Berawal dari WA-an jadi mengelitikku untuk menulisnya kembali
Ini copasnya wa ku
" Agama utk kehidupan kita, agar menjadi kita orang baik sesuai keyakinan kita.
Tdk bisa orang lain memaksa kita beragama dengan caranya...
Marilah bersabar dan berlapang dada dengan perbedaan, kemajemukan , kebinekaan indonesia. Hidup indah dan damai , bahagia diantaranya adalah harapan kita semua , kualitas hidup kita, kualitas kedewasaan diri kita dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mudah mudahan kita tidak mudah terprovokasi dengan issu issu sosmed yang memecah belah kerukunan kita.
Hidup indonesiaku dan keluarga .....ku"
"Efek samping obat....eh..efek samping sosmed, apalagi tanpa pemakaian yang hati hati, seperti makan obat -ada yang palsu, atau asli tetapi kedaluarsa... bisa negatif- bagi tubuh kita.
Karena itu sosmed yang positif seperti obat yang baik-mujarab , memberi kekuatan kesehatan tubuh kita, sebaliknya yang negatif - dapat membuat kita jadi tambah lemah dan sakit"
Saat ini sebaiknya kita bisa bijaksana makan obat (bersosmed) , agar kehidupan kita tetap terjaga baik, sehat wal afiat, tidak bermasalah; tidak terjerat hukum atau bahkan masuk penjara.
Era informasi dalam bingkai alam demokrasi di Indonesia(sebagai negara menganut sistem demokrasi) tentu kita beruntung hidup saat ini, dimana keterbukaan, bebas berpendapat dijamin negara; tidak dilarang. apalagi dibanding negara lain yang menganut sistem otoriter atau sosialis komunis; dimana urusan pemerintahan dilaksanakan oleh satu partai dan untuk urusan pemerintahan dan negara tidak bisa dikritik bebas oleh semua rakyat, walaupun globalisasi sudah merasuk dengan perangkat medsos masuk keseluruh rakyatnya; dengan smartphone semakin memudahkan untuk berkomunikasi. tetapi urusan politik tidak bisa orang sembarangan mengkritik pemerintah atau pejabat negara.
Dalam bersosmed seharusnya kita bisa "bijak" , ber-etika terutama dalam menyampaikan pendapat, berita, issue. apalagi apa yang kita sampaikan berdasarkan "sesuatu yang tidak benar,hoaks atau tidak jelas sumbernya". apa yang kita sampaikan bisa mempengaruhi orang dengan "persepsi yang salah atau merugikan"; apalagi bila pendapat tersebut di "share" ke orang lain lebih banyak lagi dan "viral".
Pandemi Corona virus disease (COVID) 19 saat ini - yang bermula sejak desember 19 di Wuhan,Cina, telah menyadarkan kita tentang makna " viral" yang selama ini hanya dikenal dalam pengertian virus komputer atau berita yang "banyak dibicarakan atau ditonton" yang tersebar dalam waktu cepat dan lama; Virus corona menunjukan eksistensinya sebagai "materi partikel yang hidup" yang menjadi musuh manusia seluruh dunia dan merubah perilaku hidup manusia secara fisik,psikis,
Ketakutan terhadap COVID 19 melanda semua negara, semua berperang untuk melawan musuh "yang tidak terlihat, seperti melawan Hantu". Perubahan perilaku manusia , bumi seperti terdiam, semua orang berdiam dirumah saja untuk menghentikan penyebaran virus sebagai usaha melawan serangan dahsyat virus terhadap manusia. Ekonomi dunia menurun dan seperti lumpuh yang dapat menimbulkan kerawanan sosial-ekonomi, angka kematian meningkat secara cepat dibandingkan virus virus sebelumnya - dalam waktu 6 bulan.
Kita disadarkan juga, "berita Hoaks yang viral" sangat berbahaya -sama seperti COVID 19 sebagai musuh " tanpa wujud" yang dapat menebarkan ketakutan dan menimbulkan korban secara fisik, psikis.
"pelaku medsos" bisa menjadi musuh -seperti COVID 19, karena serangannya, tatanan hidup sosial menjadi rusak dan menghilangkan imun -ketahanan sosial bermasyarakat. Oleh karena itulah, sepatutnyalah kita menjaga imunitas sosial bermasyarakat, berbangsa negara agar kuat, sehat wal afiat; marilah kita jangan menjadi " covid 19" di dalam kehidupan masyarakat.
Waaah serius banget...😬😬😀😁😆😅😅