Translate

Telusuri via Blog Ini

Selasa, 09 April 2024

Catatan Akhir Ramadhan 1445 H, Menemukan indentitas manusia "sholeh"

 Kesholehan, seperti akhir dari tujuan setiap manusia  untuk mengharapkan dan menjadi wujud dari setiap doa yang dipanjatkan sejak kelahirannya sampai tua, diakhir kehidupannya.

Kesholehan memiliki  makna yang dalam;  tidak sekedar sebagai manusia yang baik- taat  kepada ketentuan agama, tetapi mampu komitmen dalam berbagai masalah kehidupan dirinya dan orang lain dan pengaruh  diluar ketentuan agama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan dua pengertian untuk kata “saleh.” Pertama, “saleh” adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Kedua, “saleh” adalah suci dan beriman
Secara etimologis, kata saleh berasal dari bahasa Arab shāliḥ yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Amal saleh berarti amal/perbuatan yang tidak merusak atau mengandung unsur kerusakan. Maka orang saleh berarti orang yang terhindar dari kerusakan atau hal-hal yang bersifat buruk.

Ketentuan agama  mengandung  nilai nilai sikap-perilaku, nilai etika  dalam hubungan dengan Allah maha pencipta(Khalik), dengan manusia dan lingkungannya(muamalah). Dalam hubungan denganTuhannya, manusia dituntun dalam norma  norma melalui petunjuk kitab suci dan pengalaman spiritual dalam ritual agama - rukun agama, rukun islam, rukun iman.  dan juga di contohkan dalam muamalah oleh rosul atau nabi-Nya sebagai tauladan - dengan akhlakul  karimah, melalui sunnah yang diajarkannya.

Sumber Nilai kesholehan dari Kitabullah -kitab suci yang menginspirasi  manusia terhadap semua perilaku dan tindakannya  dalam merekayasa kehidupan-peradaban-budaya manusia. 
Kesholehan menjadi  nilai tidak sekedar hubungan vertikal ke tuhan /langit tetapi horisontal  ke bumi yang  berubah dan maju-berkembang dengan populasi manusia yang  berkembang dan kebutuhan yang  juga  bertambah dengan kompleksitas.  

Dinamika manusia dari era  awal kehidupannya  sehingga  era 2024 Masehi, berubah -rubah dan semakin kompleks dengan segala tantangannya baik  dari aspeks   ekonomi , sosial, politik, keamanan,  budaya, pendidikan,  agama, dan lainya saling mempengaruhi.  Nilai nilai  kesholehan pun berubah dari sudut pandang  agama ; dari nilai nilai yang dipahami sebelumnya.  Kebutuhan manusia atas nilai nilai  spiritual - agama menjadi "dangkal" atau 'lebih dalam"  atau tidak ada ,   bila agama hanya dipahami  sebagai ketentuan masa lalu atau nilai nilai yang sudah  usang-  karena tidak bisa  menjawab masalah perubahan nilai  jaman/peradaban manusia. atau hanya menganggap -agama  sebagai  ritual -seremonial sebagai budaya atau tradisi saja  oleh generasi manusia sekarang.

Kesholehan hanya simbol dalam atribut, panji panji agama dalam tampilan perilaku penganutnya, agama  hanya  sebagai identitas perimodial atau politik, sosial, budaya dan lainnya.

Contoh yang digambarkan dalam peristiwa politik, pemilihan pemilihan pemimpin,  seperti dari ketua OSIS, senat mahasiswa, bupati, gubenur, presiden,   dan lain  lain. 

Identitas agama , seakan akan Tuhan berada dalam dukungannya dari orang yang lain atau Tuhan dijadikan alat untuk mempengaruhi orang lain -untuk mendukung dan memilihnya.