Kesholehan, seperti akhir dari tujuan setiap manusia untuk mengharapkan dan menjadi wujud dari setiap doa yang dipanjatkan sejak kelahirannya sampai tua, diakhir kehidupannya.
Kesholehan memiliki makna yang dalam; tidak sekedar sebagai manusia yang baik- taat kepada ketentuan agama, tetapi mampu komitmen dalam berbagai masalah kehidupan dirinya dan orang lain dan pengaruh diluar ketentuan agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan dua pengertian untuk kata “saleh.” Pertama, “saleh” adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Kedua, “saleh” adalah suci dan beriman
Secara etimologis, kata saleh berasal dari bahasa Arab shāliḥ yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Amal saleh berarti amal/perbuatan yang tidak merusak atau mengandung unsur kerusakan. Maka orang saleh berarti orang yang terhindar dari kerusakan atau hal-hal yang bersifat buruk.
Ketentuan agama mengandung nilai nilai sikap-perilaku, nilai etika dalam hubungan dengan Allah maha pencipta(Khalik), dengan manusia dan lingkungannya(muamalah). Dalam hubungan denganTuhannya, manusia dituntun dalam norma norma melalui petunjuk kitab suci dan pengalaman spiritual dalam ritual agama - rukun agama, rukun islam, rukun iman. dan juga di contohkan dalam muamalah oleh rosul atau nabi-Nya sebagai tauladan - dengan akhlakul karimah, melalui sunnah yang diajarkannya.
Sumber Nilai kesholehan dari Kitabullah -kitab suci yang menginspirasi manusia terhadap semua perilaku dan tindakannya dalam merekayasa kehidupan-peradaban-budaya manusia.
Kesholehan menjadi nilai tidak sekedar hubungan vertikal ke tuhan /langit tetapi horisontal ke bumi yang berubah dan maju-berkembang dengan populasi manusia yang berkembang dan kebutuhan yang juga bertambah dengan kompleksitas.
Dinamika manusia dari era awal kehidupannya sehingga era 2024 Masehi, berubah -rubah dan semakin kompleks dengan segala tantangannya baik dari aspeks ekonomi , sosial, politik, keamanan, budaya, pendidikan, agama, dan lainya saling mempengaruhi. Nilai nilai kesholehan pun berubah dari sudut pandang agama ; dari nilai nilai yang dipahami sebelumnya. Kebutuhan manusia atas nilai nilai spiritual - agama menjadi "dangkal" atau 'lebih dalam" atau tidak ada , bila agama hanya dipahami sebagai ketentuan masa lalu atau nilai nilai yang sudah usang- karena tidak bisa menjawab masalah perubahan nilai jaman/peradaban manusia. atau hanya menganggap -agama sebagai ritual -seremonial sebagai budaya atau tradisi saja oleh generasi manusia sekarang.
Kesholehan hanya simbol dalam atribut, panji panji agama dalam tampilan perilaku penganutnya, agama hanya sebagai identitas perimodial atau politik, sosial, budaya dan lainnya.
Contoh yang digambarkan dalam peristiwa politik, pemilihan pemilihan pemimpin, seperti dari ketua OSIS, senat mahasiswa, bupati, gubenur, presiden, dan lain lain.
Identitas agama , seakan akan Tuhan berada dalam dukungannya dari orang yang lain atau Tuhan dijadikan alat untuk mempengaruhi orang lain -untuk mendukung dan memilihnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar