XIV. MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK
ATAU SUB-TOPIK SENTRAL YANG MEWARNAI
KANDUNGAN TIAP SURAH ATAU MENENTUKAN
TEMA SURAH.
55.
QUR’AN SURAH XLV. AL-JAATSIAH / YANG BERLUTUT
TOPIK
SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 28, yang
merupakan bagian dari topik kedua ( 27-37) yang menginformasikan tentang
kejadian pada hari kiamat. Tiap kaum akan berlutut dihadapan Tuhan untuk menerima penilaian.
Orang orang kafir, karena terpedaya oleh
kehidupan dunia, yang sombong serta gencar memperolok-olok para Rasul akan
menerima balasannya, demikian pula kaum yang beriman.
TEMA SURAH:
Suatu informasi yang pasti tentang kejadian yang menunggu tiap kaum
dihadapan Tuhan.Tiap manusia pasti akan mempertanggung-jawabkan ulahnya waktu
hidupnya didunia !
SUDUT
PANDANG SURAH :
Kesadaran akan hari kiamat sebagai hari PENILAIAN akan membantu mengarahkan perilaku manusia dalam membina hidupnya.
56.
QUR’AN SURAH XLVI : AL-AHQAAF/BUKIT PASIR
TOPIK
SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat ke 21, yang
menginformasikan tentang nasib kaum Hud
di Al-Ahqaaf, karena keingkarannya. Mereka memilih mengikuti nenek moyangnya
daripada Nabinya. Mengapa mereka yang telah diberi pendengaran, penglihatan dan hati masih bertekad mengikuti nenek-moyangnya daripada Rasul
? Topik sentral ini merupakan topik kedua surah. (21 s/d 26 ).
TEMA SURAH :
Manusia telah diberi pendengaran, penglihatan
dan hati/afidah (bukan sekadar mengerti, memahami, tetapi sampai
memaknai/menghayati), namun tidak mau memperdulikan ayat ayat Tuhan. Ini
berarti bahwa pendengaran, penglihatan dan hati nya tidak digunakan untuk MENDENGARKAN, MEMPERHATIKAN dan MEMPE-LAJARI dan
MENJALANKAN tuntunan Tuhannya. Untuk bisa memahami wahyu, maka manusia harus mau
menggunakan ke 3 rahmat itu.
SUDUT
PANDANG SURAH :
TRADISI/ADAT/KEBIASAAN
yang menghalang-halangi manusia dari jalan Tuhan, yang bahkan alat alat seperti
penglihatan, pendengaran dan akal dan hatipun yang telah diberikan Tuhan, tidak
mampu mengatasinya bagi kebanyakan manusia. Ini berarti bahwa BUKAN ALAT ALAT
yang mubadzir, tetapi manusialah yang MENYIA-NYIAKAN
RAHMAT itu.
57.
QUR’AN SURAH XLVII : MUHAMMAD; AL- QITAL
TOPIK
SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 2, dari topik pertama surah ( 1
s/d 19 ), yang menerangkan adanya 2 golongan manusia :
R Yang kafir dan menghalang-halangi manusia berjalan dijalan Alloh
R Yang beriman, yang beramal shaleh dan yakin akan kebenaran Al-Qur’an
yang diturunkan pada Muhammad,
Amalan golongan pertama akan dihapus oleh Tuhan
dan amalan golongan kedua pasti akan diterima-Nya. Nama judul kedua terdapat
pada banyak ayat ayat topik kedua ( 20 s/d 38), yang menggolongkan manusia atas
dasar perintah perang, menjadi 3 golongan :
R Yang patuh mengikuti perintah (21)
R Yang ingkar ( 20) dan murtad
( 25)
R Yang munafik ( 29-30)
Amalan bagi golongan kedua dan ketiga akan
hapus amalannya, hanya yang pertama yang diterima.
TEMA SURAH :
Berdasarkan nama judul yang pertama, Tuhan menggunakan keyakinan akan
kebenaran Al-Qur’an yang diturunkan pada MUHAMMAD sebagai kriteria penggolongan
manusia, sedangkan berdasarkan nama
judul surah yang kedua, perintah peranglah yang menjadi kriteria-nya. Jadi
disini disejajarkan antara keyakinan akan
kebenaran wahyu dan perintah perang, untuk memenangkan ajaran Tuhan
terhadap ajaran manusia.
SUDUT
PANDANG SURAH :
Kesejajaran akan PENGETAHUAN dan TINDAKAN, antara TEORI dan PRAKTEK, antara KEYAKINAN dan PERILAKU, antara ILMU dan AMAL, antara UCAPAN dan TINDAKAN merupakan KRITERIA
KE-IMAN-AN. Konsekwensi dan
Konsistensi, taqwa dan tawakal disini baru mempunyai arti.
58.
QUR’AN SURAH XLVIII : AL-FAATH/KEMENANGAN
TOPIK
SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama dari topik pertama ( 1
s/d 7) yang mengandung penegasan tentang:
R Jaminan kemenangan bagi Muhammad,
R Di-ampuni-Nya dosa-dosanya dimasa lalu dan dimasa mendatang,
R Dan jaminan bimbingan dalam jalan yang lurus dan jaminan
pertolongan-Nya.
Kemudian diteruskan dengan janji akan
menurunkan ketenangan hati pada orang-orang mukmin untuk menambah keimanannya dan
azab bagi orang-orang munafik.
TEMA SURAH :
Agak sulit dimengerti hubungan ayat pertama dan
kedua, karena ada kata “supaya”. Namun bila kita mengetahui asbabun nuzulnya,
maka kesulitan itu dapat diatasi. Surah ini turun pada saat terjadinya
perjanjian Hudaibiyah pada th. ke 6 H. yang banyak menimbulkan keresahan para
sahabat-sahabat Nabi. Mereka mempertanyakan mengapa pada saat kemenangan dengan cepat dapat dicapai,
Nabi justru mengadakan perjanjian perdamaian yang secara sepintas merugikan umat
Islam saat itu. Isi perjanjian itu ialah :
R Nabi tidak meneruskan masuk kota Mekah, meskipun pasti bisa
dilakukan pada waktu itu
R Golongan kafir yang ikut ke Madinah akan dikembalikan ke Mekah,
sedangkan
R Golongan Islam yang tertinggal di Mekah tetap berada di Mekah.
Dengan perjanjian itu dapat dicapai :
R Islam diakui secara de facto di Mekah dan pertempuran yang lebih
banyak mendatangkan korban dapat dicegah.
R Umat tidak yakin akan kemenangan selanjutnya karena dengan
perjanjian itu
Dikhawatirkan
orang-orang kafir Mekah dapat memperkuat diri untuk peperangan selanjutnya,
namun Tuhan menjamin sebaliknya.
Apakah yang diajarkan oleh
kejadian ini ? Tidak lain ialah: how to win the WAR, not the BATTLE. Jadi tujuannya bukan menang pertempuran, tetapi diterimanya ajaran
Islam artinya tercapai tujuan perang!
SUDUT
PANDANG SURAH :
Surah ini menegaskan : pandangan Tuhan/wahyu
jauh lebih lurus/benar dari pandangan manusia. Jadi apapun yang dijelaskan oleh
wahyu itu PASTI AKAN TERBUKTI KEBENARANNYA. Kapan ? Disinilah kata SABAR mempunyai makna.
58.
QUR’AN SURAH XLIX :
AL-HUJARAT/KAMAR
TOPIK
SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat
pada ayat ke 4 yang merupakan bagian dari topik pertama yang merupakan seruan bagi orang-orang beriman :
R Jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya;
R Jangan mengangkat suara melebihi suara Nabi;
R Janganlah memanggil Nabi dari luar kamarnya;
R Jangan mengharapkan Rasul mengikuti kita.
Topik ditutup dengan pernyataan bahwa seruan ini merupakan karunia dan nikmat Allah.
TEMA
SURAH :
Apa yang diungkapkan dalam topik itu ialah ADAB [perilaku akhlak]
, artinya bagi seorang beriman harus merupakan
suatu kebiasaan/kecenderungan
alami. Seorang yang
beriman tidak akan mendahului Allah dan Rasulnya berarti segala tindakannya
harus sesuai/dilandaskan
pada Al-Qur’an dan hadits; mengangkat suaranya melebihi Nabi artinya memilih/
mengikuti kemauannya melebihi dari tuntunan Tuhan; memanggil Nabi dari luar kamarnya berarti menempatkan segala sesuatu
diluar konteks tuntunan Ilahi dan jangan mengharapkan Nabi mengikuti kita, mengandung
arti mengada-ada
dan menyatakan bahwa itu bimbingan wahyu dan hadits (bid’ah).
SUDUT
PANDANG SURAH :
Jadi sudut pandang surah ialah : wahyu dan
hadits harus dihayati demikian sehingga menjadi KECENDERUNGAN
ALAMI bagi seorang beriman, atau
meng-internalisasikan nilai wahyu dengan sempurna. Menjalankan ajaran wahyu
harus menjadi adab dan adat seorang muslim.
By A Baghowi Bachar
(Posting 17 Agustus
2011/17 RAMADHAN 1432 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar