Translate

Telusuri via Blog Ini

Sabtu, 31 Mei 2025

STRUKTUR WAHYU dalam Al Qur'an


Di dalam upaya menemukan sistematika Al-Qur’an, data dan informasi yang dibahas dalam tulisan ini adalah hal-hal yang tercantum/terkandung di dalam Al-Qur’an, dan pembahasannya pun berdasarkan/digali dari apa yang tercantum di dalam Al-Qur’an, dan perubahan tata tertib dari nuzulnya. Ada beberapa fakta, internal dan eksternal, yang luput atau kurang mendapat perhatian para ulama terdahulu. Fakta internal adalah hal-hal yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an yang menunjang proses penemuan sistematika Al-Qur’an, yaitu:

a.      Tujuan, sasaran dan alasan Al-Qur’an diturunkan

b.      Pernyataan pernyataan Al-Qur’an tentang dirinya dan sifat-sifatnya

c.      Nama yang dipilih untuk judul-judul surah

d.      Persamaan dan perbedaan kandungan antar surah

e.      Bahasa yang digunakan Al-Qur’an

Fakta eksternal yang membantu dalam menemukan sistematika Al-Qur’an merupakan hal-hal yang tidak dikatakan dalam nash-nashnya, tetapi ada di dalam sejarah diturun-kannya Al-Qur’an.  Fakta-fakta yang dimaksud termasuk perubahan tertib susunan ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur’an dari tertib susunan nuzulnya.

A. Fakta Internal

a.  Tujuan, sasaran dan alasan Al-Qur’an diturunkan

Jumat, 30 Mei 2025

SEJARAH PENGGALIAN METODA TAFSIR (Al Qur'an)

 

Ilmu tafsir yang hingga sekarang lazim diakui atau dianggap baku dikenal dengan istilah Ulumul Qur’an. Penggalian ilmunya terutama didasarkan pada ilmu bahasa. Penunjang utama ilmu tafsir adalah Asbabun Nuzul dan ilmu hadits, sedangkan tujuan Ulumul Qur’an adalah untuk memahami wahyu melalui ilmu bahasa yang dipakai Al-Qur’an. Karena pada saat itu bangsa Arab belum memiliki ilmu pengetahuan sosial yang cukup maju (selain ilmu syair) seperti halnya bangsa-bangsa tetangganya, wajar bila usaha pemahamannya tentang Al-Qur’an dilakukan terutama dengan menggunakan pendekatan filologik-literer.

Ulumul Qur’an tampaknya tidak memberikan informasi dalam bentuk metoda penafsiran melainkan hanya persyaratan penafsiran. Dengan metoda Ulumul Qur’an, Al-Qur’an dipandang sebagai kumpulan dari 6236 ayat yang satu sama lain tidak tampak saling berhubungan, tidak ada makna tertentu yang diberikan pada tertib susunan surah maupun ayatnya. Kedudukan ayat dan surah di dalam Ulumul Qur’an tidak dianggap penting. Surah yang mengelompokkan ayat-ayat hanya dianggap sebagai alamat/tempat ayat berada, dan judul yang dipakai tidak mendapat perhatian sama sekali. Selain itu, makna dibalik perubahan tertib susunan nuzul ayat dan surah menjadi bentuk Al-Qur’an diabaikan.

Ada dua periode sehubungan dengan penerimaan wahyu oleh manusia, yaitu:

a.  Periode kenabian. Selama masa ini, manusia dibimbing secara langsung oleh Nabi dalam memahami wahyu. Usaha pemahaman ini dilakukan sedikit demi sedikit dengan topik / cakupan yang berhubungan dengan kejadian atau kondisi masyarakat saat itu, baik kondisi mental-spiritual maupun sosiokultural. Sehingga bisa dikatakan bahwa cara pemahaman wahyu pada periode ini bersifat tekstual dan praktikal.

b.    Periode paska kenabian. Manusia mempelajari wahyu tanpa bimbingan seorang Rasul secara langsung. Wahyu yang berupa Al-Qur’an dipelajari dengan tambahan informasi berupa  sunnah Nabi.

Dari fakta di atas dapat dipertanyakan, mengapa Allah mengubah tertib susunan ayat-ayat dan surat-surat menjadi seperti yang ada di Al-Qur’an. Apakah ini berhubungan dengan metoda penyampaian wahyu tekstual setelah nabi wafat? Yang jelas, dengan perubahan ini maka metoda penafsirannya pasti juga berubah. Ulumul Qur’an sebagai metoda tafsir sama sekali tidak memasukkan fakta tersebut sebagai pertimbangan dalam cara menafsirkan wahyu, sehingga wahyu digambarkan sebagai kumpulan ayat-ayat saja. Apakah ini satu sebab sehingga hasil penafsiran yang diperoleh tidak cukup memadai sebagai ‘problem-solving methods’ dalam mengelola kehidupan abad ini dan yang akan datang?.

Ulama tafsir besar, Al Maraghi, pernah mengungkapkan: “….. meskipun kitab tafsir itu bermanfaat, disamping menyingkapkan beberapa persoalan Ad-dien dan mengungkapkan berbagai kepelikan yang sulit dipahami, tetapi kebanyakan telah diberi bumbu-bumbu dengan istilah -istilah ilmu lain misalnya ilmu balaghah, nahwu, shorof,  fikih, tauhid dll. yang semuanya justru merupakan hambatan bagi proses pemahaman para pembacanya. Kadang-kadang kitab-kitab tafsir diberi ilustrasi cerita-cerita yang bertentangan dengan fakta dan kebenaran, bahkan bertentangan dengan akal sehat dan fakta-fakta pseudo-ilmiah yang sulit dipertanggung-jawabkan. Penyebabnya antara lain adalah tidak adanya batasan dalam menafsirkan Al-Qur’an kecuali batasan literer filologik yang sangat tergantung pada kemampuan serta pandangan mufasirnya sendiri, sehingga bersifat ultra subjektif”.

KUMPULAN “buah pikir”


  • "apa adanya" , "kepolosan" , menerima seseorang dengan "yang terlihat" tanpa prasangka, tanpa menilai :siapa?,apa? adalah hal yang "sulit", lebih banyak prasangka dan menilai subjektif.
  • Esensinya manusia, laki laki dan wanita sesuai kodratnya , "bukan apa apa, bukan siapa siapa" sebagai makhluk( diciptakan) -hanya sebagai hamba; Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta.
  • Memahami apa yang orang mau dan aku mau ? butuh " effort " untuk mencapai "deal", sama sama yang dimau, "memberi dan menerima" ; Esensi interaksi sosial/ hubungan sosial haruslah dilakukan dengan "baik"- antara aku dan orang /sejawat/keluarga/etc.
  • Berolah raga ringan, seperti jalan kaki, joging, senam pernafasan,senam yoga, meditasi, selama 15-30 menit .. dapat menghilangkan stress, memulihkan keseimbangan imunitas tubuh, meningkatkan aktifitas otak kanan dan kiri secara seimbang. Lakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu, Inshaa Allah badan kita selalu sehat -bugar secara fisik dan mental; jiwa dan raga dan produktif,
  • Berpikirlah!!!.. dengan banyak sudut pandang, membuat kita jadi terbuka dan toleran terhadap perbedaan, keragaman, pluralitas dan mudah memahami setiap perbedaan perilaku setiap orang, kelompok, masyarakat, bangsa..Itulah "kebebasan berpikir "
  • Pola pikir "lefthanded-mind", atau berpikir pola otak kanan antara lain " out of the book" ; berpikir paralel , berpikir dua sisi atau "mirror minded"
  • "Orang bijak adalah... orang yang selalu bersikap dan berpikir "Hal yang rumit", menjadi sederhana dan lebih realistis-praktis"

Kumpulan “buah pikir”

  • "apa adanya" , "kepolosan" , menerima seseorang dengan "yang terlihat" tanpa prasangka, tanpa menilai :siapa?,apa? adalah hal yang "sulit", lebih banyak prasangka dan menilai subjektif.
  • Esensinya manusia, laki laki dan wanita sesuai kodratnya , "bukan apa apa, bukan siapa siapa" sebagai makhluk( diciptakan) -hanya sebagai hamba; Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta.
  • Memahami apa yang orang mau dan aku mau ? butuh " effort " untuk mencapai "deal", sama sama yang dimau, "memberi dan menerima" ; Esensi interaksi sosial/ hubungan sosial haruslah dilakukan dengan "baik"- antara aku dan orang /sejawat/keluarga/etc.
  • Berolah raga ringan, seperti jalan kaki, joging, senam pernafasan,senam yoga, meditasi, selama 15-30 menit .. dapat menghilangkan stress, memulihkan keseimbangan imunitas tubuh, meningkatkan aktifitas otak kanan dan kiri secara seimbang. Lakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu, Inshaa Allah badan kita selalu sehat -bugar secara fisik dan mental; jiwa dan raga dan produktif,
  • Berpikirlah!!!.. dengan banyak sudut pandang, membuat kita jadi terbuka dan toleran terhadap perbedaan, keragaman, pluralitas dan mudah memahami setiap perbedaan perilaku setiap orang, kelompok, masyarakat, bangsa..Itulah "kebebasan berpikir "
  • Pola pikir "lefthanded-mind", atau berpikir pola otak kananantara lain " out of the book" ; berpikir paralel , berpikir dua sisi atau "mirror minded"
  • "Orang bijak adalah... Hal yang rumit, menjadi sederhana dan realistis-praktis"