TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL
YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH
ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.
24 QUR’AN SURAH
XXIV : AN-NUR/CAHAYA.
TOPIK SENTRAL SURAH:
Nama judul surah terdapat pada pembuka topik ke 2 ( ayat
35 s/d 46 ) yang menerangkan bahwa wahyu Tuhan itu seperti cahaya yang melebihi
sifat cahaya matahari, karena tidak memiliki sumber, cahaya di atas cahaya.
Dengan cahaya/nur itu Tuhan menjelaskan segala sesuatu, menerangi rumah
dimana didalamnya orang bertasbigh siang dan malam dan menerangi mereka yang
tak lalai karena pekerjaannya. Bagi orang kafir penerangan itu seperti
fata-morgana, keadaan mereka seperti dalam gelap gulita. Kemudian diikuti
dengan seruan untuk memperhatikan fenomena alam berkat pemeliharaan Tuhan dan
semua saja did alam alam itu sujud dan bertasbigh pada-Nya.
TEMA SURAH :
Dalam surah ini Tuhan mengumpamakan wahyu-Nya sebagai
Nur/cahaya. Kita ketahui
bahwa cahaya matahari itu bersifat : menghidupi [sbg. Ujud photon] dan
menerangi isebagai ujud gelombang], artinya tanpa cahaya itu tidak
ada kehidupan dalam alam ini dan tanpa cahaya tidak ada penerangan yang mampu
memberikan penglihatan. Penglihatan yang dapat menunjukkan jalan dan
penglihatan yang mampu membedakan yang benar dan yang salah, yang patut dan
yang tidak patut, yang baik dan buruk. Jadi sifat wahyu itu
MENGHIDUPI, MENUNJUKKAN/HUDAA dan KRITERIA/FURQON. Dalam surah ini
Tuhan menerangkan banyak hukum hukum , sikap dan pandangan hidup yang
seharusnya berfungsi sebagai CAHAYA bagi
manusia. Apakah persamaan perumpamaan fungsi wahyu dengan cahaya itu
juga meliputi ujud struktur/systematikanya ?
SUDUT PANDANG SURAH :
Dalam
kehidupan dunia ini, yang berlaku sebagai KRITERIA
hanyalah WAHYU bukan pendapat manusia.
Pendapat manusia dapat berupa teori ilmu, peraturan, adab, etika , hukum,
falsafah hidup dst. Bagaimanapun logis kelihatannya, namun bila tidak sesuai
dengan wahyu harus ditinggalkan, karena hanya wahyulah yang menghidupi dan
menyelamatkan kehidupan.
25.
QUR’AN SURAH
XXV : AL-FURQON/KRITERIA.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah sebagai
topik pertama surah ( 1-34). Surah dibuka dengan : Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon pada
hamba-Nya agar ia memberikan peringatan pada seluruh alam.
Kemudian dilanjutkan dengan sifat Tuhan dan diciptakan
segala sesuatu itu dengan ukuran masing masing dengan rapi sekali. Selanjutnya
dberitahukan tentang sifat mereka yang mengambil Tuhan selain Allah dan anggapa
mereka tentang Al-Qur’an. Selanjutnya topik ditutup dengan apa yang menunggu
mereka yang mengingkari dan mengimani kiamat.
TEMA SURAH :
Tema
sentral surah ialah kedudukan Al-Qur’an yang menempati kedudukan sentral
dalam kehidupan ini, ialah sebagai satu-satunya KRITERIA/UKURAN/NORMA segala sesuatu. Surah mengandung
pelbagai ukuran tentang, misalnya mereka yang dapat disebut sebagai hamba Allah, apa yang BENAR/SALAH, baik/buruk, menguntungkan/merugikan
dst.
Terlalu
amat sedikit manusia menganggap Al-Qur’an sebagai kriteria, terlalu banyak yang
menganggapnya hanya sebagai hudaa, sedangkan kedudukan kriteria itu lebih
sentral daripada hudaa. Disinilah
hakekat perbedaan antara hukum yang diciptakan manusia dengan syare’at ; hukum
hanya menentukan MENANG -- KALAH
[ukuran dunia : menang identik dengan benar dan sebaliknya], sedangkan
syare’at menentukan BENAR - SALAH [benar identik
dengan yang HAK dan salah identik dengan yang BATHIL!]
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah ini memperkuat pandangan surah sebelumnya, yang
menyatakan bahwa yang patut, wajar, bahkan wajib digunakan sebagai KRITERIA dalam mengelola kehidupan ini, ialah WAHYU..
26.
QUR’AN SURAH
XXVI : ASY-SYU’ARA/PARA PENYAIR -
AL- JAMI’AH.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul
surah terdapat pada ayat 224 - 227 yang merupakan topik penutup surah. Topik
dibuka dengan keadaan manusia setelah Al-Qur’an diturunkan, ialah sebagian
besar mereka mengingkarinya dan berpesan pada Nabi, bahwa jika umatnya mengingkarinya,
maka dia harus menjawab dengan: “sesungguhnya aku
berlepas tangan dari perbuatanmu”.
Diterangkan selanjutnya
bahwa syetan itu mendekati mereka para pendusta yang banyak dosa. Banyak
penyair penyair yang diikuti oleh banyak manusia, meskipun mereka mengatakan
yang tidak mereka lakukan, kecuali yang beriman dan beramal sholeh. Nama judul
kedua berarti ‘kebanyakan’, jadi ditunjukkan oleh Tuhan, bahwa kebanyakan manusia bersifat tidak melakukan apa yang mereka katakan atau BERDUSTA.
TEMA SURAH :
Diperingatkan
tentang bahaya yang datang dari para penyair yang suka mengatakan apa yang
mereka tidak lakukan. Pada zaman itu merekalah, para penyair yang getol “berpidato”, bukan seperti keadaan sekarang;
yang getol berpidato ialah para politisi, da’i atau orator lain atau
deklamator, sehingga contoh kasus yang diambil dalam surah ini, ialah para
penyair yang berkiprah ditengah masarakat zaman itu. Pada saat sekarang nama judul surah dapat dikembalikan pada
mereka yang suka ceramah, pidato dlsbg. yang harus diwaspadai.
Karena
banyaknya manusia yang suka mengambil jalan demikian, maka nama judul kedua Al-Jami’ah/kebanyakan, merupakan suatu
peringatan yang tepat. Janganlah kita
mengikuti trends/kecenderungan/kebiasaan/mode/umumnya,
tanpa menilai apakah itu benar atau salah. Sebab sikap inilah yang menyuburkan bid’ah sampai fitnah.
SUDUT PANDANG SURAH :
Wajib
bagi kaum muslimin untuk waspada pada para mereka yang suka berbicara dimuka
umum, karena mereka kebanyakan tidak mengerjakan apa yang mereka kemukakan.
Pesona terhadap apa yang mereka kemukakan dapat menjerumuskan kita ke jalan
kebathilan.
27.
QUR’AN SURAH
XXVII : AN - NAML/SEMUT
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah terdapat pada ayat 18-19 yang merupakan topik ke 2 ( ayat 15 s/d
44) yang mnegkisahkan tentang Nabi Daud dan Sulaiman yang banyak diberi
kelebihan, diantaranya memahami bahasa binatang. Waktu tentara Sulaiman
melewati lembah semut, maka ada semut yang memeperingatkan golongannya untuk
menyingkir, karena lembah itu akan dilalui tentara Sulaiman. Katanya : “Hai para semut, masuklah dalam sarangmu agar kamu tidak
terinjak oleh tentara Sulaiman, meskipun mereka tidak menyadarinya”.
Waktu Sulaiman mendengar itu, maka ia lalu berdo’a mohon diberikan ilham untuk
dapat mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan, dan agar dapat beramal shaleh
yang Dia ridloi.
TEMA SURAH :
Topik
ini menceriterakan tentang kelebihan yang diberikan Tuhan pada Sulaiman, dia
tidak menjadi sombong malah berdo’a mohon ditunjukkan cara mensyukurinya dan
bagaimana menggunakan kelebihannya untuk beramal yang Dia ridloi. Suatu sikap
yang seharusnya dari manusia, bila diberi kelebihan oleh Tuhan. Wahyu dan kisah
kisah kaum terdahulu merupakan pelajaran dan pengajaran bagi manusia untuk
disyukuri dan digunakan untuk meningkatkan amalnya, bukan untuk dipamerkan dan
diperjual-belikan. Disamping itu kisah kaum terdahulu juga merupakan mu’jizat
bagi Muhammad akan kebenaran wahyu yang diterimanya, karena kisah kisah itu
merupakan apa yang dipertanyakan kaum Yahudi dan Nasrani untuk menguji apakah
Muhammad mengetahui tentang kisah kisah itu.
SUDUT PANDANG SURAH :
Kelebihan yang di-anugerahkan Tuhan pada
seseorang harus disukuri, bukan disalahgunakan sebagai alat untuk berbuat
kebatilan. Juga tentunya kelebihan bagi suatu kaum, suku bangsa maupun
bangsa.Bangsa bangsa yang lebih maju selayaknya membantu bangsa yang
terbelakang, bukan menjajah, menguasai dan memerasnya.
28.
QUR’AN SURAH
XXVIII : AL- QASHASH/KISAH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah ini terdapat pada ayat ke 25, yang
terdapat pada topik pertama surahnya (ayat 1 s/d 47), yang menceriterakan
tentang kelahiran Musa sampai larinya ke Madyan, karena membunuh salah satu
anak buah Fir’aun dan bertemu dengan Nabi Syueb. Setelah Musa menceriterakan hal ihwalnya, maka N.Su’eb mengambilnya sebagai
menantu dengan satu perjanjian. Setelah janji itu dipenuhi maka Musa
dengan keluarganya meninggalkan Madyan dan kemudian diangkat Tuhan sebagai
Rasulnya dengan tugas menyelamatkan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun.(ayat
30). Topik ditutup dengan pernyataan, bahwa pada Musa diberikan TAURAT sebagai pedoman
hidup Bani Israil. Kisah Musa ini diceriterakan Muhammad sebagai bukti akan
kebenaran Al-Qur’an. Surah dibuka dengan suatu konfirmasi, bahwa Al-Qur’an
merupakan ayat ayat yang menjelaskan/mubin.
TEMA SURAH :
Pada hakekatnya sejarah itu sesuatu yang ghoib. Manusia
hanya dapat mengetahui melalui ceritera lisan/catatan/petilasan (fenomena alam)
yang ditinggalkan sebagai bahan interpretasi, sehingga manusia secara mutlak
tidak pernah mengetahui hakekat kebenarannya.
Sejarah hanya dapat diketahui hakekat maknanya, bila disertai hal ihwalnya, yang hanya didapatkan
dari Sang Pelaku, artinya motif yang
melandasi fenomena sejarah tidak mungkin didapatkan dari fenomena social dan alamnya sendiri.
Pendapat inilah yang dapat menjawab kritik Alvin
Toffler :” mengapa manusia melihat masa depan
selalu didasarkan pada masa lampau ?! dengan kata-katanya :” Facts are by definition, phenomena of the past; there are no
future-facts. Is pastime a fair sample of all time ?”
Kisah kisah yang dilukiskan Al-Qur’an itu tidak sama
dengan kisah sejarah yang ditulis oleh manusia. Kisah dalam Al-Qur’an selalu
disertai oleh motif yang jelas, karena mempunyai tujuan yang jelas, sehingga pertanyaan Alvin Toffler dapat
dijawab dengan kata “ ya”, bila ‘pastime’
itu diungkapkan dengan motifnya ( niat dan tujuan yang
dimiliki actor intelektualisnya, dan sulitnya ‘hanya dia [dan Tuhannya] yang
mengetahuinya dengan pasti).
SUDUT PANDANG SURAH :
Kita harus berhati-hati, bila ingin meng-interpretasi
fenomena sejarah, karena pada hakekatnya sejarah itu GHOIB, karena MOTIVASI yang ada dibelakangnya tidak pernah
dikemukakan. Yang penting ialah tidak adanya UKURAN yang dapat digunakan secara universil,
sehingga PENILAIAN-nya
hanya didasarkan pada pendapat sipenulis/periwayat. Realita sejarah dalam
AL-Qur’an ditulis oleh Sang
Pencipta, sehingga Dia dapat mengetahui motivasi si pembuat /pelaku
sejarah. Maka inilah sebabnya manusia menemukan hukum hukum sosial, yang dalam
Al-Qur’an disebut SUNNATULLAH
atau TRADISI TUHAN.
29.
QUR’AN SURAH
XXIX : AL-ANKABUT/LABA-LABA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 41 yang merupakan
kesimpulan dari kandungan topik pertama ( 1 s/d 44 ). Surah dibuka dengan
peringatan yang sangat keras, meskipun berupa suatu pertanyaan, ialah :manusia akan diuji dengan ke-imanannya, seperti orang
-orang terdahulu. Dilanjutkan dengan pernyataan, bahwa apapun yang dilakukan
manusia itu semua untuk dirinya. Beriman atau kafir, semua itu dipikul oleh
masing-masing orang. Diteruskan dengan kisah Nuh dan Ibrahim yang mengajak
manusia untuk memperhatikan fenomena alam. Kemudian ditutup dengan pernyataan
bahwa mereka yang mengambil pelindung selain Allah itu sifatnya rapuh, serapuh rumah laba-laba, namun yang mampu memahami
itu hanyalah orang-orang yang berilmu.
TEMA SURAH :
Disini Tuhan memberi suatu perumpamaan tentang sifat musyrik/kufur yang dilukiskan sebagai sesuatu yang sangat rapuh, serapuh rumah laba-laba. Meskipun rumah laba-laba
itu rapuh mampu digunakan untuk menangkap mangsanya, artinya masih dapat untuk
mempertahankan hidupnya. Salah satu perumpamaan yang dituliskan dalam Al-Qur’an
yang dapat kita saksikan, bahwa orang orang kafir masih dapat hidup dengan
mudah. Artinya bahwa tidak ada jaminan, bahwa yang BENAR didunia ini akan selalu menang ! Namun itu
hanya dapat difahami oleh mereka yang berilmu, ini artinya bahwa yang mampu memahami Al-Qur’an ialah mereka yang berilmu !
Karena argumentasi yang diajukan Al-Qur’an itu selalu mengandung
data/fakta/informasi yang memerlukan pemikiran. Suatu peringatan yang banyak
diabaikan manusia !!!
SUDUT PANDANG SURAH :
Apapun argumentasi yang digunakan manusia untuk
mempertahankan KEMUSYRIKAN/
POLYTHEISME, semua itu bersifat rapuh Manusia boleh berteori,
berfalsafah, dengan mendasarkan pada fenomena yang ada, namun pada hakekatnya
semua itu sesungguhnya hanya berlandaskan ANGGAPAN, PERKIRAAN manusia. Salah
satu hasil dari “anggapan”
itu ialah ILMU; tidak banyak manusia sadar tentang hal itu, sehingga
kebanyakan manusia mempertuhankan
ILMU atau yang dapat digunakan untuk mencari ilmu, ialah Rasio. Inilah
yang dibuktikan oleh Era Modern abad XIX.
30.
QUR’AN SURAH
XXX : AR-RUM
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 2 yang merupakan
bagian dari topik pertama (ayat 1-7) yang meramalkan akan kemenangan kembali
bangsa Romawi dalam beberapa tahun mendatang, setelah dikalahkan oleh bangsa
Persia. Meramalkan , karena waktu surah
ini diturunkan, bangsa Romawi baru saja dikalahkan oleh bangsa Persia.
Bersedihlah umat Muhammad, karena bangsa Rumawi termasuk ahli kitab, sedangkan
bangsa Persia waktu itu beragama Majusi. Surah dibuka dengan kalimat ghoib dan
setelah dilanjutkan dengan ramalan, bahwa Bangsa Romawi akan segera mendapatkan
kemenangannya kembali, itu karena pertolongan Tuhan. Inilah satu satunya kisah
yang dikisahkan Al-Qur’an yang dapat dibuktikan dan dialami secara langsung
akan kebenarannya. Suatu ramalan dalam jangka pendek yang merupakan JANJI ALLAH. Kemudian dilanjutkan dengan
pernyataan, bahwa manusia tidak banyak yang mau mempercayai akan
kandungan/pernyataan wahyu, seperti akan terjadinya hari kiamat. Inipun
sesungguhnya merupakan janji Tuhan.
TEMA SURAH :
Topik
ini mengandung pernyataan yang bersifat prediktif, dan dapat
langsung dibuktikan karena kebenarannya hanya
memakan waktu pendek. Suatu prediksi yang profetik ! Inilah yang
ingin disampaikan oleh topik ini, bahwa apa yang dikatakan Al-Qur’an itu
PASTI akan TERJADI. Apakah manusia masih meragukan akan kebenaran
apa yang dinyatakan Al-Qur’an setelah bukti nyata ini diturunkan ?
SUDUT PANDANG SURAH :
Inilah satu
satunya surah yang dapat menunjukkan KEBENARAN JANJI TUHAN secara langsung. Artinya kebenaran kandungan Al-Qur’an dapat DISAKSIKAN KEBENARANNYA dalam kurang dari satu generasi. Bagi
mereka yang MAU BERFIKIR,
realisasi janji janji Tuhan, meskipun dalam jangkauan jarak jauhnya
tidak terbatas, namun mesti PASTI akan TERJADI. Misalnya akan
datangnya hari KIAMAT.
By A Baghowi
Bachar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar