Salah satu kesan yang kuat yang diperoleh orang yang membaca Al-Qur’an ialah banyaknya kisah kisah sejarah atau cerita/dongeng, sehingga ALLAH menegaskan bahwa AL-Qur’an bukan buku cerita, dengan pernyataan yang lebih keras, ialah :
‘Orang-Orang Musyrik Menganggap Al-Qur’an Dongengan Purbakala Belaka‘. (QS.8:31).
Pernyataan ini mengandung dua arti :
- Pertama bahwa kesan itu benar
- Namun janganlah kita termasuk golongan orang musyrik.
Bagaimana cara kita memahaminya ?
By A.Baghowi Bachar
Al-Qur’an diturunkan sebagai huda dan furqon untuk merekayasa kehidupan ini.
Salah satu jalan untuk memahami arti dan makna kehidupan ialah melalui pelajaran perjalanan hidup umat manusia, dengan mencoba menafsirkan sejarah.
Pada saat ini ada beberapa aliran penafsiran sejarah :
- Kelompok manusia beragama: yang menafsirkan sejarah, baik perjalanan evolusi alam -maupun sejarah perjalanan hidup sebagai manifestasi kehendak Tuhan melulu. Kesulitannya dalam memahami konsep ini ialah bahwa manusia tidak pernah mampu memahami kehendak Tuhan.
- Kelompok yang mendasarkan interpretasinya pada politik. Ulah politik manusialah yang melahirkan fenomena kehidupan. Berpolitik artinya berebut hegemoni dalam bidang kehidupan. Inilah sebabnya sejarah itu di-identikan dengan kisah para penguasa, raja, kaisar, diktator disamping sistem sistem pemerintahan dan hebatnya persenjataan.
- Kelompok manusia yang condong menggunakan pendekatan kepahlawanan atau heroisme (para pengikut Carlyle). Pendekatan ini sangat erat hubungannya dengan butir diatas, tetapi lebih bersifat individuil. Penggerak sejarah ialah pribadi pribadi para pahlawan.
- Kelompok yang percaya bahwa penggerak sejarah ialah Idea (pengikut Hegel). Idea kecuali merupakan sumber gerak juga merupakan tujuan. Misalnya kelompok demokrasi. Kelompok ini mengabaikan budaya/peradaban yang melahirkan idea .Idea digunakan sebagai ideologi.
- Kelompok manusia yang melihat sejarah sebagai rangkaian peperangan. Mereka melihat sejarah sebagai suatu rangkaian perebutan hegemoni, kalau perlu dengan melaui annihilisasi kelompok yang lain.
- Kelompok Marxis yang mendekati sejarah melalui penafsiran pemenuhan kebutuhan atau ekonomi: produksi, distribusi dan pertukaran barang itulah yang melandasi proses kehidupan. Marx menyatakan bahwa yang terpenting ialah faktor ekonomi yang menentukan suprastruktur peradaban, yang kemudian diperkuat oleh ideologi , politik, keyakinan/agama serta kesusastraan yang seiring.
Dari butir-butir diatas dapat disimpulkan bahwa kecuali butir 1., faktor penggerak utama sejarah lahir dari kesadaran keperiadaan/existensial manusia, yang diujudkan oleh keinginan/kehendak/ irodat-nya. Dengan demikian faktor penggerak bersifat anthropocentris, egosentris dan subjektif manusiawi. Tidak ada ujud kehidupan yang disebut kehidupan-mean-to-be , tidak dikenal istilah das sollen, tidak ada pengertian nilai, tidak ada suatu KEBENARAN, yang ada ialah “yang dianggap benar”. Kalau anggapan ini benar, maka apa yang dapat kita ambil dari mempelajari sejarah , kecuali bahwa hubungan antar manusia itu berupa suatu hubungan permusuhan/pergulatan/persaingan dan hubungan manusia dengan lingkungannya yang bersifat exploitatif/penguasaan . Yang ada dalam benak manusia hanyalah kemenangan, penguasaan, penjajahan untuk dirinya yang berarti pelecehan dan penghinaan serta pemerasan bagi yang lain. Homo homini lupus dan exploitation de l’homme par l’homme !!!
Apa yang kita dapatkan dari cara pendekatan Al-Qur’an terhadap sejarah?
Banyak cerita cerita , kisah kisah ditulis dalam Al-Qur’an, bahkan ada satu surah yang diberi judul Al-Qashshash/cerita cerita/kisah kisah. ( QS.28 ) yang menerangkan makna yang terkandung dalam kisah. Kisah tidak dituliskan sebagai layaknya suatu perjalanan sejarah dengan menyebut tempat dan tahun kejadian dengan jelas, malahan banyak mengandung dialog dialog , sehingga lebih mendekati cerita hikayat /legenda yang terlepas dari space-time-cultural-continuum daripada cerita sejarah. yang lebih realitis. Hikayat ialah suatu cerita tentang kejadian masa lampau yang lebih mengandung hakekat/ inti/nilai/makna daripada fenomena lahiriahnya (Kamus bahasa Indonesia Purwodarminto).
Katakanlah yang dituliskan Al-Qur’an adalah ruhnya sejarah, yang meliputi sikap manusia terhadap Tuhan cq Rasul dan wahyu-Nya. Ini didasarkan pada anggapan Al-Qur’an tentang apa itu kehidupan.
Menurut Al-Qur’an:
Kehidupan ialah INTERVENSI manusia terhadap ‘AMR Tuhan yang dilekatkan pada fitroh dan takdir pada makhluk-makhluk-Nya dan di-expresikan sebagai hukum alam dan sosial. Dengan demikian tiap upaya manusia dalam mengelola kehidupan ini selalu berhadapan langsung dengan Tuhannya. Mudah dimengerti sekarang, bahwa dalam cerita cerita Al-Qur’an, musibah yang dialami mereka yang menentang Rosul dan da’wahnya disebut sebagai balasan/azab Tuhan. Makna yang terkandung dalam pesan yang dilukiskan dalam kisah kisah Al-Qur’an ialah : bahwa siapapun yang menentang hudaa Tuhan pasti akan hancur, kehidupan ini akan rusak.
Apa perbedaan pandangan manusia dan Al-Qur’an terhadap sejarah ?
Pandangan manusia yang dikemukakan dalam 6 butir diatas dapat dibagi dalam 2 golongan,ialah:
- Kelompok pertama ini memandang fenomena kehidupan ini merupakan expresi dari ‘amr Tuhan seluruhnya, sehingga manusia itu hanyalah alat belaka., sesuai dengan pandangan kaum jabariyah.
- Kelompok kedua yang diwakili kelima kelompok lainnya, menggambarkan bahwa fenomena kehidupan itu seluruhnya merupakan hasil irodat manusia, sejajar dengan pandangan kaum qodariyah.
Al-Qur’an memandang fenomena kehidupan ini sebagai hasil intervensi irodat manusia terhadap ‘Amr Tuhan yang diexpresikan dalam hukum alam dan sosial. Adanya intervensi menunjuk adanya aktor intelektualisnya, faktor yang aktif [makhluk manusia yang dianugrahi iradat] dan faktor yang reaktif [makhluk selain manusia]. Sebelum kita membahas selanjutnya, masih ada satu ganjalan dalam memahami cerita-cerita Al-Qur’an yang kesannya tidak sesuai dengan fenomena kehidupan saat ini.
Kalau dalam Al-Qur’an yang menerima azab itu ialah mereka yang menentang Tuhan cq. Rosul dan ajarannya saja, fenomena saat ini, yang terkena azab merata, yang menentang maupun yang beriman, malahan terkesan lebih banyak daerah umat Islam. Cerita dalam Al-Qur’an ialah cerita perjalanan umat sebelum diturunkan Al-Qur’an, wahyu pada waktu itu hantya diperuntukkan bagi suatu kaum/bangsa, sehingga pemisahan antara orang yang mengikuti Rasul dan yang menentang jelas batasnya. Dengan pembalasan Tuhan terhadap kaum yang menentangnya jelas lokasinya, pembalasan dapat dilakukan pada waktu itu. Sedangkan pada zaman Muhammad, wahyu yang diturnkan untuk seluruh manusia/bangsa dan domisili para yang beriman dan yang menentang jumbuh. Karenanya Tuhan mengundurkan azab- Nya pada zaman paska kerasulan Muhammad sampai hari kiamat.
Mengenai umat zaman dan paska-zaman diturunkan Al-Qur’an, Al-Qur’an melukiskan kerusakan alam lingkungan dan kehidupan itu akibat ulah tangan tangan manusia, dan tidak sebagai azab, karena datangnya azab ditangguhkan setelah kiamat. Sepintas kelihatannya kontradiktif, tetapi kalau kita kaji lebih lanjut kontradiksi ini akan hilang:
- Cerita cerita dalam Al-Qur’an itu merupakan contoh- contoh kasuistik yang diangkat untuk umat zaman dan pasca zaman diturunkannya Al-Qur’an
- Keadaan umat sebelum Muhammad itu berbeda, karena Rosul hanya diutus untuk satu bangsa, bangsa Rasul, jadi daerah peristiwanya terbatas dan terpisah dari daerah lain.
- Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat manusia sedunia, sehingga batas area yang dihuni umat Muhammad dan umat-non-Muhammad jumbuh
- Daya penalaran umat pra-Muhammad jauh berbeda dengan daya penalaran umat-pasca-Muhammad setelah Al-Qur’an membimbing penalaran manusia.
Dengan demikian kalau azab/ujian/akibat intervensi dilaksanakan seperti pada umat pra-Muhammad, kemungkinan seluruh bumi akan rusak. Selanjutnya karena tidak akan ada lagi Nabi atau Rosul yang akan mengingatkan dan memperingatkan manusia, maka Al-Qur’anlah yang mengambil alih tugas Rosul dengan moderatornya uamat Muhammad. Caranya ialah dengan ungkapannya bahwa kerusakan yang terjadi itu karena ulah tangan manusia.
Dengan demikian Al-Qur’an dapat mengambil alih tugas Rosul ! Cakrawala inilah yang diberikan oleh cerita cerita yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an.
By A.Baghowi Bachar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar