Translate

Telusuri via Blog Ini

Minggu, 10 Juli 2011

24 QUR’AN SURAH XXIV : AN-NUR/CAHAYA.

XIV.    MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

24       QUR’AN  SURAH    XXIV :   AN-NUR/CAHAYA.
TOPIK SENTRAL SURAH:
Nama judul surah terdapat pada pembuka topik ke 2 ( ayat 35 s/d 46 ) yang menerangkan bahwa wahyu Tuhan itu seperti cahaya yang melebihi sifat cahaya matahari, karena tidak memiliki sumber, cahaya di atas cahaya. Dengan cahaya/nur itu Tuhan menjelaskan segala sesuatu, menerangi rumah dimana didalamnya orang bertasbigh siang dan malam dan menerangi mereka yang tak lalai karena pekerjaannya. Bagi orang kafir penerangan itu seperti fata-morgana, keadaan mereka seperti dalam gelap gulita. Kemudian diikuti dengan seruan untuk memperhatikan fenomena alam berkat pemeliharaan Tuhan dan semua saja did alam alam itu sujud dan bertasbigh pada-Nya.
TEMA  SURAH :
Dalam surah ini Tuhan mengumpamakan wahyu-Nya sebagai Nur/cahaya.  Kita ketahui bahwa cahaya matahari itu bersifat : menghidupi [sbg. Ujud photon] dan menerangi isebagai ujud gelombang], artinya tanpa cahaya itu tidak ada kehidupan dalam alam ini dan tanpa cahaya tidak ada penerangan yang mampu memberikan penglihatan. Penglihatan yang dapat menunjukkan jalan dan penglihatan yang mampu membedakan yang benar dan yang salah, yang patut dan yang tidak patut, yang baik dan buruk. Jadi sifat wahyu itu MENGHIDUPI, MENUNJUKKAN/HUDAA dan KRITERIA/FURQON. Dalam surah ini Tuhan menerangkan banyak hukum hukum , sikap dan pandangan hidup yang seharusnya berfungsi sebagai CAHAYA bagi manusia. Apakah persamaan perumpamaan fungsi wahyu dengan cahaya itu juga meliputi ujud struktur/systematikanya ?
SUDUT PANDANG SURAH :
Dalam kehidupan dunia ini, yang berlaku sebagai KRITERIA hanyalah WAHYU bukan pendapat manusia. Pendapat manusia dapat berupa teori ilmu, peraturan, adab, etika , hukum, falsafah hidup dst. Bagaimanapun logis kelihatannya, namun bila tidak sesuai dengan wahyu harus ditinggalkan, karena hanya wahyulah yang menghidupi dan menyelamatkan kehidupan.
25.        QUR’AN  SURAH  XXV :  AL-FURQON/KRITERIA.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah sebagai topik pertama surah ( 1-34). Surah dibuka dengan : Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon pada hamba-Nya agar ia memberikan peringatan pada seluruh alam.
Kemudian dilanjutkan dengan sifat Tuhan dan diciptakan segala sesuatu itu dengan ukuran masing masing dengan rapi sekali. Selanjutnya dberitahukan tentang sifat mereka yang mengambil Tuhan selain Allah dan anggapa mereka tentang Al-Qur’an. Selanjutnya topik ditutup dengan apa yang menunggu mereka yang mengingkari dan mengimani kiamat.
TEMA  SURAH :
Tema sentral surah ialah kedudukan Al-Qur’an yang menempati kedudukan sentral dalam kehidupan ini, ialah sebagai satu-satunya KRITERIA/UKURAN/NORMA  segala sesuatu. Surah mengandung pelbagai ukuran tentang, misalnya mereka yang dapat disebut sebagai hamba Allah, apa yang BENAR/SALAH, baik/buruk, menguntungkan/merugikan dst.
Terlalu amat sedikit manusia menganggap Al-Qur’an sebagai kriteria, terlalu banyak yang menganggapnya hanya sebagai hudaa, sedangkan kedudukan kriteria itu lebih sentral daripada hudaa. Disinilah hakekat perbedaan antara  hukum yang diciptakan manusia dengan syare’at ; hukum hanya menentukan  MENANG -- KALAH [ukuran dunia : menang identik dengan benar dan sebaliknya], sedangkan syare’at menentukan BENAR - SALAH [benar identik dengan yang HAK dan salah identik dengan yang BATHIL!]
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini memperkuat pandangan surah sebelumnya, yang menyatakan bahwa yang patut, wajar, bahkan wajib digunakan sebagai KRITERIA dalam mengelola kehidupan ini, ialah WAHYU..
26.        QUR’AN  SURAH  XXVI :  ASY-SYU’ARA/PARA PENYAIR - AL- JAMI’AH.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 224 - 227 yang merupakan topik penutup surah. Topik dibuka dengan keadaan manusia setelah Al-Qur’an diturunkan, ialah sebagian besar mereka mengingkarinya dan berpesan pada Nabi, bahwa jika umatnya mengingkarinya, maka dia harus menjawab dengan: sesungguhnya aku berlepas tangan dari perbuatanmu”.
Diterangkan selanjutnya bahwa syetan itu mendekati mereka para pendusta yang banyak dosa. Banyak penyair penyair yang diikuti oleh banyak manusia, meskipun mereka mengatakan yang tidak mereka lakukan, kecuali yang beriman dan beramal sholeh. Nama judul kedua berarti kebanyakan’, jadi ditunjukkan oleh Tuhan, bahwa kebanyakan manusia bersifat tidak melakukan apa yang mereka katakan atau BERDUSTA.
TEMA SURAH :
Diperingatkan tentang bahaya yang datang dari para penyair yang suka mengatakan apa yang mereka tidak lakukan. Pada zaman itu merekalah, para penyair yang getol  “berpidato”, bukan seperti keadaan sekarang; yang getol berpidato ialah para politisi, da’i atau orator lain atau deklamator, sehingga contoh kasus yang diambil dalam surah ini, ialah para penyair yang berkiprah ditengah masarakat zaman itu. Pada saat sekarang nama judul surah dapat dikembalikan pada mereka yang suka ceramah, pidato dlsbg. yang harus diwaspadai.
Karena banyaknya manusia yang suka mengambil jalan demikian, maka nama judul kedua Al-Jami’ah/kebanyakan, merupakan suatu peringatan yang tepat. Janganlah kita mengikuti trends/kecenderungan/kebiasaan/mode/umumnya, tanpa menilai apakah itu benar atau salah. Sebab sikap inilah yang menyuburkan bid’ah sampai fitnah.
SUDUT PANDANG SURAH :
Wajib bagi kaum muslimin untuk waspada pada para mereka yang suka berbicara dimuka umum, karena mereka kebanyakan tidak mengerjakan apa yang mereka kemukakan. Pesona terhadap apa yang mereka kemukakan dapat menjerumuskan kita ke jalan kebathilan.
27.        QUR’AN  SURAH  XXVII :  AN - NAML/SEMUT
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 18-19 yang merupakan topik ke 2 ( ayat 15 s/d 44) yang mnegkisahkan tentang Nabi Daud dan Sulaiman yang banyak diberi kelebihan, diantaranya memahami bahasa binatang. Waktu tentara Sulaiman melewati lembah semut, maka ada semut yang memeperingatkan golongannya untuk menyingkir, karena lembah itu akan dilalui tentara Sulaiman. Katanya : “Hai para semut, masuklah dalam sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh tentara Sulaiman, meskipun mereka tidak menyadarinya”. Waktu Sulaiman mendengar itu, maka ia lalu berdo’a mohon diberikan ilham untuk dapat mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan, dan agar dapat beramal shaleh yang Dia ridloi.
TEMA SURAH :
Topik ini menceriterakan tentang kelebihan yang diberikan Tuhan pada Sulaiman, dia tidak menjadi sombong malah berdo’a mohon ditunjukkan cara mensyukurinya dan bagaimana menggunakan kelebihannya untuk beramal yang Dia ridloi. Suatu sikap yang seharusnya dari manusia, bila diberi kelebihan oleh Tuhan. Wahyu dan kisah kisah kaum terdahulu merupakan pelajaran dan pengajaran bagi manusia untuk disyukuri dan digunakan untuk meningkatkan amalnya, bukan untuk dipamerkan dan diperjual-belikan. Disamping itu kisah kaum terdahulu juga merupakan mu’jizat bagi Muhammad akan kebenaran wahyu yang diterimanya, karena kisah kisah itu merupakan apa yang dipertanyakan kaum Yahudi dan Nasrani untuk menguji apakah Muhammad mengetahui tentang kisah kisah itu.
SUDUT PANDANG SURAH :
 Kelebihan yang di-anugerahkan Tuhan pada seseorang harus disukuri, bukan disalahgunakan sebagai alat untuk berbuat kebatilan. Juga tentunya kelebihan bagi suatu kaum, suku bangsa maupun bangsa.Bangsa bangsa yang lebih maju selayaknya membantu bangsa yang terbelakang, bukan menjajah, menguasai dan memerasnya.
28.        QUR’AN  SURAH  XXVIII :  AL- QASHASH/KISAH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah ini terdapat pada ayat ke 25, yang terdapat pada topik pertama surahnya (ayat 1 s/d 47), yang menceriterakan tentang kelahiran Musa sampai larinya ke Madyan, karena membunuh salah satu anak buah Fir’aun dan bertemu dengan Nabi Syueb. Setelah Musa menceriterakan hal ihwalnya, maka N.Su’eb mengambilnya  sebagai  menantu dengan satu perjanjian. Setelah janji itu dipenuhi maka Musa dengan keluarganya meninggalkan Madyan dan kemudian diangkat Tuhan sebagai Rasulnya dengan tugas menyelamatkan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun.(ayat 30). Topik ditutup dengan pernyataan, bahwa pada Musa diberikan TAURAT sebagai pedoman hidup Bani Israil. Kisah Musa ini diceriterakan Muhammad sebagai bukti akan kebenaran Al-Qur’an. Surah dibuka dengan suatu konfirmasi, bahwa Al-Qur’an merupakan ayat ayat yang menjelaskan/mubin.
TEMA  SURAH :
Pada hakekatnya sejarah itu sesuatu yang ghoib. Manusia hanya dapat mengetahui melalui ceritera lisan/catatan/petilasan (fenomena alam) yang ditinggalkan sebagai bahan interpretasi, sehingga manusia secara mutlak tidak pernah mengetahui hakekat kebenarannya. Sejarah hanya dapat diketahui hakekat maknanya, bila disertai hal ihwalnya, yang hanya didapatkan dari Sang Pelaku, artinya motif yang melandasi fenomena sejarah  tidak mungkin didapatkan dari fenomena social dan alamnya sendiri. Pendapat inilah yang dapat menjawab kritik Alvin Toffler :” mengapa manusia melihat masa depan selalu didasarkan pada masa lampau ?! dengan kata-katanya :” Facts are by definition, phenomena of the past; there are no future-facts. Is pastime a fair sample of all time ?”
Kisah kisah yang dilukiskan Al-Qur’an itu tidak sama dengan kisah sejarah yang ditulis oleh manusia. Kisah dalam Al-Qur’an selalu disertai oleh motif yang jelas, karena mempunyai tujuan yang jelas, sehingga pertanyaan Alvin Toffler dapat dijawab dengan kata “ ya”, bila ‘pastime’ itu diungkapkan dengan motifnya ( niat dan tujuan yang dimiliki actor intelektualisnya, dan sulitnya ‘hanya dia [dan Tuhannya] yang mengetahuinya dengan pasti).
SUDUT PANDANG SURAH :
Kita harus berhati-hati, bila ingin meng-interpretasi fenomena sejarah, karena pada hakekatnya sejarah itu GHOIB, karena MOTIVASI yang ada dibelakangnya tidak pernah dikemukakan. Yang penting ialah tidak adanya UKURAN yang dapat digunakan secara universil, sehingga PENILAIAN-nya hanya didasarkan pada pendapat sipenulis/periwayat. Realita sejarah dalam AL-Qur’an ditulis oleh Sang Pencipta, sehingga Dia dapat mengetahui motivasi si pembuat /pelaku sejarah. Maka inilah sebabnya manusia menemukan hukum hukum sosial, yang dalam Al-Qur’an disebut SUNNATULLAH atau TRADISI TUHAN.
29.        QUR’AN  SURAH  XXIX :  AL-ANKABUT/LABA-LABA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 41 yang merupakan kesimpulan dari kandungan topik pertama ( 1 s/d 44 ). Surah dibuka dengan peringatan yang sangat keras, meskipun berupa suatu pertanyaan, ialah :manusia akan diuji dengan ke-imanannya, seperti orang -orang terdahulu. Dilanjutkan dengan pernyataan, bahwa apapun yang dilakukan manusia itu semua untuk dirinya. Beriman atau kafir, semua itu dipikul oleh masing-masing orang. Diteruskan dengan kisah Nuh dan Ibrahim yang mengajak manusia untuk memperhatikan fenomena alam. Kemudian ditutup dengan pernyataan bahwa mereka yang mengambil pelindung selain Allah itu sifatnya rapuh, serapuh rumah laba-laba, namun yang mampu memahami itu hanyalah orang-orang yang berilmu.
TEMA  SURAH :
Disini Tuhan memberi suatu perumpamaan tentang sifat musyrik/kufur yang dilukiskan sebagai sesuatu yang sangat rapuh, serapuh rumah laba-laba. Meskipun rumah laba-laba itu rapuh mampu digunakan untuk menangkap mangsanya, artinya masih dapat untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu perumpamaan yang dituliskan dalam Al-Qur’an yang dapat kita saksikan, bahwa orang orang kafir masih dapat hidup dengan mudah. Artinya bahwa tidak ada jaminan, bahwa yang BENAR didunia ini akan selalu menang ! Namun itu hanya dapat difahami oleh mereka yang berilmu, ini artinya bahwa yang mampu memahami Al-Qur’an ialah mereka yang berilmu ! Karena argumentasi yang diajukan Al-Qur’an itu selalu mengandung data/fakta/informasi yang memerlukan pemikiran. Suatu peringatan yang banyak diabaikan manusia !!!
SUDUT PANDANG SURAH :
Apapun argumentasi yang digunakan manusia untuk mempertahankan KEMUSYRIKAN/ POLYTHEISME, semua itu bersifat rapuh Manusia boleh berteori, berfalsafah, dengan mendasarkan pada fenomena yang ada, namun pada hakekatnya semua itu sesungguhnya hanya berlandaskan ANGGAPAN, PERKIRAAN manusia. Salah satu hasil dari “anggapan” itu ialah ILMU; tidak banyak manusia sadar tentang hal itu, sehingga kebanyakan manusia mempertuhankan ILMU atau yang dapat digunakan untuk mencari ilmu, ialah Rasio. Inilah yang dibuktikan oleh Era Modern abad XIX.
30.        QUR’AN  SURAH   XXX :  AR-RUM
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 2 yang merupakan bagian dari topik pertama (ayat 1-7) yang meramalkan akan kemenangan kembali bangsa Romawi dalam beberapa tahun mendatang, setelah dikalahkan oleh bangsa Persia.  Meramalkan , karena waktu surah ini diturunkan, bangsa Romawi baru saja dikalahkan oleh bangsa Persia. Bersedihlah umat Muhammad, karena bangsa Rumawi termasuk ahli kitab, sedangkan bangsa Persia waktu itu beragama Majusi. Surah dibuka dengan kalimat ghoib dan setelah dilanjutkan dengan ramalan, bahwa Bangsa Romawi akan segera mendapatkan kemenangannya kembali, itu karena pertolongan Tuhan. Inilah satu satunya kisah yang dikisahkan Al-Qur’an yang dapat dibuktikan dan dialami secara langsung akan kebenarannya. Suatu ramalan dalam jangka pendek yang merupakan JANJI  ALLAH. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan, bahwa manusia tidak banyak yang mau mempercayai akan kandungan/pernyataan wahyu, seperti akan terjadinya hari kiamat. Inipun sesungguhnya merupakan janji Tuhan.
TEMA  SURAH :
Topik ini mengandung pernyataan yang bersifat prediktif, dan dapat langsung dibuktikan karena kebenarannya hanya memakan waktu pendek. Suatu prediksi yang profetik ! Inilah yang ingin disampaikan oleh topik ini, bahwa apa yang dikatakan Al-Qur’an itu PASTI akan TERJADI. Apakah manusia masih meragukan akan kebenaran apa yang dinyatakan Al-Qur’an setelah bukti nyata ini diturunkan ?

SUDUT PANDANG SURAH :
Inilah satu satunya surah yang dapat menunjukkan KEBENARAN JANJI TUHAN    secara langsung. Artinya kebenaran kandungan Al-Qur’an dapat DISAKSIKAN KEBENARANNYA dalam kurang dari satu generasi. Bagi mereka yang MAU BERFIKIR, realisasi  janji janji  Tuhan, meskipun dalam jangkauan jarak jauhnya tidak terbatas, namun mesti  PASTI akan TERJADI. Misalnya akan datangnya hari  KIAMAT.

By  A Baghowi Bachar

Tidak ada komentar: