Dalam kehidupan kita, banyak pilihan yang harus kita lakukan untuk bersikap terhadap pengaruh di sekitar kita, pengaruh mulai dari rumah sampai di luar rumah, dari anak , teman dekat sampai orang lain, dari berita medsos sampai media mainstream -Koran, TV, Majalah hiburan -sampai Ilmiah. Pilihan bersikap dan berbuat yang kita ambil akan mempengaruhi hidup kita sendiri dan juga orang lain; keluarga, masyarakat dan lebih luas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti teori keseimbangan, apapun bentuknya misalnya " teori timbangan, teori pendulum, teori fisika Newton tentang gerak, teori Chaos, Teori keseimbang Kimia, sampai teori relativitas Enstein.
Intinya adalah ada titik nol sebagai titik keseimbangan sebagai titik potong, titik netral, titik diam seolah olah sebagai "tanpa energi" ; tanpa pontensial; tanpa pengaruh; "diam".
Makna keseimbangan sering digunakan sebagai " stabil" pada makna fungsi fungsi sistem bangunan, seperti fungsi gerak, fungsi tulang , fungsi mesin mesin, fungsi termodinamik, dll. dan sebaliknya "tidak stabil" sebagai gangguan keseimbangan atau tidak seimbangan.
Dalam makna yang lebih luas , makrokosmos, keseimbangan benda benda alam raya menjaga jarak dan berputar pada orbit atau garis revolusi antara planet dan matahari, antara galaksi dan galaksi yang lainnya.
Dari penampakkan kita di bumi, benda benda langit seperti ada yang diam dan bergerak, begitu juga jika melihat bumi dari atas ketinggian, seperti tanah bumi dan lautan ada yang diam dan bergerak. Hal ini juga terjadi pada alam -mikrokosmos yang sangat kecil dan tidak tampak dengan mata kita, seperti bakteri, virus, atom dengan proton, elektronnya. Bahkan kita tidak menyadari hidup kita dan jagat raya dibangun dari senyawa dari atom atom, unsur unsur tersusun sedemikan rupa; unsur -unsur hidup dari rangkaian asam amino,DNA,RNA, lipoprotein, polisakarida , membentuk organisme satu sel sampai multisel; unsur unsur struktur kaku dari atom atom logam dan nonlogam dengan senyawa senyawa kimianya. Sungguh keteraturan langit dan bumi karena adanya mekanisme" hukum keseimbangan" dari Maha Penciptanya.
atom |
virus |
Dalam fisiologi, sangat populer dengan hukum mekanisme umpan balik " feedback mechanism ", dimana proses proses fisiologis berjalan teratur sesuai dengan fungsi fungsinya, fungsi sel, fungsi jaringan, fungsi organ, fungsi system tubuh; gangguan fungsi akan dipulihkan dengan mekanisme umpan balik, begitu seterusnya.
Pada aktifitas fisik dan psikis yang membentuk karakter pada manusia sangat di pengaruhi oleh banyak faktor; faktor berasal dari basis kepribadian dan keluarga, faktor lingkungan mulai dari sekolah sampai interaksi sosial lingkungannya. Faktor kepribadian sangat di pengaruhi proses masih kecil sejak dalam kandungan ibu sampai tumbuh dalam asuhan terutama masa balita dan keluarga tumbuh sampai dewasa. keluarga yang rukun memungkinkan tumbuh secara psikis yang baik,sebaliknya yang broken home. Begitu juga sekolah, lingkungan turut membangun sikap perilaku - karakter sesorang manusia.
Sikap perilaku setiap orang juga dipengaruhi oleh cara pandangnya terhadap "dunia" (way of life), tentu pemaknaan terhadap setiap pristiwa akan berbeda di "sikapi atau diperlakukan". Dalam konsep keseimbangan hidup antara " keinginan dan kenyataan", antara "idea dan fakta" sesuatu dapat dimaknai secara dinamis dan bersinergi.
Pada konsep "DIAM" kembali seperti disebut diatas, ada titik positif dan negatif pada sikap -perilaku kita. Diam dalam makna negatif sebagai mudarat atau mengganggu, merusak, patologis dan sebaliknya, dalam makna positif sebagai manfaat atau memperbaiki, membangun, fisiologis normal.
Dalam situasi yang "chaos, kerusuhan, wabah, pandemi,dsb." , kadang pilihan kita untuk " berdiam" bermakna positif, tetapi juga dapat menjadi negatif.
Seperti situasi kita sekarang, dimana terjadi Pandemi COVID 19 , untuk memutus penyebaran virus secara cepat dan masif dengan cara berdiam dirumah(stayhome); bekerja dirumah, beribadah dirumah ; tidak berkumpul dalam suatu tempat yang padat; makna positifnya mencegah diri kita terkena dan bila terkena kita tidak menjadi agen penyebar virus ke orang lain, sehingga virus tidak menyerang secara cepat dan masif. Namun bila dimaknai negatif atau sebaliknya, kita di anggap egois dan merugikan orang lain. Dalam situasi yang mencapai " keseimbangan" dimana COVID 19 sudah berkurang atau imunitas kita sudah baik, maka sebaiknya kita " bergerak" untuk memulihkan dampak yang negatif menjadi baik lagi, bukan sebaliknya kita "berdiam terus". Dalam terapi Pandemi COVID 19 selain pendekatan terapi medis kuratif adalah terapi dengan prinsip komunitas(community base) yaitu triad epidemiology ; intervensi terhadap agent, host, environment factor.
Gangguan, hambatan terhadap intervensi faktor faktor tersebut menjadi terapi komunitas tidak berhasil atau gagal menyembuhkan wabah secara cepat. Kegagalan terapi Pandemi akan berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, politik, keamanan, bahkan kesehatan terutama tenaga kesehatan, karena harus melawan penyakit virus, juga penyakit penyakit lain yang bersamaan juga muncul untuk terapi kuratif; selain itu dapat mengancam kesehatan tenaga kesehatan karena kelelahan, dan menurunkan daya tahan tubuh/imunitas,apalagi bila sudah ada gangguan kesehatan sebelumnya, seperti hipertensi, diabetes mellitus, asthma, dll.
Lebih baik Diam bila itu "terbaik atau emas". Sikap dan perilaku kita dapat tercermin pada saat kita ber"medsos - dunia maya" atau realitas aktifitas kita harian; apakah kita telah berbuat 'terbaik" atau tidak. apakah kita di medsos sibuk menebar "panic" atau chaos ," menyinyiri " pemerintah, atau melakukan politik praktis "yang bebas bersuara tanpa solusi", atau mencari "sensasi berbayar" sebagai mata pencarian bermedsos; bahkan tanpa kita sadari kita terjebak dalam "wacana framing" permainan orang yang menebar hoaks terus menurus walau itu sudah terkonfirmasi "bohong" tetapi sengaja . agar kita tetap "percaya"; seperti ruang otak kita di tanamkan iklan bahwa " kecap no.1).
Bila kita "terjebak dalam kumbangan lumpur hitam-bau" terutama dalam dunia politik praktis "alam demokrasi ala indonesia" yang sangat bebas, neoliberal, maka kita sulit menyadari bahwa kita dalam kumbangan lumpur hitam -bau; Pengaruhnya yang kuat tanpa tidak ada kesantunan atau etika politik anggota partai apalagi bukan anggota, atau hanya simpatisan, atau rakyat yang dibayar-diperalat oleh politikus. Berapa banyak orang"biasa" yang dipenjara karena "jari tangannya di medsos" dan apa ada yang membelanya sebagai "terzolim"?. Katanya "membela kebenaran ", melawan rezim zholim, dsb.nya. tetapi keyakinannya bukan berdasarkan "ilmu, pengetahuan yang benar", hanya berdasarkan hasutan, kutipan berita dan sentimen dari provokasi orang -orang "yang merasa benar". orang orang yang menjual " kebenaran palsu" yang hakekatnya hanya untuk kepentingan dirinya dan kelompok atau golongannya. orang orang yang menjual nilai nilai hidup; nilai agama untuk kepentingan dirinya sendiri, kepentingan dunia, kepentingan "materi" ; bahkan kesenangan dunia materi semata.
Berapa banyak contoh dalam kehidupan keagamaan kita, " atas nama agama atas nama tuhan" orang menzolim orang lain seagama, bahkan agama lain. orang menzolim di bulan ramadhan, bulan yang di agungkan sebagai bulan suci, tetapi tetap di nodai dengan berbuat hasutan, fitnah, menyakit fisik, membegal, bahkan membunuh. Contoh yang miris adalah dilakoni oleh mereka mengaku "ahli agama" lengkap dengan atribut dalam statusnya sebagai petinggi agama. Fenomena ini bisa terjadi mungkin karena pilihan politik sehingga orang mempunyai sikap perilaku yang "aneh, lucu, luar biasa". namun bila kepentingannya hanya membela kepentingannya sendiri agar tetap "hidup atau dianggap pejuang agama atau sosial". Apakah tidak lebih baik menjadi orang yang bisa mengayomi"kepentingan umatnya secara cerdas", tidak memecah belah umat dengan kepentingan politiknya. apalagi politik tendisius yang mengajak umat memusuhi pemerintah yangdipilih secara demokrasi, pemilihan langsung presiden. suatu yang miris mengakui kebebasan demokrasi tetapi tidak mengakui hasilnya. bahkan bebas mengutarakan pendapatnya walaupun bersumber dari berita bohong; karena kecerobohannya menyaring berita. tetapi itulah orang dianggap banyak setuju dengan pendapatnya, orang yang berbeda pendapatnya dianggap sebagai pihak lawannya, padahal banyak orang "yang diam" karena tidak setuju dan tidak mau melayani atau memperkeruh dunia maya atau mempermalukannya. memang berbeda yang kerjanya menebar kekacauan atau kebohongan sebagai nafkah hidupnya sebagai juga keahlihannya memainkan otak dan jari tangannya di medsos.
COVID 19 yang menggempar jagad raya ini, sama halnya dengan isu isu bohong yang disebarkan tentang COVID melalui medsos telah memperkeruh jagad raya. karena berita bohong terjadi kepanikan, ketakutan, bahkan dalam terapi, kebijakkan pemerintahpun, tenaga kesehatan, aparat, masayarakat dibingungkan sehingga terjadi kesalahpahaman, jenasah yang di tolak dikuburkan, pasien yang takut dikucilkan dan dikucilkan masyarakat; menyebarkan issue seolah olah pemerintah penutupi penyebaran virus dan korban virus. coba untuk apa untungnya pemerintah? apakah tipe nya pemerintah yang malas ? apakah pemerintah ingin rakyatnya korban dibiarkan ? ; padahal di lain pihak orang yang menebar issue berlindung atas nama korban, memintah pemerintah bantunya ; seperti menebar issue kepanikan agar perhatian tertuju kepadanya.
"Diam" bukan berarti lemah bersikap, tetapi berhati-hati dan menjaga agar situasi pandemi tetap kondusif dan tidak panik, serta membantu mitigasi sebaran virus, hoaks, issue negatif. Diam juga berarti mengintropeksi diri atas segala pristiwa hidup dan kehidupan dengan menemukan titik keseimbangan dalam pengendalian diri, merencanakan ulang sistem komputer tubuh agar menjadi lebih efisien-efektif dengan membersihkan segala virus virus yang mengggangu kerja otak; memperlambat dan menghack fungsi fungsi indra, mental-emosi, kecerdasan-memori, koneksi -koordinasi sensorik-motorik pada tujuan yang benar.
"DIAM" dapat berarti hidup dalam keseimbangan dunia
tapi dapat berarti "mati" hidup kembali ke asalnya; titik tujuan dan penghentian dari perjalanan hidup dunia dan awal akan menuju akhirat.
Ciputat , 23 Ramadhan 1441 Hijriah/ 17 Mei 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar