Translate

Telusuri via Blog Ini

Selasa, 02 Juni 2020

Puisi Bapak JOKOWI 2014


-ISLAM RAHMATAN ALAMIN-

“Semua orang boleh ragu dengan agamaku tapi saya tidak ragu dengan iman dan imamku dan saya tidak pernah ragu dengan Islam agamaku.
Saya bukan bagian dari kelompok yang mengaku Islam yang punya tujuan mewujudkan negara Islam.
Saya bukan bagian dari yang mengaku Islam tapi suka menebar teror dan kebencian.
Saya bukan bagian dari kelompok Islam yang sesuka hatinya mengkafirkan saudaranya sendiri.
Saya bukan bagian dari segelintir Islam yang menutupi perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan sorban.
Saya bukan bagian dari Islam yang membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat.
Saya bukan bagian dari Islam yang membawa azas partainya untuk korupsi dan hidup bermewah-mewah.
Saya bukan bagian dari Islam yang menciptakan perang bagi sesama Islam.
Saya bukan bagian dari Islam yang menindas agama lain.
Saya bukan bagian dari Islam yang arogan dan menghunus pedang ditangan dan dimulut.
Saya bukan bagian dari Islam yang suka menjejerkan fustun-fustunnya.
Saya Jokowi bagian dari Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di Negara RI yang memegang teguh UUD 45. Bhinneka Tunggal Ika adalah rahmat dari Tuhan."


Joko Widodo 24 Mei 2014


Menarik  puisi  tersebut  banyak dikomentari  oleh beragam rakyat-nya, antara lain sebagai berikut:


HN
Puisi nya bagus faktanya ummat islam..faktanya dilapangan jauh seakan tdk memiliki pemimpin yg berjuang dengan agamanya untuk kemaslahatan semua

AR
Sudut pandangan saya jokowi presiden sipil yg terbaik ditengah lingkaran militer post orba.


HN
Terlama kando yg lain sebentar tapi tdk disukai


AR
Inilah politik. Melihat dari sudut kepentingan, melihat dari sudut atribut - formalistik, islam yg dibungkus dari segi aliran, seperti Sunni - Syiah;  NU - Muhammadiyah; Arab - bukan Arab; Islam instant dan tidak instant; dll.. Dalam segi kepemimpinan, pimpin islam - non islam; sipil - militer; demokrasi - non demokrasi; dll. Sejarah pun mencatat dalam masa kolonial - imperalisme, barat - timur; bagaimana eksistensi bangsa - negara indonesia dari perspektif semua itu diatas ? Tidak ada yang pasti atau bisa mengklaim kondisi " terbaik " yg diakui semua orang - indonesia, termasuk " umat islam"; artinya jokowipun tidak bisa sempurna " memuaskan " semua orang indonesia yang majemuk; walaupun beliau "seorang muslim" . Itulah yang telah terjadi dibanding jaman "rezim orba "

HM
Sayang.... Cuma puisi · 

URI
YaAllah yaaRobb. Semoga segera terwujud. Tapi kapan.....Hanya mimpi klo diaa.

SY
Kasihan juga kak kata2 jokowi seolah2 islam adalah jelek....ya
ISLAM adalah islam yang sesuai dgn alquran dan sunah....
Kata nabi siapa yg keluar dari alquran dan sunahku maka bukan dari golonganku.....meskipun kedoknya menamakan islam.....


Seorang  Presiden Indonesia adalah  buah dari  produk  sistem demokrasi yang dianut dan menjadi pilar ketata-negaraan bangsa dan negara republik indonesia; buah pilihan rakyat indonesia yang diwakili oleh partai politik dan sistem pemilihan umum yang langsung (pilpres); buah pemilihan yang  ditetapkan oleh lembaga penyelenggara yang bernama Komisi Pemilihan Umum(KPU) dan Badan Pengawas Pemilu(BAWASLU); buah yang ditetapkan dan disumpah oleh Mahkamah Agung di depan badan rakyat , MPR,DPR,DPD dan seluruh rakyat indonesia. Seorang   Presiden RI adalah pemimpin tertinggi dari Lembaga kepresidenan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif , penyelengaraan Pemerintahan Negara Republik Indonesia yang bekerja sama dengan Lembaga Negara lain pemegang kekuasaan  Legislatif, dan Yudikatif.

Seorang  Presiden RI menjadi harapan seluruh rakyat-bangsa indonesia untuk membangun dan mensejahterakan rakyat melalui kerja kerja yang dilakukannya bersama kabinet menteri dan seluruh aparat pemerintah di pusat dan daerah. Seorang Presiden tidak akan berhasil  bila dalam rencana program atau kebijakan kebijakannya tidak didukung  atau dibantu oleh rakyatnya atau berlawanan dengan kepentingan rakyat.  Tetapi kepentingan rakyat atau masyarakat pun beragam yang tentu, tidak selalu sama dengan kepentingan "seorang presiden" sebagai Pemerintah. Apalagi  dalam rencana strategi pembangunan  nasional jangka panjang yang terkait tantangan atau ancaman global tentu langkah pemerintah harus lebih jauh kedepan, khususnya ketahanan pangan, papan, politik, keamanan dan pertahanan, ekonomi. Kesinambungan pembangunan dibidang infrakstruktur yang mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat atau nasional harus terus berlanjut secara dinamis. Demikian juga  pembangunan  sumber daya manusia yang terampil dan bersinergi dengan pembangunan ekonomi, tehnologi, ilmu pengetahuan melalui lembaga pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing global.

Bagaimana  sosok  seorang presiden indonesia yang bernama Bapak Ir. Joko Widodo(Jokowi) ?
Siapa   dan Apa  Jokowi  ?   Agama dan sukunya ?, darimana asalnya ?  Ibu dan bapak serta saudaranya atau keluarga besarnya ?   Sekolah dan Kuliahnya ?  serta Organisasi yang dikuti ?
Apa pekerjaan sebelumnya atau Usahanya ?. Apa jabatan di birokrasi dan prestasinya ? Apakah  pernah terjerat masalah susila atau hukum ?  Bagaimana  istri dan anak anak serta menantunya ? Bagaimana  hubungannya dengan tetangga atau masyarakat disekitarnya  dulu dan sekarang ?
Bagaimana  perjalanan dalam karier politiknya ? Bagaimana  kerjanya sebagai " boss" atau kepala pemerintahan dari walikota, gubenur sampai presiden ?
Sederetan menyusul  pertanyaan pertanyaan  - terus menurus - bertambah panjang tidak akan putus putus tentang   "siapa dan apa  seorang jokowi" ?

Seolah  meringkas " siapa dan apa dirinya , sejati dirinya ", Jokowi menjawab dengan Puisi yang diberi judul "  ISLAM RAHMATAN  LIL ALAMIN"  yang menunjukan bahwa  dirinya Hanyalah seorang Muslim yang ingin menjadi makhluk dan rahmat bagi seluruh alam( langit dan bumi)-  seperti tulisan awal diatas.
Bagi orang yang membaca puisi tersebut dari sisi " yang dalam" akan menilai Jokowi sedang mengungkapkan sisi eksistensi jati dirinya dan menepis "anggapan negatif orang" selama ini, dan sebaliknya menguatkan anggapan ragu ragu atau positif  orang. Bahasa  puisi adalah bahasa hati, perasaan yang digunakan jokowi kepada orang yang punya hati, perasaan dengan sederhana dan santun dalam bungkus filosofi hidup sebagai seorang muslim dengan jati diri sebagai orang indonesia, orang jawa. Tapi orang yang " dangkal",  Jokowi sedang  mimpi, hanya omong doang(omdo) atau mungkin sedang membohongi atau bahkan dituduh "munafik" karena  Jokowi sebagai "lawan" atau "musuh" atau anggapan tersebut karena orang terhasut berita bohong(hoaks) atau disinformasi tentang Jokowi.

Sebenarnya sederhana saja untuk mengenal, memahami, bahkan mempelajari karakter seorang, khususnya karakter seorang Jokowi yaitu  dengan mengetahui  Biografinya baik yang tertulis dalam buku,maupun diberitakan secara online atau offline( medsos, koran, TV,radio), kehidupan keluarganya, usahanya , perilaku anak anaknya sehari-hari atau bermasyarakat, apa yang dikerjakan dirumah dan diluar rumah serta hubungan dengan orang lain( teman, tetangga, orang lain); khusus dalam amalan ibadah ubudiyah.

Tuduhan negatif kepada Jokowi dilakukan  berulang-ulang dengan topik yang sama dengan metode "branding, fluktuatif dan distortif ,klise"; antara lain seperti bukan islam, turunan cina (walaupun nenek moyang kita juga masih turunan indocina/mongoloid), keturunan PKI(bahkan anggota PKI),  bahkan disangkutkan ibunya bukan ibu kandung, Ijasah palsu, antek asing-aseng, sampai kerjaannya hanya pencitraan-settingan, hanya bisa mengutang, dll.

Sungguh Miris kenyataan demokrasi indonesia, kehidupan seorang " Presiden RI yang bernama Jokowi" yang secara konstitusional adalah juga Pimpinan Lembaga tinggi negara kepresidenan diperlakukan oleh "sebagian rakyatnya"; diwakili oleh orang orang mengaku "wakil rakyat, pejuang sosial, ustad-ulama-habib, emak emak, cendikiawan, "orang penting",dll., - secara sewenang-wenang menyebarkan kebencian, kebohongan tentang jati dirinya, "membunuh karakter pribadinya, juga keluarganya", bahkan menghasut untuk melakukan "makar" dengan alasan " kebebasan pendapat, hak berdemokrasi"dan "atas nama rakyat". Apakah Presiden Jokowi  menggunakan kekuasaannya untuk "mempenjarakan orang tersebut" atau di jaman rezim orba di petikan ?  Tidak. justru orang lain yang mengadukan ke polisi atau menempuh proses hukum yang berlaku. Apakah lembaga  seperti MPR,DPR membela Presiden  terhadap  issu -issu yang merendahkan lembaga Kepresidenan dan Presiden sebagai Pimpinan Negara ?  Tidak. Justru lembaga tersebut yang ber-oposisi untuk menjatuhkan seorang presiden yang sah.

Namun justru sikap Jokowi itulah yang tidak membalas  dengan "kekuasaan yang semestinya" , makin  menunjukan  karakter  Jokowi sebagai pribadi yang kuat, teguh dan sabar, tawadhu. Suatu kepribadian  yang terbentuk, terasah dari proses yang lama dan pengaruh yang kuat dari keluarga, keyakinan diri(agama), pengalaman hidup yang getir sampai sukses.  Tidak mudah mencapai  kesuksesan  tanpa kegagalan, begitu juga sebaliknya kegagalan  dengan kesuksesan. Jokowi  sudah membuktikan dirinya, orang  yang bisa bekerja diluar meja, bukan hanya dibelakang meja dan  dalam keadaan apapun juga;  dimana  kuatnya arus  informasi negatif -yang menerpanya. Bukti dari karakter kepemimpinanpun dapat dilihat dari kariernya sebagai Pengusaha meubel yang sukses dan Pimpinan daerah Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Karakter Jokowi  bukanlah seorang  Politikus tetapi sebagai Pekerja dan Pengusaha  yang kemudian menjadi seorang Praktisi Politik sebagai pimpinan rakyat. Jokowi  bukanlah seorang pimpinan partai politik atau pengurus partai politik, tetapi hanya seorang kader partai politik. Kader partai yang menjadi Pimpinan daerah( Walikota solo dan Gubenur DKI Jakarta) sampai puncaknya Pimpinan Negara - Presiden RI selama  dua  periode. Sesuatu hal yang bukan kebetulan, Jokowi  terpilih menjadi pimpinan dan tercatat  dalam Sejarah Nasional Indonesia.


bersambung....

Tidak ada komentar: