"Kembali ke Fitrah"- kembali kepada kesucian ; kembali ke jati diri sebagai orang beriman, orang islam, orang yang patuh dan tunduk kepada Maha Pencipta-nya kembali sebagai orang yang menang .. dan...sebagainya. Begitulah menggemanya ungkapan tersebut di ucapkan, dituliskan, disebarkan oleh ustadz, media informasi, media sosial dan oleh kita dalam silahturahim. Betapa mulianya ungkapan - makna dari kembali ke fitrah seusai kita melaksanakan Puasa ramadhan dan merayakannya pada 1 Syawal. Selepas waktu yang terus berjalan.... seperti tertiup angin...bekas jejak ungkapan-makna idul fitri pun seperti menghilang....bahkan berselang berapa hari setelah 1 Syawal. ..ungkapan terbaik- dalam wujud mudik lebaran- silahturahim antar keluarga, saudara, teman, yang lalu- mulai meluntur atau mengalami erosi. Hal ini terungkap dari ucapan atau pernyataan, tulisan di media sosial atau elektronik, media informasi tertulis yang menunjukan sikap -perilaku yang mencerminkan intoleransi, menyebarkan fitnah, menyulutkan permusuhan, kebencian bahkan adudomba untuk saling bermusuhan, berperang...
Sangat disayangkan "tokoh atau orang menjadi contoh /panutan" ikut mengumbar "issue issue" yang mempengaruhi umat /masyarakat dengan wajah yang "Marah" bukan menyejukan dan mendamaikan -merukunkan umat dalam setiap timbul konflik atau masalah antar warga, masyarakat, agama(SARA). Sangat disayangkan "buah ramadhan" tidak tampak terlihat -terwujud dalam tutur kata, tulisan sebagai orang yang damai, peduli sosial dan lingkungan, orang yang menjadi rahmatan alamin.
Jelaslah Islam itu Damai dan Sejahtera; Sebab itu ramadhan, syawal, menjadi moment moment latihan - menjadi orang yang lembut hatinya, jernih pikiranya, dan teduh-sejuk emosinya...selain terjaga setiap waktu oleh moment sholat dan rukun rukun islam yang lain. Sangat lah berbeda jika sebaliknya ...hati yang keras, pikiran yang kotor, emosi yang panas-gelisah ...tidaklah mungkin mewujudkan islam yang damai-sejahtera atau rahmatan alamin. oleh karena itu wujud islam adalah damai dan sejahtera - sesuai sebagai agama yang fitrah; sesuai dengan fitrah manusia yaitu sebagai Hambah Allah, Makhluk Allah.
Makna Silahturahim adalah fitrah manusia sebagai makluk sosial yang saling bergantung, saling membutuhkan dalam tali kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan/pertemanan atau satu umah ; umat manusia. Sesungguhnya silahturahim menghilangkan permusuhan, perselisihan, konflik diantara manusia sehingga mengrekonstruksi menjadi persaudaraan, perdamaian, dan mewujudkan kebersamaan dan kesejahteraan umat manusia.
"Wajah umat islam " terwujud dalam tali silahturahim yang kuat dalam kontruksi Islam yang Damai dan Sejahtera. Suatu Utopia bila "terpecah" tali silaturahim. Rekontruksi-restrukturisasi sosial -budaya,ekonomi, politik, - terjadi pada saat bulan puasa ramadhan dan bulan syawal- menjadi momen "start" untuk memperbaiki dan menjaga serta meningkatkan "jati diri" umat islam.
Profil umat islam "mudah terlihat" dari profilnya di media sosial/informasi; ungkapan sikap-perilaku, pikiran -emosi menjadi ukuran/parameter/faktor dari wujud "wajah " orang yang mengungkapkan "kematangan" sikap-prilakunya dalam ber-islam. Tentunya diharapkan - selepas Idul fitri 1436 Hijriah ini, profil ungkapan di media sosial / informasi lebih baik, lebih hati hati, lebih sejuk, damai dan menguatkan tali silahturahim