|
Penulis:
Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
sumber :http://www.analisadaily.com
|
Translate
Telusuri via Blog Ini
Sabtu, 26 November 2011
Pesan Tahun Baru 1 Muharam 1433 Hijriah:
Minggu, 13 November 2011
92. QUR’AN SURAH XCII : AL-LAIL/MALAM
XIV. MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK
ATAU SUB-TOPIK SENTRAL YANG MEWARNAI
KANDUNGAN TIAP SURAH ATAU MENENTUKAN
TEMA SURAH.
92.
QUR’AN SURAH XCII :
AL-LAIL/MALAM
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama surah yang
termasuk topik sentralnya (1-10) yang digunakan sebagai sumpah bersama dengan
Tuhan yang menciptakan wanita dan pria untuk menyatakan bahwa upaya manusia
itu bermacam-macam. Dilanjutkan dengan siapa yang menafkahkan
hartanya , Allah akan memudahkan untuk berbuat kebaikan dan siapa
yang bachil,
merasa dirinya kecukupan dan mendustakan balasan yang baik, maka
akan dipersukar jalannya untuk berbuat kebaikan. Topik ditutup dengan
pernyataan bahwa hartanya tidak berguna.
TEMA SURAH :
Tuhan akan membantu meringankan jalan orang-orang yang
berjalan dijalan-Nya dan sebaliknya akan menyulitkan jalan mereka yang
mendustakan-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia
yang menjalankan kebaikan, maka kebaikannya itu akan meringankannya untuk lebih
baik dan sebaliknya.
93.
QUR’AN SURAH XCIII :
AD-DHUHAA/WAKTU MATAHARI SEPENGGALANGAN NAIK
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah,
sekaligus topik sentral surah dan digunakan sebagai sumpah dengan fenomena alam
yang lain untuk menyatakan jaminan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan manusia dan
tidak pula membenci manusia. Topik ditutup dengan pernyataan bahwa akhir
perjuangan itu lebih baik daripada permulaan.
TEMA SURAH :
Dalam saat saat yang berat yang dialami manusia, manusia
harus tetap yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya dan keadaan
yang berat itu bukan tanda kebencian-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia harus yakin dalam keadaan yang bagaimanapun
beratnya Tuhan tidak akan meningglkan nya, dan keadaan itu bukan tanda
kebencian-Nya. Ingat bahwa akhir kehidupan bukanlah didunia ini, dan itu pasti
lebih baik.
94.
QUR’AN SURAH XCIV : ALAM NASYRAH/MELAPANGKAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah,
sekaligus topik sentral surah yang menegas kan, bukankah Tuhan yang melapangkan dada
manusia, meringankan beban yang memberatkan punggungnya, dan meninggikan
sebutannya, dan menyatakan selanjutnya bahwa disamping kesulitan pasti ada kemudahan,
yang diulang 2 kali. ( 1-6)
TEMA SURAH :
Manusia dalam menghadapi kesulitan selalu berkeluh kesah,
suatu sikap yang merugikan. Diyakinkan Tuhan bahwa disetiap kesulitan pasti ada
kemudahan. Yang menyatakan ini ialah Tuhan yang meringankan manusia dari
bebannya dan melapangkan dadanya dari rasa kesempitan yang menyekik jiwa
manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Suatu landasan optimistik telah diberikan oleh Tuhan yang
telah melapangkan dada, meringankan beban manusia yang beriman dan bertawakkal.
95.
QUR’AN SURAH XCV :
AT-TIIN/BUAH TIIN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah digunakan sebagai sumpah bersama dengan buah Zaitun, gunung Sinai dan negeri Mekah,
untuk menyatakan bahwa sesungguhnya manusia itu telah diciptakan dalam bentuk
yang paling baik; kemudian dikembalikan ke tempat yang paling rendah, kecuali
YANG BERIMAN DAN BERAMAL SHALEH. ( 1-6)
TEMA SURAH :
Manusia itu sesungguhnya makhluk Tuhan yang diberi bentuk
paling baik, tetapi dapat kembali ke jajaran yang paling rendah, sesuai dengan sikap dan
perbuatannya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Keadaan
manusia itu selalu dalam keadaan yang terombang-ambing, sekali waktu ia berada
pada puncak ketinggian kemakhlukan, waktu yang lain dapat merosot kelembah
terdalam kemakhlukan. Untuk mempertahankan dirinya dalam puncak ketinggian
kemakhlukan manusia harus BERIMAN dan BERAMAL
SHALEH, artinya aktif dalam kancah kehidupan namun tetap dalam norma
kemukminan.
96.
QUR’AN SURAH XCVI :
AL-’ALAQ/SEGUMPAL DARAH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah
sekaligus topik sentralnya (1-8), yang merupakan perintah untuk :- membaca dengan
nama Tuhan yang menciptakan manusia dari segumpal darah; Tuhan yang paling
Pemurah dan yang mengajarkan manusia dengan kalam apa yang tidak dapat
diketahui manusia. Dilanjutkan dengan pernyataan yang konfirmatif,
bahwa manusia
itu suka MELAMPAUI BATAS, karena ia merasa berkecukupan. Topik
ditutup dengan ketegasan bahwa manusia pasti kembali pada Tuhannya.
TEMA SURAH :
Bahwa
manusia itu suka
melampaui batas, karena ia merasa berkecukupan itu pasti, karena Tuhan yang mengajarkan manusia via
kalam-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia
wajar, patut sampai wajib MEMPERCAYAI apa yang dituliskan dalam wahyu, karena yang
menuliskan itu Tuhan yang Maha Pemurah dan yang menciptakan manusia.
97.
QUR’AN SURAH XCVII :
AL-QADR/KEMULIAAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah terdapat pada pembukanya yang menyatakan bahwa malam diturunkannya Al-Qur’an itu merupakan
malam yang mulia.
TEMA SURAH :
Saat
Wahyu terakhir diturunkan Tuhan saat yang mulia. Kemuliaan ini karena ada
sesuatu yang sangat penting yang terjadi. Jadi suatu kejadian dapat meningkatkan NILAI waktu dan
ruang / tempat kejadian. Waktu
kita kalau tidak kita isi dengan sesuatu tidak bernilai; kalau diisi dengan
amal baik, maka waktu bernilai positif, sebaliknya kalau kita isi dengan
kebatilan, maka nilainya menjadi negative. Begitu pula dengan tempat atau
lingkungan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Nilai
lingkungan itu ditentukan oleh suatu kejadia yang mengisinya. Tergantung dari
macam kejadiannya , nilai lingkungan itu dapat tambah atau berkurang, begitu
pula UMUR MANUSIA. Panjang umur tidak
menentukan banyaknya kebaikan seseorang !
By A Baghowi Bachar
(Posting 13 November 2011/ 17 Dh-Hijja 1432 H)
Sabtu, 05 November 2011
Renungan
Makna dan Hikmah Berkorban
Ajaran berkorban sebenarnya telah dilaksanakan sejak awal sejarah kemanusiaan, yaitu oleh Habil dan Qobil, putra Nabi Adam. Kurban Qobil ditolak, karena dilakukan tidak dengan hati yang ikhlas dan bukan harta yang terbaik. Berbeda dengan itu adalah kurban yang dilakukan oleh Habil, diterima oleh Allah. Habil mengorbankan hartanya yang terbaik dan dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Selanjutnya ajaran kurban juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Peristiwa yang sangat dahsyat, bahwa yang dikorbankan oleh Nabi Ibrahim adalah satu-satunya putranya, yang sangat dicintai. Tugas berat itu dilaksanakan olehnya untuk memenuhi perintah Tuhan yang diterima lewat mimpi. Keduanya, baik Ismail maupun Ibrahim memenuhi perintah itu, sekalipun tugas itu amat berat, karena di luar batas-batas kemanusiaan.
Melihat sejarah Habil dan Qobil hingga Ibrahim dan Ismail, maka rupanya kurban adalah menjadi pintu yang harus dilalui untuk meraih derajat mulia di sisi Tuhan. Bahwa kemuliaan sejati harus dibayar dengan cara berkorban dan bukan dibeli. Berkorban berbeda dengan membeli. Berkorban adalah memberikan sesuatu miliknya yang terbaik yang didasari oleh rasa ikhlas.
Kemuliaan seseorang tidak bisa didapatkan dari cara membeli, tetapi hanya bisa diperoleh dari berkorban. Betapa mulianya berkorban sebenarnya juga bisa ditangkap dari perjalanan hidup manusia di setiap waktu, tidak terkecuali pada zaman sekarang ini. Orang-orang yang mau berkorban akan selalu mendapatkan kemuliaan. Para pahlawan bangsa hingga nama mereka diingat, sejarah hidupnya selalu dijadikan tauladan, dan kata-katanya dijadikan pegangan hidup adalah karena pengorbanannya.
Pada saat sekarang ini, jiwa dan kesediaan berkorban terasa semakin hilang dan digantikan dengan kebiasaan bertransaksi, atau berjual beli. Tidak sedikit pemimpin tatkala mendapatkan posisinya itu diperoleh dari berkorban, melainkan dari membeli atau bertransaksi, hingga muncul istilah jual beli jabatan. Akibatnya, yang bersangkutan sama sekali tidak mendapatkan kemuliaan dari jabatannya itu. Sebaliknya, justru menjadi nista, yaitu dikejar-kejar kejaksaan, polisi atau KPK dan akhirnya dipenjarakan.
Pada saat sekarang ini, di tengah-tengah hiruk pikuk terjadinya berbagai penyimpangan, korupsi, manipulasi, dan berbagai mafia yang berakibat merendahkan derajat kemanusiaan, maka para pemimpin bangsa seharusnya segera menyeru untuk melakukan gerakan berkorban, dan bukan bertransaksi. Bertransaksi, termasuk transaksi kekuasaan telah terbukti berakibat mensengsarakan dan bahkan menistakan diri yang bersangkutan.
Sejarah Habil, Ibrahim dan Ismail, bahkan juga sejarah para pahlawan bangsa kita telah memberikan tauladan yang sangat mulia, yaitu berkorban dari apa yang terbaik dan dilakukan dengan ikhlas. Jika bangsa ini ke depan ingin mendapatkan kemuliaan, maka tauladan itu harus dijalani. Gerakan berkorban, harus dimulai dari atas, yaitu dari semua kalangan elite bangsa. Sebaliknya, kebijakan berupa meningkatkan fasilitas para pejabat, termasuk berbagai tunjangan, remunerasi yang akan diterima, -------di tengah-tengah rakyat yang belum sepenuhnya makmur seperti sekarang ini, maka perlu dihindari.
Di tengah-tengah rakyat sedang mengalami kesulitan hidup seperti sekarang ini, mestinya para pemimpin dan pejabat pemerintah, bersedia berkorban. Gerakan berkorban sebenarnya adalah juga sekaligus sebagai cara mudah, murah, dan sederhana menghilangkan kebiasaan korupsi dan hidup serakah. Orang yang terbiasa memberi atau berkorban akan menjauhkan diri dari hidup berlebih-lebihan, tamak, dan serakah.
Untuk menghilangkan korupsi di negeri ini harus ada gerakan mengubah budaya. Yaitu budaya menerima harus diubah menjadi budaya memberi. Memberi atau memposisikan tangan di atas akan selalu lebih mulia dari tangan di bawah, apalagi diperoleh dengan cara mencuri atau korupsi. Hari raya kurban yang sebentar lagi tiba, harus dijadikan momentum untuk memulai gerakan mulia itu. Wallahu a’lam
Sumber dari: http://www.uin-malang.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)