Alasan yang membuat wanita jatuh cinta pada Islam
Rasul Arasy
Ahad, 7 Agustus 2011 15:00:16
Ahad, 7 Agustus 2011 15:00:16
(Arrahmah.com) - Banyak alasan yang membuat kaum
wanita jatuh cinta kepada Islam. Banyak ‘kejutan’ dan respon yang
mengungkapkan tentang “ketertindasan” yang dialami kaum wanita di
“negara-negara Islam konservatif” terkait masalah jilbab. Sudah ribuan
buku dan tulisan yang membahas tentang hal ini.
Namun meskipun demikian, kita tak bisa memungkiri ada ribuan atau
bahkan jutaan wanita yang lebih memilih untuk menutup auratnya dengan
jilbab (red: hijab) meskipun ia tengah berada dalam komunitas masyarakat
yang bebas.
Mengapa permasalahan tentang wanita yang mengenakan hijab terus
diwacanakan? Pendapat tentang sepotong “kain” yang mampu menindas kaum
wanita adalah opini yang konyol dan mengada-ada. Pada kenyataannya,
kebanyakan dari kaum wanita merasa bahwa jilbab (hijab) telah dibebaskan
pada mereka dalam banyak cara.
Para perempuan Muslim tidak lagi tunduk pada degradasi seksual
perempuan dalam masyarakat jika mereka memakai jilbabnya. Pernahkah Anda
mendengar seorang wanita waras meminta untuk ditindas atau rusak?
Pastilah tak ada seorang pun yang berpikir demikian. Percayalah inilah
yang dirasakan oleh para perempuan Muslim di seluruh dunia.
Tentu saja Islam tidak melulu tentang jilbab. Jilbab adalah suatu
aplikasi aktual terhadap keimanan dan ketaatan kepada Allah. Meskipun
demikian, kewajiban akan pemakaian hijab adalah bersifat fardhu ‘ain
bagi kaum Hawa.
Iman Islam didasarkan pada beberapa prinsip, yang pertama dan paling
penting adalah konsep Allah yang Esa. Agung dan Kekal, Tak Terbatas dan
Maha Perkasa, Maha Penyayang dan Pengasih, Pencipta dan Penyedia. Allah
tidak memiliki ayah maupun ibu, tidak anak-anak juga. Dia bukanlah ayah
dari siapa pun. Tidak ada yang sama dengan-Nya. Ia adalah Allah seluruh
umat manusia, bukan dari suku atau ras tertentu.
Konsep ini jelas sangat menarik bagi orang yang mempelajari Islam
karena itu adalah logis, sederhana dan adil. Dalam dunia yang kompleks
dan sering ceroboh, kesederhanaan sangat menarik bagi wanita. Hal
pertama yang menonjol tentang Islam adalah konsep Allah yang Esa,
Tauhid.
Selain itu, –yang mungkin menarik bagi kaum wanita– adalah Islam
banyak membahas permasalahan terkait wanita. Meskipun tidak hanya
terbatas tentang hal itu (wanita). Islam sendiri membahas permasalahan
yang terkait dengan seluruh umat manusia, kaum muda, tua, sakit dan
orang tak berdaya, dan orang kaya dan kuat. Islam bahkan membahas
mengenai kaum non muslim.
Islam juga berlaku di zaman modern. Hal-hal yang ditulis 1400 tahun
yang lalu masih bisa diterapkan untuk saat ini dan masa yang akan
datang. Hebatnya, banyak permasalahan terkait wanita ditunjukan
solusinya melalui Quran dan Sunnah (kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam).
Banyak para wanita yang bertanya-tanya tentang hikmah di balik banyaknya jumlah istri Rasulullah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam.
Setiap salah satu dari istri beliau memainkan peran tertentu dalam
Islam dan sering disebut kembali ketika mencari penyelesaian masalah
oleh perempuan.
Sebagai contoh, istri pertama Rasulullah shallalahu alaihi wa salam,
Khadijah (ra.) yang jauh lebih tua dari beliau 15 tahun, seorang wanita
bisnis kaya. Dalam hal ini terdapat tauladan bagaimana ketika seorang
Muslim menikahi seorang wanita yang usia jauh di atasnya dan dengan
kekayaan yang lebih besar darinya. Rasulullah SAW memberikan contoh dan
tauladan bagaiman menempatkan diri sebagai seorang suami.
Sementara itu, kenyataan lain bagi perempuan adalah fakta bahwa
seorang suami dan ayah, serta saudara dan paman diperintahkan untuk
melindunginya. Ini merupakan hukum alam terkait seorang wanita. Seorang
gadis tumbuh menjadi wanita yang aman ketika ia memiliki keluarga yang
melindunginya. Ketika dia melihat pria di sekelilingnya yang kuat,
berani dan terhormat ia pun mampu mengembangkan harga diri yang kuat.
Ketika dia tumbuh dan menikah dan menjadi seorang ibu, pasti dia
ingin perlindungan suaminya untuk dirinya sendiri dan keturunannya. Jika
kita menyangkal bahwa perempuan adalah seperti halnya laki-laki yang
mampu dan berperan sama sebagai pelindung, pada dasarnya kita menyangkal
hakikat seorang wanita dan menurunkan posisi manusia. Manusia memiliki
tempat dan peran dalam keluarga dan begitu juga perempuan.
Beberapa aspek lain dalam Islam yang menarik bagi wanita, misalnya
hak untuk bekerja, hak untuk memiliki properti, hak untuk warisan dan
seterusnya. Meskipun semua hal-hal ini penting untuk seorang wanita, hal
tersebut mungkin tidak terlalu menarik bagi wanita saat ini karena
mereka telah mendapatkannya sekarang.
Namun apa yang mengesankan adalah bahwa mereka diberi hak-hak ini
1400 tahun yang lalu saat sejarah perempuan dalam masyarakat Barat
dimarjinalkan sebagai “kelompok masyarakat” dengan intelektual lebih
rendah dari pria, tetapi juga sumber utama dari penindasan dan
kejahatan. Tetapi dalam Islam, sejak kedatangannya wanita telah
mendapatkan tempat yang mulia.
Faktor terakhir yang paling menarik bagi seorang wanita terhadap
Islam adalah kedudukan seorang istri, ibu dan keluarga. Islam
mendudukkan keluarga dan pernikahan dalam status yang tinggi. Ibu
mendapatkan posisi tertinggi di “mata” Islam. Ada banyak contoh dalam Al
Quran, salah satunya dalam surat Luqmaan 31:14-15:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Istri diberi berdiri sangat tinggi dan mempunyai ‘kedudukan’ yang
sama dengan laki-laki sebagai manusia. seperti yang tersurat dalam
Al-Nisa 4:19.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.“
Dan Nabi shallalahu alaihi wa salam berkata: “Dan perlakukan wanita dengan kebaikan, dan perlakukan wanita dengan kebaikan.”
Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah shallalahu alaihi wa salam
bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik diantara mereka akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kamu
sekalian adalah orang yang paling baik terhadap istri mereka”. [HR.
Tirmidzi]
“Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang paling baik
terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian
terhadap istriku.” Diriwayatkan oleh al-Tirmidhi, 3895; digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Al-Jami ‘, 3314.
Saat ini keberadaan sebuah keluarga seolah berada di ambang
kehancuran. Hal ini terjadi karena adanya persimpangan semua perbatasan
peradabaan sekuler atas. Keluarga tidak lagi dinilai sebagai wadah
dalam membentuk generasi berperadaban, tetapi konsep tentang berkeluarga
seolah menjadi momok yang dikoar-koarkan tentang beban berat yang
hendak dipikul terkait permasalahan ekonomi dan kebebasan.
Opini tentang pernikahan adalah pasung bagi kaum wanita adalah wacana
konyol yang digemboskan oleh kaum feminisme, karena pada faktanya Islam
mengatur tentang setiap adab dalam perkawinan dimana wanita diposisikan
dengan kedudukan yang mulia dalam hubungan perkawinan dan keluarga.
Tentunya semua wanita menginginkan kemenangan bagi anak-anak mereka
dan keluarga. Masyarakat dan kehidupan mungkin telah berubah dalam
banyak cara, namun dalam banyak hal esensi keberadaan manusia masih
sama.
Kisah berikut adalah contoh moral yang sangat baik tentang bagaimana
Islam memandang perempuan. Orang-orang Yunani Iliad karya Homer dan kami
memiliki Mu’tasim.
Seorang wanita Muslim diserang oleh orang Romawi di kota Roma. Dia
tidak diperkosa seperti saudari kita di Palestina. Dia tidak dibunuh
seperti saudara kita di Bosnia. Bayinya tidak diambil dari perutnya,
seperti saudara muslim di Bosnia ketika mereka dipotong hidup-hidup.
Tidak ada yang seperti itu yang terjadi padanya.
Pelecehan yang terjadi padanya ‘hanyalah’ disibakkannya kerudung
penutup kepalanya oleh tentara Romawi, kemudian dia berteriak minta
keadilan agar haknya dilindungi oleh Penguasa Muslim ketika itu, “Ya
Mu’tasim”. Dan teriakan itu sampai di telinga Khalifah Mu’tasim Billah.
Dalam suatu riwayat disebutkan Mu’tasim menyuruh adzan keenam yang
bertujuan untuk mengumpulkan semua umat Islam di masjid. Dan mereka
berkata, “Ada apa?”. Mu’tasim menjawab bahwa “Sebuah laporan telah saya
dengar, seorang saudari Muslim dilecehkan kehormatannya di sebuah kota
Romawi.”
Ia berkata “Wallahi, aku akan mengirim tentara yang begitu besar
sehingga saat mencapai rombongan tentara pertama yang berangkat telah
mencapai sana (kota tempat wanita tersebut tinggal, Roma), rombongan
tentara lain baru akan meninggalkan pangkalan kami. Dan saya akan
mengirimkan tentara ke kota itu.”
Ini adalah respon menentukan dari seorang Khalifah, ketika kehormatan
seorang saudari tersentuh. Bahkan kisah ini terus dan tetap menjadi
kisah dalam sejarah moral yang tetap sama. Dan hal ini juga adalah
alasan mengapa wanita mencintai Islam! Wallahua’lam. (sumber : rasularasy/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar