Translate

Telusuri via Blog Ini

Senin, 12 Desember 2016

Menjadikan Maulid Nabi, sebagai Refleksi Cinta Rosul

“Hari  senen 12  Desember 2016  libur,  tanggal merah”,   begitu   kata sahabat.  Memangnya  libur apa ?, penasaran kataku. “ Hari Maulid  nabi – 12 rabi'ul- awwal 1438 H...”.  “ Masya Allah “ dalam hatiku,  karena yang ku ingat hanya hari lahir (maulid) anakku dan istriku di bulan Desember.  Aku selalu  merayakan secara sederhana , sebagai rasa syukur , sekeluarga  dengan  makan bersama atau potong kue ulang tahun  yang dipesan di toko kue dan itu  sudah menjadi tradisi keluarga untuk  menguatkan kebersamaan, kasih sayang, mengingatkan tentang sejarah “hidup” sebagai makhluk di dunia.

Menjadi  tradisiku setiap Maulid  Nabi Muhammad SAW, sebagai  hari perayaan “ refleksi diri” bagaimana  sejarah Nabi atau kehidupan Nabi dahulu, bagaimana direfleksikan dalam kehidupan saat ini dan apa yang telah  diamalkan,  seperti telah Beliau contohkan dan harus  menjadi tauladan terbaik / uswatun hasanah bagi setiap muslim / umat muhammad.

Sekilas sejarah, walaupun hari tanggalnya masih berbeda  pendapat, pastinya, hal ini tidak penting  bagiku, apakah tanggal  9  atau 12 rabbiul’awal. Dalam sejarah  mencatat “katanya” sepakat hari senen, tahun gajah, 571 Masehi; sampai sekarang periwayat/sejarahwan islam berbeda pendapat tentang  tanggal bulan maulid.

Para sarjana sejarahwan Islam berbeda pendapat tentang sejarah yang sebenarnya, kelahiran Nabi saw. Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim hanya menyebut bahwa Nabi Muhammad  SAW lahir pada hari senen tanpa menyebut tanggal bulannya. Dalam buku karya besar sejarah Islam, seperti al-Bidayah wa al-Nihayah oleh al-Imam Ibn Kathir (meninggal 774H) disebutkan  berbagai pendapat tentang hari dan tanggal bulan kelahiran/ maulid  Nabi Muhammad saw.

Apa pun yang penting, sejarahwan Timur atau Barat, Utara atau Selatan tidak pernah berbeda pendapat tentang lahirnya seorang insan bernama Muhammad bin Abdillah yang diikrarkan oleh umat Islam sebagai rasul terakhir yang diutuskan Allah.

Ketidak pastian  atau Kegagalan Ahli sejarahwan untuk mengetahui tanggal bulan Maulid Nabi saw. dikarenakan  antara lain,  para sahabat Nabi saw saat itu, tidak merayakannya. Walaupun dalam sejarah Islam, merekalah generasi yang paling mencintai Nabi saw.  namun mereka tidak membuat perayaan khusus hari maulid Nabi saw disebabkan karena mereka tidak melihat Baginda Rosul melakukan hal yang demikian.

Dalam Fatwa al-Azhar,  diakui bahwa ahli sejarahwan Islam tidak mengetahui , siapa  yang memulai perayaan Maulid Nabi saw, kecuali  zaman dinasti  Fatimiyyah di Mesir yang mengadakannya secara besar-besaran.

Kita semua bersyukur dan bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad saw.  Allah SWT  telah mengabadikan dalam nama surah dalam Al Qur’an; “Muhammad”. Suatu  yang sangat istimewa selain  nama  nama surah lain  dari  para nabi dan rosul Allah, seperti Ibrahim, Yunus,Yusuf, Ali Imran, Maryam, Luqman.

Makna  diturunkan   “wahyu Allah” adalah  dilahirkannya para nabi dan rasul Allah kepada umatnya. Umat  Muhammad  adalah umat manusia dan sekalian alam, yang mendapatkan  tuntunan wahyu ilahi yang terakhir melalui  nabi dan rosul bernama  Muhammad saw. Karena  itu merayakan lahirnya/ maulidnya adalah wujud  rasa syukur dengan refleksi diri umatnya, terhadap tuntunan-petunjuk Allah melalui  kitab  Al Qur’an dan contoh contoh sunnah nabi-rosul, agar selalu  diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari,    sampai akhir zaman.

Kita wajib mengetahui dan memaham  tentang sejarah Nabi-Rosullah,Muhammad saw. Setiap tahun kita merayakan maulid, apakah umat Islam bertambah  makin  mentauladani dan berperilaku seperti Beliau, atau sesuai  tuntunan  Al Qur’an dan Sunnah Rosul ?.

Marilah kita  kembali dan kembali  mengulang selalu merefleksikan diri  dengan  memahami dan mengamalkan –kajian ke-islaman kita  dengan belajar setiap waktu.   marilah kita   merefleksikan diri  di hari maulid Nabi, untuk membuka lembaran Qur’an, yaitu surah Muhammad (47),  dalam kajian menggunakan metoda tafsir Sistematika Al Qur’an berikut  ini(kajian dalam Blog  ini): 

QUR’AN SURAH   47 :  MUHAMMAD; AL- QITAL

TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 2, dari topik pertama surah ( 1 s/d 19 ), yang menerangkan adanya 2 golongan manusia :
  •  Yang kafir dan menghalang-halangi manusia berjalan dijalan Allah
  •  Yang beriman, yang beramal shaleh dan yakin akan kebenaran Al-Qur’an yang diturunkan pada Muhammad,

Amalan golongan pertama akan dihapus oleh Tuhan dan amalan golongan kedua pasti akan diterima-Nya. Nama judul kedua terdapat pada banyak ayat ayat topik kedua ( 20 s/d 38), yang menggolongkan manusia atas dasar perintah perang, menjadi 3 golongan :
  •  Yang patuh mengikuti perintah (21)
  •  Yang  ingkar ( 20) dan murtad ( 25)
  • Yang munafik ( 29-30)

Amalan bagi golongan kedua dan ketiga akan hapus amalannya, hanya yang pertama yang diterima.

TEMA  SURAH :
Berdasarkan nama judul yang pertama, Tuhan menggunakan keyakinan akan kebenaran Al-Qur’an yang diturunkan pada MUHAMMAD sebagai kriteria penggolongan manusia, sedangkan berdasarkan nama judul surah yang kedua, perintah peranglah yang menjadi kriteria-nya. Jadi disini disejajarkan antara keyakinan akan kebenaran wahyu dan perintah perang, untuk memenangkan ajaran Tuhan terhadap ajaran manusia.

SUDUT PANDANG SURAH :

Kesejajaran akan PENGETAHUAN dan TINDAKAN, antara TEORI dan PRAKTEK, antara KEYAKINAN dan PERILAKU, antara ILMU dan AMAL, antara UCAPAN dan TINDAKAN merupakan KRITERIA KE-IMAN-AN. Konsekwensi dan Konsistensi, taqwa dan tawakal disini baru mempunyai arti.

Minggu, 11 Desember 2016

Mengapa Perlu Metoda Tafsir Al Quran?..(2)



Akhirnya apakah ‘ metoda tafsir’ yang dapat digunakan pada abad ini sebagai landasan ijma‘ tidak perlu dicari, karena yang ada pada saat ini hanyalah persyaratan mufassirnya saja ?. Apakah metoda yang ada yang telah dianggap baku, terutama di negara kita ini telah mencukupi ?. Kalau iya, mengapa ijma’ tidak pernah mencapai tujuannya untuk menyatukan pendapat umat ?. Mengapa para ulama kita selalu saja berbeda pendapat tanpa ada usaha maksimal untuk saling mendekati dan mengapa banyak terjadi percekcokan, bahkan permusuhan ?. Mengapa falsafah hidup Qur’an , yang notabene datang dari Sang Pencipta , tidak dapat mengimbangi falsafah hidup dunia(materialisme-liberalisme) yang ada ?.  Mengapa banyak tulisan tulisan yang mengkritik, bahkan banyak pula yang menghujat kitab kitab tafsir, bahkan Al Qur’an yang tidak rasional ?. 

Sekian banyak pertanyaan yang menghujam benak penulis, yang membuat sangat prihatin menghadapi masa depan kehidupan manusia. Sangat tegas dan jelas, bahwa Allah , Pencipta dan Penguasa kehidupan telah menurunkan Wahyu terakhir-Nya, untuk memerintahkan pada seluruh manusia, makhluk-Nya yang telah menirima penugasan untuk mewujudkan kehidupan duniawinya sebagai Peradaban Ilahiyah berdasarkan Al Qur’an.

Namun apa yang terjadi ?, Justru Peradaban Jahiliyah (peradaban sekuler, materialisme-liberalisme ) yang sekarang menguasai kehidupan duniawi manusia. Inilah alasan utama penulis memberanikan diri untuk menuliskan tulisan ini, karena hanya Kitab Wahyu Al Qur’an yang diturunkan untuk seluruh kaum, bangsa manusia.

Mudah mudahan Allah mengampuni penulis , bila tulisan ini justru melahirkan hal hal yang lebih buruk dari sebelumnya dan kalau sekiranya tulisan ada gunanya meskipun sebutir zarrah, mudah mudahan Allah membukakan mata hati kita semua untuk melanjutkan upaya meningkatkan derajad kekaaffahan umat manusia , terutama umat Muhammad, sehingga mampu melaksanakan perintah-Nya yang berbunyi: “liyudz-hira-hu ala ad-dieni kullihi”.

Upaya untuk ini jelas diperlukan perubahan cakrawala beragama, yang dimulai dengan mencoba melihat wajah Al Qur’an dari sekedar sekumpulan 6.236 ayat yang terbagi dalam 114 surah menjadi suatu diskursus lengkap (text book) yang mengandung kehendak Ilahi. Bagaimana manusia seharusnya menata hidup duniawinya. Apakah Al Qur’an dapat difahami melalui pendekatan “ Ilmiah” seperti ilmu ilmu lain, yang mampu melahirkan peradaban pada waktu ini ?. Pandangan ini akan melahirkan perubahan ‘ metoda ilmu tafsir’ yang melahirkan pandangan hidup / weltanschauung theokratik yang mampu menandingi ideologi demkrasi ?.

Diharapkan bawah penemuan Sistematika Al Qur’an akan melahirkan suatu tafsir alternatif yang berupa Tafsir Perspektif ( al-syuri) atau Tafsir Sistematik. Artinya kita akan mampu menggunakan Al Quran untuk menciptakan sistem peradaban Ilahiyah di muka bumi seperti tugas yang diembankan pada umat manusia melalui umat Muhammad ?!

Tafsir ini diharapkan akan dapat melampaui batasan tafsir dari ayat ke ayat, dari surah ke surah yang terkesan fragmentaris dan berulang-ulang, ipso facto ( kenyataan yang ada) selalu bersifat problematis. Sistematika ini harus mampu membangun tafsir tematik dan sistematik sedemikian rupa, sehingga mampu melahirkan konsep universal tentang kehidupan Islami ( dunia, manusia dan sistem ideologi-sosial –ekonomi-politik- budayanya).

Ini berarti bahwa tafsir harus mampu mencakup kemajuan iptek dalam arti bahwa agama islam itu dapat diterima oleh dunia manusia. Dengan demikan akan terasa adanya tali penghubung antara langit dan bumi sebagai disebut dalam QS, Azzukruf (43): 84.

” wa huwalladzii fissamaa’ ilahu wa fil ardhi ilahu wa huwal hakiimul a’lim “
Dan Dia-lah Tuhan (yang disembah) dilangit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dia-lah yang Maha bijaksana lagi Maha mengetahui

Jadi melalui metoda tafsir ini diharapkan lahirnya dimensi revolusioner dari khazanah intelektual lama, yang terdiri dari tiga macam ilmu pengetahuan:
  1. Ilmu-ilmu Normatif Rasional (al-ulum al naqliyah al aqliyah), seperti ilmu Usul Al Dien, Usul al Fiqh, ilmu Tasawuf dan seterusnya, sehingga lahir “ falsafah hidup Qur’ani” atau Karos.
  2. Ilmu-ilmu Rasional Semata ( apa yang disebut ilmu kauniyah/logos/ falsafah ilmu sekarang, yang mampu menglah kehidupan ini dari segi fisik (materi) hingga sosial budaya, yang akan melahirkan tehnologi dan sistem perekayasaan kehidupan sosial budaya dalam kerangka Qur’ani dan melahirkan iptek yang lahir dari imtaq.
  3. Ilmu-ilmu Normatif Tradisional ( al naqliyah), seperti ilmu Al Qur’an, hadist, sirah Nabi dan tafsir yang dapat digunakan tiap manusia sebagai penunjang (Jurisprudensi) dalam upayanya memahami wahyu secara mandiri, disamping lahirnya ilmu agama yang hidup, mampu mencakup perubahan perubahan yang dihasilkan oleh hasil perkembangan ilmu pengetahuan sampai falsafah hidup modern dan menjabarkannya dalam kehidupan sehari-harinya. 
Pada saat ini Ilmu tafsir yang dominan hanya yang tradisional, yang ternyata belum mampu menempatkan tingkat ilmiahnya sejajar dengan Sains-Meta, Sains-Falsafah, Hidup-Ideologi, yang melahirkan sistem –sistem kehidupan yang membangun peradaban sekuler yang menguasai kehidupan.

Hasil umat islam tidak lagi merupakan Umatan wasathan dan menjadi umat pinggiran dalam kehidupan ini. Perkembangan ilmu cepat sekali maju mulai Abad XIX yang diupayakan bukan oleh umat islam, sehingga baik yang berupa ranah materi, maupun ranah pemikirannya belum mampu menjamah kehidupan umat. Bahkan sikap umat pada umumnya malah menjauhinya atau membebeknya

Penafsiran Al Qur’an seharusnya mampu melahirkan ilmu agama atau karos yang mampu menghasilkan ranah sistem perekayasaan kehidupan dan ranah penalaran seperti fungsi sains pada waktu ini.

INSHAA ALLAH !

Referensi :
Dari  Pengantar buku:  SISTEMATIKA AL QURAN, Mengungkap Pesan Ilahi  didalam  Susunan Kitab Suci  - by Ahmad Baghowi Bachar.

Mengapa Perlu Metoda Tafsir Al Quran ? (1)

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menghapuskan hyme pemujaan metoda tafsir yang sudah diterima tanpa protes dan kritik (' taken for granted') oleh sebagian besar umat. Sesungguhnya telah banyak Ulama besar yang ada diluar tanah air, mulai 2-3 abad yang lalu, yang telah memulai dengan mencari suatu metoda tafsir alternatif, meskipun mereka belum menyatakannya dalam bahasa yang gamblang, terang dan tegas dan langsung sebagai suatu metoda tafsir. Penulis sangat memprihatinkan keadaan umat pada waktu ini yang kelihatannya makin lemah, karena ukhwah diniyah makin menipis dan banyak organisasi, partai , bahkan negara negara islam , yang telah menerima peradaban sekuler. Islamnya yang tampak, hanya seremonial 'ubudiyah nya. Seremoni pemujaan , seperti agama agama yang lain, kebanyakan umat malah memuja dan mengikuti ideologi sekuler, sehingga saat ini peradaban sekulerlah yang menguasai dunia. 

Sebaliknya mereka yang tidak mau tunduk pada negara atau pemerintahan yang sekuler, mengambil sikap ekstrim dan dikenal sebagai kaum ekstremis, yang saya kira tidak pernah diajarkan Nabi dan ajaran Islam. 

Apakah ini disebabkan karena penafsirannya tentang ajaran Islam melalui Al Qur'an, dengan ilmu tafsir tradisional yang ada, tidak lagi mumpuni untuk melawan globalisasi peradaban sekuler ?. 

Penulis juga tidak mempunyai pretensi, bahwa penulis berani mensejajarkan diri dengan para ulama, para mujahid itu. Tulisan ini lahir dari suatu dorongan keinginan untuk memahami Al Qur'an bagi seorang awam, pendatang baru dalam mencari apa makna beragama menurut Al Qur'an, sebagai satu satunya buku standar bagi seorang muslim. Karena melalui jalan tradisional yang ada, penulis belum mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang selalu menggoda benak. 

Apa yang penulis dapatkan dari cara yang selama ini diperoleh, tidak dapat memberikan kemantapan pemahaman dalam keinginan untuk memahami ajaran agama melalui Al Qur'an. Semua pertanyaan yang diajukan pada para ulama yang dianggap mampu menjawab, penulis belum mendapatkan jawabannya yang dapat penulis gunakan sebagai cara untuk memahami Al Qur'an secara mandiri, karena dalam Islam tidak ada lembaga kependetaan dan taklid diharamkan. 

Jawabannya belum dapat menjawab secara memuaskan penulis, karena semuanya hanya berwujud “barang jadi” yang harus diterima, jauh dari suatu metodologi yang dapat memberi kemampuan untuk dapat mandiri, bebas dari taklid. Karena penulis yakin akan ungkapan Al Qur'an sendiri, bahwa Al Qur'an diturunkan untuk semua manusia, sehingga tiap manusia wajib, harus dan pasti mampu memhami Al Qur'an sendiri, tentu saja sesuai dengan kemampuannya, pasti ada sesuatu metoda sebagai acara untuk mempelajari sendiri, serupa dengan mempelajari ilmu dari naskah tulis ilmiah (text book). 

Apa yang sangat memperihatikan penulis, umat Muhammad tidak akan punah, tetapi akan mengalami kepunahan keislamannya (mindset -imtaqnya), mengalami proses “ fading away “, seperti yang diungkapkan nabi waktu dipanggil kembali Tuhan dengan keluhannya “Ummatii, ummatii...!” 

Permasalah yang menggoda penulis ialah: 

1. Apakah benar Al Qur’an, hanya sebagai kumpulan / kolongmerasi dari 6.236 ayat, seperti yang lazim digambarkan oleh ‘Uummul Qur’an

2. Apakah maknah surah ? Apakah hanya suatu petunjuk tempat ayat ? Nama surah bahkan dapat diganti dengan normor urut saja. Sedangkan nama judul surah itu terasa aneh dan sulit dipahami untuk menebak pokok isi kandungan surahnya/ tema surahnya 

3. Apakah ‘unit fungsional terkecil ‘ Al Qur’an sebagai “ hudaa dan furqan” ? dan apa ‘unit struktural terkecilnya ‘

4. Apakah makna nama judul judul surah

5. Mengapa tertib susunan ayat dan surah wahyu diubah dari tertib susunan nuzul nya menjadi tertib susunan surah dan ayat Al Qur’an ? 

6. Apakah pokok kandungan Al Qur’an ?, Kandungan surah ?, Kandungan ayat 

7. Mengapa kalau dibaca secara selintas isinya terasa tidak runtut?,  Bagaimana cara Al Qur’an mengemas pesannya ? 

8. Mengapa diperlukan ilmu tafsir ?,Apakah tidak cukup dengan alih bahasa saja ? 

9. Apakah itu benar bahasa yang digunakan Al Qur’an itu bahasa ethnis Arab.? 

10. Kalau Al Qur’an mengklaim dirinya berlaku bagi setiap manusia tanpa mengingat budaya dan tingkat pendidikannya/ penalarannya, bagaimana rumusan bahasanya sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang dikandungnya 

11. Kalau Al Qur’an mengklaim dirinya berlaku sepanjang masa, apakah semua masalah dan permasalahan hidup di masa mendatang itu dapat diantipasi, di prediksi atau dicakup atau dikooptasi oleh Al Qur’an , bagaimana cara mengatasinya ?

Inilah pertanyaan pertanyaan yang penulis belum mendapatkan jawabannya dengan tuntas




(by A Baghowi B.   bersambung....)

Rabu, 23 November 2016

Sosmed untuk "kehidupan bersama"



Berawal dari WA-an jadi mengelitikku untuk  menulisnya kembali
Ini copasnya wa ku 


" Agama utk kehidupan kita, agar menjadi kita orang baik sesuai keyakinan kita.
Tdk bisa orang lain memaksa kita beragama dengan  caranya...
Marilah bersabar dan berlapang dada dengan perbedaan, kemajemukan , kebinekaan indonesia. Hidup indah dan damai , bahagia  diantaranya adalah harapan kita semua , kualitas hidup kita, kualitas kedewasaan diri kita dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mudah mudahan kita tidak mudah terprovokasi dengan issu issu  sosmed yang  memecah belah kerukunan kita.
Hidup indonesiaku dan  keluarga .....ku"


"Efek samping obat....eh..efek samping sosmed, apalagi tanpa pemakaian yang hati hati, seperti makan obat -ada yang palsu, atau asli  tetapi kedaluarsa... bisa negatif- bagi tubuh kita.
Karena itu sosmed yang positif seperti  obat yang baik-mujarab , memberi kekuatan kesehatan tubuh kita, sebaliknya yang  negatif - dapat membuat kita jadi tambah lemah dan sakit"

Saat ini sebaiknya kita bisa bijaksana makan obat (bersosmed) , agar kehidupan kita tetap terjaga baik, sehat wal afiat, tidak  bermasalah; tidak terjerat hukum atau bahkan masuk penjara.

Era informasi dalam bingkai alam demokrasi di Indonesia(sebagai negara menganut sistem demokrasi) tentu kita beruntung hidup saat ini, dimana keterbukaan, bebas berpendapat dijamin negara; tidak dilarang. apalagi dibanding negara lain yang menganut sistem otoriter atau sosialis komunis; dimana urusan pemerintahan dilaksanakan oleh satu partai dan untuk urusan pemerintahan dan negara tidak bisa dikritik bebas oleh semua rakyat, walaupun globalisasi sudah merasuk dengan perangkat medsos masuk keseluruh rakyatnya; dengan smartphone semakin memudahkan untuk berkomunikasi. tetapi urusan politik tidak bisa  orang sembarangan mengkritik pemerintah atau pejabat negara.

Dalam bersosmed seharusnya kita bisa "bijak" , ber-etika  terutama dalam menyampaikan pendapat, berita, issue. apalagi  apa yang kita sampaikan berdasarkan "sesuatu yang tidak benar,hoaks atau tidak jelas sumbernya". apa yang kita sampaikan bisa mempengaruhi orang dengan "persepsi yang salah atau merugikan"; apalagi bila pendapat tersebut di "share" ke orang lain  lebih banyak lagi dan "viral".

Pandemi Corona virus disease (COVID) 19 saat ini - yang bermula sejak desember 19 di Wuhan,Cina, telah menyadarkan  kita  tentang  makna " viral"  yang selama ini hanya dikenal dalam pengertian virus komputer atau berita yang "banyak dibicarakan atau ditonton" yang tersebar dalam waktu  cepat dan lama; Virus corona  menunjukan eksistensinya sebagai "materi  partikel yang hidup" yang menjadi musuh manusia  seluruh dunia dan merubah perilaku hidup manusia  secara fisik,psikis,
Ketakutan  terhadap COVID 19 melanda semua negara, semua berperang untuk melawan musuh "yang tidak terlihat, seperti melawan Hantu". Perubahan  perilaku manusia , bumi seperti terdiam, semua orang berdiam dirumah saja untuk menghentikan penyebaran virus sebagai usaha  melawan serangan dahsyat virus terhadap manusia. Ekonomi dunia menurun dan seperti lumpuh yang dapat menimbulkan kerawanan sosial-ekonomi, angka kematian meningkat secara  cepat dibandingkan  virus virus  sebelumnya - dalam waktu 6 bulan.
Kita  disadarkan juga,  "berita Hoaks yang viral"  sangat  berbahaya -sama seperti COVID 19   sebagai musuh " tanpa wujud" yang dapat menebarkan ketakutan dan menimbulkan korban secara fisik, psikis.

"pelaku medsos" bisa  menjadi musuh -seperti COVID 19, karena  serangannya, tatanan hidup sosial menjadi rusak dan menghilangkan imun -ketahanan sosial bermasyarakat. Oleh karena itulah, sepatutnyalah kita menjaga  imunitas sosial bermasyarakat, berbangsa negara  agar kuat, sehat wal afiat;  marilah kita jangan  menjadi " covid 19" di dalam kehidupan masyarakat.



















Waaah serius  banget...😬😬😀😁😆😅😅

Sabtu, 18 Juni 2016

Memahami AlQuran dari Sudut Pengulangan Kata-Kalimat


Dalam AlQuran  terdapat  pengulangan kata,kalimat, baik dalam ayat , ayat dalam  surat  dan antara surat dengan surat  untuk menjelaskan atau mendefinisikan “suatu   atau topik atau tema” kehidupan kepada manusia tentang  hubungan makhluk dan Penciptanya(Alkhalik), tentang makhluk dengan makhluk lain, tentang makhluk hidup dan alam sekitarnya –juga alam raya.

Pengulangan kata/kalimat , bermakna  suatu    proses  dan  sebagai “ketetapan”- stationary ; suatu proses dari langkah awal kembali ke awal lagi; kalau itu kata atau kalimat  berarti “penekanan”, memberi bobot kepada  suatu. Kalau itu proses  kimia/fisika / biologi  berarti   keseimbangan aksi-reaksi , siklus fisika, siklus kehidupan/biologi. Kalau  dari kosmologi  berarti orbit  atom, molekul,  senyawa, benda, bulan, bumi, matahari, bintang , galaksi.

Ketika  “ketetapan” pengulangan  tidak terjadi,  maka akan terjadi “kematian”- yaitu dapat “kematian kecil”  dan bila terjadi pada makro kosmos  akan terjadi  kematian alam atau   “kiamat”
Pengulangan dalam proses   sering secara sederhana  digambarkan sebagai lingkaran atau bola, elips atau oval atau secara kompleks sebagai segi banyak. Dengan kata lain Pengulangan  dalam arti proses –memiliki maksud dan tujuan atau arah dan sasaran atau kerangka dan bentuk atau ruang dan waktu yang tetap dan menetap untuk menjaga kelangsungan hidup/kelestarian kehidupan makhluk hidup/keseimbangan alam.

Dalam  ilmu pengetahuan  “arti pengulangan”  memiliki banyak rupa atau bentuk; seperti dalam  biologi  dengan istilah “Siklus Hidup”, fisiologi  - Homeostasis,feedback mechanism, ilmu kimia/farmasi reaksi keseimbangan, ilmu fisika - orbit  atom, keseimbangan energi  atau dalam ilmu sosial – politik-  hubungan manusia dan perubahan sosial-politik atau dalam ilmu ekonomi – hukum neraca  keuangan, dstnya.

Dari  sudut   pandang  ilmu alam  / kauniah  dapat dipahami, Al Quran    banyak  memberikan  “penekanan atau pembobotan”  terhadap  masalah kehidupan manusia  dari segala aspeks  kehidupan; baik  masalah   hubungannya  dengan Maha Pencipta(Ubudiyah) dan  hubungan dengan manusia serta lingkungannya(Mu’amalah) dengan pengulangan kata kata, kalimat di dalam ayat, ayat dalam surat yang sama  atau dalam surat lain; antara surat dengan surat lain  dalam AlQuran; antara  surat makiyah dengan makiyah atau makiyah dengan madinah atau madinah dengan madinah. Dalam konfigurasi “pengulangan” ; Konfigurasi  pengulangan dalam AlQuran adalah suatu ketetapan –yang sesuai dengan ketetapan dengan Ilmu Alam. Pemahaman tentang Al Quran akan lebih mudah dan saling terkait  satu sama lain – seperti siklus atau orbit  atau reaksi  keseimbangan diantara ayat dengan ayat, ayat dengan surat dan interaksi  surat dengan surat didalam menjelaskan suatu masalah kehidupan manusia;  baik masalah sosial, politik, ekonomi, sejarah, tehnologi dan masalah ketuhanan(teologi).

Inilah makna  pengulangan  dalam Alquran  dan kaitan dengan ilmu pengetahuan seperti  “pembaca   diajak berdialog  dari  segala  sudut  pandang” ;  dari segala latar belakang  pembacanya apakah dia beriman atau belum beriman; apakah dia  muslim atau  belum muslim. Memahami  kehidupan  menurut  sudut  perspektif  Al Quran ; bisa dimulai dengan memahami  ilmu pengetahuan- apakah ilmu pasti atau ilmu  sosial atau  ilmu terapan/tehnologi. Pengulangan  kata kata Allah, “apakah kamu tidak berpikir, atau apakah kamu tidak perhatikan...dll”  menunjukan pembaca pemula diajak dialog  melalui  ilmu pengetahuan  untuk mengenal ALLAH. Kemudian  diberi contoh contoh kejadian-kejadian  terdahulu , sekarang , dan akan datang.  Begitulah  dialog   terjadi  berulang –ulang   melalui  ayat –ayat    pendek  atau surat  pendek atau  ayat ayat atau surat panjang.

Pengulangan yang  menyentuh  perasaan,  pikiran atau  menyentuh  hati(qolbu) dan akal/rasio sehingga  pembaca   seperti   membaca  jatidirinya ; siapa dirinya dan hakekat keberadaannya  di dunia  serta  keberadaan  penciptanya. Al Quran menggambarkan keadaan tersebut : ketika hati bergetar saat  membaca  atau mendengar ayat ayat Alquraan; itulah keadaan  hati  orang yang beriman kepada Allah SWT.

Kondisi “beriman” tersebut  adalah proses  yang dinamis , bukan instan. Proses dinamis yang terus diasah, dirawat, dijalankan  dengan  terus menurus  berdialog dengan Sang Maha Pencipta, seperti roda  berputar, seperti orbitnya  bulan terhadap bumi dan  bumi terhadap matahari  agar nilai keimanannya  “ stabil” ;imannya   tetap  hidup dan menghidupkan dalam hatinya  sehingga  Allah memanggil ke Alam  Akhirat.

Karena  itu pula Allah SWT,  mengangkat  derajat  orang yang berilmu pengetahuan dan beriman sebagai Ulil albab. Karena   mereka   terus menurus setiap waktu selalu  menjaga imannya  dengan  selalu mempelajari, memperhatikan kejadian sosial-alam  dan al quran , kemudian beramal   dengan ilmunya kepada  masyarakat.  Subhanallah.

Menjaga  Iman  adalah  suatu proses  selalu  dalam  fitrah manusia  sebagai  hambah  Allah sesuai dengan janji  manusia ketika di alam ruh sebelum lahir  ke dunia atau  dengan  kata  lain   menjalankan  usaha – berulang-ulang   apa yang sudah di syareatkan Allah  dalam Alquran dan disunnahkan oleh rasulullah –Nabi Muhammad dalam praktek kehidupan  sehari hari.
Wallahu’alam.

Ciputat ,13 Ramadhan 1437H/18 Juni 2016


Minggu, 01 Mei 2016

Makna Agama dan Sains Bagiku

"Pembulu darah arteri "


Lapisan dinding pembuluh darah terdiri dari tunika intima, media, adventitia/luar Arteri dan Vena - sangat dipengaruhi oleh "stress" yang berasal dari faktor psikis atau fisik atau lingkungan ; perubahan patologis /penyakit pada pembuluh darah terutama arteri terjadi berlangsung lama akibat "stress". Perubahan terjadi pada lapisan endotel intima, aktifitas hormon, sel fibroblas, serabut elastis, kolagen, sel otot polos dan rangsangan syaraf serta asupan darah dari vasa vasorum . 



Hubungan / Interaksi fisik -psikis dengan gaya hidup(style of life), pandangan hidup(way of life) sangat erat dengan timbulnya penyakit; terutama pembuluh darah. 
Stress Fisik atau Psikis yg berlebihan dapat menimbulkan stress pada pembuluh darah, seperti dapat terjadi penebalan lapisan intima dan pengerasan/pengapuran sehingga menyempitkan diameter arteri atau lepasnya plaks /trombus menjadi embolus dan mengurangi atau menyumbat aliran darah ; bila ke otak terjadi stroke. Bila lapisan media hilang elasitasnya atau kerusakan sel otot polosnya dan lapisan intima mengisi dengan jaringan fibrosis/trombus, maka dapat terjadi pelebaran/ robekan dinding arteri; timbul aneurisma(pelebaran arteri) atau pecahnya (ruptur) pembuluh darah dan berakibat perdarahan, bila tidak cepat ditolong/distop perdarahannya dapat menimbulkan kematian

Oleh karena itu penting mencegah " stress pembuluh darah"
Konsep : "dalam jiwa yang tenang terdapat fisik yang tenang" yang berarti : dalam jiwa sehat terdapat fisik yang sehat dan sebalik dalam fisik yang sehat terdapat jiwa yang sehat. 

Secara sederhana : psikis dan fisik saling mempengaruhi -agar dalam keadaan seimbang, bila baik - baiklah semuanya/tidak ada penyakit, begitu sebaliknya tidak seimbang timbul penyakit. 

Aktifitas psikis , seperti aktifitas spiritual, komunikasi, interaksi -emosi, mental, pikiran yang baik atau aktifitas fisik, seperti makan, minum, kerja, interaksi sosial, tidur-istirahat, olahraga, rekreasi yang baik.

Gaya hidup dan pandangan hidup sangat mempengaruhi "keseimbangan" fisik-psikis yang baik dalam "jangka lama" 

Gaya hidup dipengaruhi sudut pandang hidup atau pandangan hidup; sejatinya "pandangan hidup " adalah "cerminan religius" atau Ajaran/ Pandangan agama/Keyakinan seorang

"Pembuluh darah yang baik " cerminan kesehatan fisik dan psikis yang juga baik atau cerminan sikap, perilaku, perbuatan fisik-psikis yang sehat atau cerminan gaya hidup yang sehat atau cerminan amalan agama yang baik.

Menjaga Kesehatan psikis dan fisik yang baik/sehat adalah Kewajiban dan menjadi Ibadah /amal sholeh; Apalagi bila sakit, wajib untuk memulihkan /berobat. 

(sudut pandang, makna agama bagiku)