi tehnis pelaksanaannya/individual-sosial. Jadi Al-Qur’an memberikan data, fakta dan informasi serta dampak/hasil sebagai variabel yang harus diperhitungkan dalam memahami kehidupan. Inilah kelebihan Al-Qur’an dari ilmu, karena Al-Qur’an mampu memberikan variabel tidak hanya dalam 3 dimensi waktu, masa lalu, masa kini dan masa mendatang, serta gambaran alternatif dampak yang akan diperoleh, yang tidak hanya bersifat spekulatif, yang berupa kemungkinan kemungkinan, tetapi berupa kepastian.
     
    Jadi kelebihan Al-Qur’an, ialah mampu memberikan kecuali pandangan jauh kedepan, juga ramalan yang bersifat profetik. Variabel variabel yang diberikan, kecuali meliputi seluruh dimensi waktu, juga meliputi seluruh dimensi ruang gerak manusia, seperti dimensi spiritual, mental dan perilaku/sosio-kultural.
    Dengan demikian Al-Qur’an mampu memberikan penela’ahan tentang realitas fenomenologi kehidupan secara komprehensif dan tidak problematis. Sebaliknya ilmu pengetahuan selalu memandang objeknya selektif, parsial dan dengan demikian ipso fakto problematis. Kalau ilmu tidak mampu memberikan patokan moral, maka Al-Qur’an sanggup memberikannya, dengan kata lain Al-Qur’an mampu memberikan doktrin penyelamatan. 

    Diskripsi Al-Qur’an tentang fenomena kehidupan, ialah suatu diskripsi yang dicita-citakan oleh Ilmu ilmu sosial, yang dapat menisbahkan antara “yang ada”/“yang bisa ada“/“yang mungkin ada” ( yang “cenderung” ada) dan “yang seharusnya ada” atau “ das sollen”/“mean to be “. Diskripsinya tentang kedua macam realita ini dalam Al-Qur’an bersifat memadai-makna/sine adequat, jelas terpisah, sehingga sedikitpun tidak mengandung nexus/kekaburan antara keduanya. Selanjutnya Al-Qur’an menunjukkan jalan/metoda untuk membawa “ yang cenderung ada “ ke “ yang seharusnya “, mulai dari kehidupan individu sampai ke kehidupan sosio-kultural; metoda inilah yang disebut “jalan keselamatan”.

    Banyak orang menuduh bahwa apa yang diberikan Al-Qur’an itu bersifat utopis, diluar jangkauan akal manusia, karena pada ujung gambarannya tentang masa depan tidak hanya bermuara pada visi keberhasilan sempurna yang didambakan tiap manusia, tetapi juga visi kegagalan total yang tidak pernah dicita-citakan manusia. Dari gambaran global ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
    Al-Qura’an berbicara tentang kehidupan bukan dalam kerangka ilmiah semata, tetapi dalam kerangka hudaa Sang Pencipta, dalam arti makna kehidupan sehari-hari diukur dan ditempatkan dalam “kerangka makna kehendak-Nya” artinya Al-Qur’an mengetengahkan bagaimana seharusnya merekayasa kehidupan seperti Yang DIA kehendaki. Untuk itu logis, bahwa pesan yang disampaikannya mengandung:
    1. Pernyataan, pemberitaan, pemberitahuan dan pekabaran yang bersifat selektif, parsial dan akhirnya dapat menjadi problematik yang dilukiskan dalam ayat-ayatnya..
    2. Unit konsepsi hudaa dan furqon dengan isu-isu sentral yang selektif, namun dengan jangkauan yang komprehensif, yang digambarkan dalam tema surah surahnya.
    3. Cara merekayasa kehidupan dari yang not-mean-to-be menuju yang mean-to-be. Dengan menunjukkan pokok pokok hambatan, kendala yang ada didalam diri manusia dalam topik topik surah surahnya. Rekayasa ini mulai dari rekayasa sikap mental (akidah) sampai rekayasa perilaku (syare’at ).

    Dapatkah kita fahami sekarang mengapa kandungan Al-Qur’an itu secara sepintas memberi kesan bertele-tele ?. Inilah sebabnya maka banyak peringatan Tuhan yang menyatakan supaya manusia dalam mempelajari Al-Qur’an dilarang tergesa-gesa. PESAN yang tidak pernah sampai pada kebanyakan manusia !!

    KETERGESA-GESAAN MENGHALANG MANUSIA UNTUK MEMAHAMI SESUATU
    by  A Baghowi Bachar