XIV. MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH: TOPIK ATAU SUB-TOPIK
SENTRAL YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP
SURAH ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.
18 .
QUR’AN SURAH XVIII :
AL-KAHFI/GUA.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah ini terdapat pada ayat 9 s/d 26, yang
mengisahkan tentang pemuda pemuda yang bersembunji di Gua, tatkala mereka
menghindar dari suatu kekuasaan yang memaksa mereka menyembah selain Allah.
Surah ini sesungguhnya suatu surah yang mengandung kisah kisah kaum terdahulu,
salah satunya ialah tentang ‘ashabul kahfi’ ini yang selalu
diperselisihkan akan kebenarannya oleh kaum Yahudi dan Nasrani, kemudian
ditanyakan pada Muhammad untuk menjadi bukti akan kerasulannya. Tuhan kemudian
memberitahukan bagaimana sesungguhnya kebenaran kisah kisah itu dalam wahyu-Nya
yang Dia turunkan pada Nabi. Kisah tentang ashabul-kahfi ini merupakan subtopik
dari topik pertama surah ini (ayat 1-26), yang dibuka dengan menyatakan fungsi
Al-Qur’an diantaranya :
R
Isinya
tidak simpang siur
R Memberi bimbingan pada jalan yang lurus
R Tidak membenarkan pada mereka bahwa allah itu mempunyai anak, yang menyatakan itu tidak berpengatahuan,
lancang dan dusta
R Kita tidak perlu kesal dan risau terhadap pernyataan mereka karena
justru akan membinasakan diri kita
sendiri.
Kemudian diteruskan dengan kisah ashabul-kahfi, yang
essensinya mengkisahkan tentang beberapa pemuda yang melarikan diri dan berdiam
di gua untuk menghindar dari paksaan syirk. Kemudian setelah 3 abad lebih;
dibangunkan kembali oleh Tuhan untuk membuktikan: bahwa mereka telah di-mati-kan
Tuhan, kemudian dibangkitkan kembali supaya benar benar menyadari ,
bahwa mereka telah mengalami perubahan dalam kehidupan dunianya yang tidak
mereka ketahui, dan bagi orang-orang yang mengingkari akan datangnya hari
pembangkitan, akan menjadi bukti akan kebenaran datangnya hari
kebangkitan.(ayat 21).
TEMA SURAH :
Pertama:
tentang kandungan kisah ashabul-kahfi. Inilah sikap yang seharusnya diambil
oleh mereka yang mengaku beriman. Kalau sekiranya paksaan syirk itu tidak dapat
dilawannya, haruslah mereka itu menyingkir/hijrah, tentu tidak dalam arti
seperti mereka masuk kedalam gua, tetapi menciptakan benteng di keliling jiwanya sehingga
KEIMANAN-nya tidak sedikitpun terjamah oleh KE-MUSYRIK-AN meski masih tetap
dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam kancah kehidupan sekarang,
tidak ada lagi tempat sembunyi.
Kedua: subtopik ini ditutup ( 22-26), bahwa kita
harus menghindari percekcokkan mengenai hal hal khilafiah, dan berpegang teguh
pada APA YANG DIKATAKAN TUHAN (= Al-Qur’an), karena tidak ada seorang
pelindungpun selain DIA.
SUDUT PANDANG SURAH :
Banyak manusia menganggap bahwa beramal itu pasti melalui
suatu aktivitas sosial. Surah ini memberi pandangan lain, bahwa TIDAK BERBUAT-PUN merupakan suatu amal, bila itu
mempertahankan keutuhan iman. Sebab KERETAKAN IMAN
dapat membuat amalan sia sia.
19.
QUR’AN SURAH XIX :
MARYAM
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat 16 s/d 40 yang
merupakan bagian dari topik pertama surah. Surah dibuka dengan huruf huruf
Hijazi yang maknanya ghoib, dan diteruskan dengan pernyataan Tuhan mengenai rahmat-Nya yang diberikan pada Nabi Zakariya.
Kemudian diikuti dengan kisah Maryam, ibu Nabi ‘Isa. Do’a Zakariya untuk
mendapatkan keturunan, meskipun dia
telah tua renta dan isterinya yang mandul, yang menurut sunnatullah tidak lagi
dapat mempunyai keturunan, dikabulkan Tuhan dengan kelahiran Yahya. Kisah
kedua, juga kisah yang diluar sunnatullah, tentang gadis Maryam, yang mendapatkan anak
tanpa pernah disentuh oleh seorang laki-laki, yang melahirkan Nabi ‘Isa.
TEMA SURAH :
Pada ayat pembuka dinyatakan bahwa surah ini merupakan penjelasan
tentang rahmat Tuhanmu pada hamba-Nya. Yang
pertama dikabulkannya do’a Zakaria dan yang kedua dianugerahkan anak yang akan
jadi Rasul, pada Maryam melalui suatu fenomena diluar kebiasaan alam/sunnatulloh. Sesungguhnya
pada Zakaria-pun anugerah Tuhan melalui suatu kejadian diluar kebiasaam alam,
karena Zakaria sudah tua renta dan isterinya seorang wanita yang mandul, yang
menurut kebiasaan alam yang ada tidak mungkin akan mendapatkan seorang turunan.
Jadi kedua kejadian itu pada hakekatnya identik.
Mengapa tanggapan manusia berbeda ? Kalau yang pertama
dapat menambah keimanan seseorang, mengapa pada yang kedua justru menjerumuskan
orang kealam kemusyrikan ?
Dua kejadian yang identik dapat melahirkan tanggapan yang
berbeda. Topik ditutup dengan peringatan, bahwa siapa yang mengingkari kejadian yang diterangkan Tuhan akan
menghadapi konsekwensi yang sangat berat, pada hari akhir kehidupan dunia ini. Jangan kita
sedikitpun meragukan wahyu, hendaklah kita fikirkan benar, jangan mengikuti
pendapat orang lain.
Diajarkan disini, bahwa sebab yang sama dapat melahirkan akibat yang berbeda,
bahkan bisa berlawanan sama sekali. Tengoklah pada alam pemikiran posmo. Apakah surah ini bukan suatu ajaran bagi manusia yang
mempersekutukan Tuhan dengan RASIO manusia ? Pada abad ke VII.M. Tuhan sudah
mengingatkan manusia, bahwa manusia akan mempertuhan RASIONYA atau menganggap
dirinya TUHAN kehidupan duniawi ???!!!
SUDUT PANDANG SURAH :
Bagaimanapun TIDAK LOGISNYA
AL-QUR’AN MENURUT KITA, diperingatkan Tuhan bahwa pada akhirnya wahyulah
yang akan membuktikan dia-lah yang BENAR Banyak
manusia terperosok dalam meng-illah-kan RATIO.
20.
QUR’AN SURAH XX :
THAHAA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah ini ialah kalimat ghoib sebagai pembuka surah. Kemudian diikuti
dengan pernyataan bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia,
karena datang dari Yang Maha Pengasih.
TEMA SURAH :
Kemudian diikuti oleh kisah Musa mulai dari kelahirannya
sampai ia melepaskan Bani Israil dari
cengkeraman Fir’aun. Kisah Adam sampai diturunkannya ke dunia dan sebab
diturunkannya wahyu.
Wahyulah yang dapat mengentaskan Bani Israil dari cengkeraman Fir’aun dan
wahyulah yang dapat menyelamatkan kehidupan dunianya Adam ; menentang wahyulah
yang menyebabkan hancurnya kaum ‘Aad, Tsamud dan yang lain lain. Hendaklah umat
Muhammad menyadari akan hal ini, bahwa hanya Al-Qur’anlah yang akan memudahkan dan menyelamatkan
kehidupan duniawi.
SUDUT PANDANG SURAH :
Hanya WAHYU-lah yang akan menyelamatkan kehidupan dunia
ini dan kehidupan sesudahnya, meskipun banyak manusia yang menganggap Al-Qur’an
itu TIDAK LOGIS, MENYULITKAN ORANG HIDUP dan MEMBERATKAN JALAN HIDUP.
21.
QUR’AN SURAH XXI :
AL AN-BIYAA’/ PARA NABI
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah tidak terdapat pada ayat-ayatnya, namun
dapat difahami, karena surah ini banyak mengandung tentang kisah para Rasul,
dialog dialog antara Tuhan , Rasul-Nya dan manusia. Subjek utama yang
didialogkan ialah masalah kiamat dan wahyu sebagai hudaa dan furqon yang harus
digunakan manusia. Argumentasi dan penjelasan Tuhan selalu didasarkan pada :
R Tujuan penciptaan kehidupan dan manusia serta
R Kedudukan manusia sebagai khalifah, sehingga manusia itu
penerima amanah yang harus mempertanggung-jawabkannya kelak.
Ternyata
meskipun dialog dialog itu menggunakan cara rasional, namun manusia tidak dapat
menerimanya, karena
manusia lebih banyak mendasarkan tindakannya hanya mengikuti keinginannya,
mendasarkan pada anggapan dan persangkaan saja , mengikuti
terminologi Al-Qur’an mengikuti nafs-nya.
Kalau
kita perhatikan benar disamping dialog-dialog yang bersifat argumentatif,
seperti membuktikan ke-maha-kuasanya Tuhan dengan fenomena fenomena alam dan
kejadian pada diri manusia, juga ada yang bersifat motivatif, dengan memperlihatkan
apa yang terjadi pada mereka yang mengingkari para rasul dan wahyu, dan apa
yang pasti akan terjadi dikelak kemudian hari, setelah datangnya hari akhir
kehidupan ini.
TEMA SURAH :
Dinyatakan
dengan tegas bahwa manusia itu bertindak lebih banyak mengikuti nafsunya
daripada akalnya, meskipun manusia telah mampu menggunakan akalnya sehingga
dapat menguasai kehidupan dan survive didalamnya. Namun apa yang diciptakan
manusia sebagai ilmu, sesungguhnya hanyalah suatu upaya trial and error, karena manusia itu sesungguhnya tidak mengetahui
hakekat realita.
Manusia lebih banyak mendasarkan tindakannya pada keinginannya dari pada akalnya.
Lihat perubahan penggunaan E (mosional ), Q (uotient)
untuk mengganti I (ntelectual), Q (uotient).
SUDUT PANDANG SURAH:
Surah ini menunjukkan sifat dan hakekat ilmu sebagai
hasil olah nalar manusia. Namun ilmu tidak mungkin mencapai kebenaran,
karena manusia BERTINDAK LEBIH BANYAK MENDASARKAN
PADA KEINGINAN DARIPADA AKALNYA.
inilah sebabnya diutusnya para Nabi untuk digunakan sebagai contoh dan
tauladan.
22.
QUR’AN SURAH XXII :
AL-HAJ.
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah terdapat pada ayat 26-29 yang merupakan bagian dari topik ke 2
(25-41) yang dibuka dengan
R Ancaman terhadap siapa yang menghalangi manusia yang berjalan
dijalan Allah
R Ancaman terhadap yang mengerjakan kejahatan di Masjidil Haram
yang telah dijadikan tempat beribadah bagi semua manusia, dengan adzab yang
berat.
R
Kemudian
diikuti perintah pengumuman pada semua manusia untuk menunaikan haji, supaya
menyaksikan/memperoleh manfaat-manfaat, dan dilanjutkan dengan tata cara haji.
R
Selanjutnya
dijelaskan bagi siapa yang menghormati larangan Tuhan itu, lebih baik dengan
mengikuti perintah-Nya dengan ichlas tanpa mempersekutukannya.
R Seterusnya diterangkan bahwa korban itu disyare’atkan pada semua
umat bukan hanya umat Muhammad dan siapa yang berserah diri serta patuh
pada-Nya, ialah mereka yang bergetar
hatinya waktu mendengar nama -Nya.akan mendapatkan pahala disisi-Nya.
Topik
ditutup dengan idzin berperang bagi orang-orang mukmin yang diperangi, atau
diusir dari kampung halamannya tanpa ada alasan dan yang diidzinkan berperang
ialah mereka bila diberi kekuasaan dimuka bumi
dan tetap mendirikan shalat, membayar zakat, ber-’amar ma’ruf dan nahi
mungkar.
TEMA SURAH :
Perintah
menunaikan ibadah haji ditujukan pada SEMUA MANUSIA, bukan pada para kaum mukmin, untuk
mendapatkan manfaat; diyakinkan Tuhan bahwa akan datang manusia
berduyun-duyun dari daerah yang dekat maupun jauh. Jadi ibadah haji itu
ditujukan bagi semua orang yang mengaku muslim,(karena Mekkah diharamkan bagi
manusia non-muslim) untuk memperoleh manfaat dari pengalamannya waktu ber-haji.
Berhaji itu berarti : meninggalkan kehidupannya sehari-hari dengan
segala macam predikat dan keistimewaannya, meninggalkan semua yang dicintainya,
menyaksikan dan menapak-tilasi perjalanan seorang yang HANIF (Nabi Ibrahim),
berkumpul dengan semua macam manusia dengan berpakaian dan cara ibadah yang
sama kepada Tuhan yang sama.....inilah hal-hal yang dapat ditarik
manfaatnya bagi manusia yang telah mengaku muslim. Jadi naik haji bukan MELENGKAPI ibadah yang
lain, tetapi MENAMBAH DALAM PENGHAYATAN
KESADARAN-KEMAKHLUKAN dan KE-IMANAN, memperkuat UCHUWAH DINIYAH yang
kemudian akan meningkatkan ke-musliman-nya. Inilah sebabnya perintah haji itu
hanya sekali seumur hidup dan berlaku bagi mereka yang cukup mampu dalam bidang
fisik dan sosial-ekonomis.
SUDUT PANDANG SURAH:
Untuk meningkatkan diri sebagai HAMBA/MAKHLUK
TUHAN, manusia wajib satu kali meninggalkan kehidupan duniawinya
sehari-hari, artinya manusia harus menyediakan waktu untuk kontemplasi. MELAKSANAKA IBADAH HAJI merupakan pelaksanaan
kontemplasi UMAT MANUSIA SEDUNIA.
23.
QUR’AN SURAH XXIII :
AL-MUKMINUN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama
judul surah terdapat pada topik pembuka surah ( ayat 1 s/d 11) yang menerangkan
sifat-sifat orang-orang mukmin ( 6 sifat utama ) dan mereka itulah yang dijamin
Tuhan akan mewarisi
surga. Sosok seorang mukmin ialah :
R Khusyuk dalam
sholat,
R Menghindar dari
pembicaraan yang sia-sia,
R Menunaikan zakat,
R Menjaga kehidupan
sex-nya,
R Memelihara amanat
dan janjinya dan
R Memelihara shalatnya.
TEMA SURAH :
Topik
sentral surah menggambarkan sosok
seorang mukmin yang mampu menjaga kehidupan ini, ialah mereka yang :
R Khusuk dalam sholat ialah mereka yang mendirikan sholatnya
karena keyakinannya akan menemui Tuhannya kelak/mempertanggung-jawabkan
amanah-nya. Sholatnya orang demikian pasti mampu mencapai tujuan sholat ialah
mengikis fachsya dan mungkar
R Menghindari pembicaraan yang sia-sia ialah menjaga diri
terjerumus dalam hal-hal yang menuju ke kemungkaran, diantaranya lahirnya
fitnah dan gossip
R Menenuaikan zakat artinya membersihkan hak miliknya dari hak hak
orang lain melalui cara mencari dan penggunaan yang benar
R
Menjaga
furuj berarti menjaga keturunan dan sendi kehidupan yang terkecil ialah
keluarga
R Memelihara amanat dan janji berarti meneguhkan hubungan antar
manusia
R Memelihara sholatnya berarti, selalu menjaga diri dari fachsya
dan kemungkaran
Mereka inilah yang akan mewarisi surga, BUKAN
DUNIA. Masih banyak manusia yang tidak dapat menerima
kenyataan,bahwa masih banyak kaum muslim yang hidup sebagai manusia kelas
rendah. QS. Al Anbiya’ ayat 105, bumi akan diwarisi oleh mereka yang sholeh; ayatnya
ke 94, menyatakan bahwa amal yang tidak sia-sia ialah amal baik
(‘amilush-sholichin) dari manusia yang beriman. Jadi ada amal baik (dipandangan
manusia) yang sia-sia dipandangan Tuhan.
SUDUT PANDANG
SURAH :
Pandangan manusia tentang BAIK
DAN BURUK berbeda dengan pandangan Tuhan, karena KRITERIA YANG DIGUNAKAN BERBEDA. Jadi penilaian baik-buruk,
untung-rugi harus dilandaskan pada pengertian BENAR-SALAH.
by A.Baghowi Bachar