Translate

Telusuri via Blog Ini

Jumat, 25 Mei 2012

Becoming to Muslim

Mengharukan, melihat, menyaksikan....proses seorang menjadi muslim (mualaf). Setelah bersyahadat seorang wanita menangis tersedu-sedu dan dikatakan; "masuknya seorang menjadi islam dan siapa-siapa saja, dengan bersyahadat bukan karena siapa-siapa, bukan karena Nabi Muhammad, Kyai, Ulama, Pendakwah, tetapi karena orang itu sendiri yang mendapatkan HIDAYAH dari ALLAH SWT, bahkan Nabi Muhammad SAW, tidak bisa meng-islamkan pamannya Abu Thalib sampai akhir hayatnya; apalagi dengan rayuan atau iming-iming hadiah agar mau pindah agama masuk islam". 

Inilah beda dakwah islam dengan agama lain. Tidak ada paksaan dalam beragama islam, ketika hidayah Allah datang menjadikan seorang menjadi muslim, maka jelas jalan hidupnya memilih syareat islam /syareat ALLAH, tidak ada syareat yang lain selain syareat Allah dan menjadikan Muhammad sebagai contoh hidup dalam menjalankan syareat Allah sehari-hari. "Islam indentik dengan hidayah Allah", bukan simbol atau atribut atau kemasan. "orang yang mendapat hidayah Allah " menjadi "islam" -berarti memilih sikap, cara, perilaku hidup -konsisten pada prinsip / dasar-dasar yang telah Allah tuntunkan dalam Al Quran melalui akhlaq Rasulullah Muhammad SAW dan diwarisi turun temurun oleh orang-orang sholeh sampai akhir zaman sebagai "jalan hidupnya"(way of life). 

Bagaimana seorang Mualaf, tampak lebih konsisten, istiqomah dalam menjalankan syareat islam dari kebanyakan mereka yang "islam turunan" tetapi belum pernah bersyahadat dengan "jiwa fitrahnya" atau pergolakan bathin dalam mencari hidayah Allah? Menjadi Muslim bagi seorang Mualaf adalah suatu proses revolusi -perubahan total indentitas "lama-menjadi baru" dengan segala aspek cara-sikap-perilaku hidupnya "menjadi" -cara pandang hidup," way of life" manusia / ilah ilah lain menjadi "Allah yang Maha Esa" dengan mentauladani rasul-rasul-Nya, terutama Muhammad SAW "saja"-tanpa pilihan lain. Oleh karena itu sudah konsekuesi logis, perubahan hidup yang berbeda dari hidup "style/gaya bukan islam dan menjadi islami" pada keseharian seorang mualaf, yang tampak seperti, seolah-olah lebih konsisten dari kebanyakkan orang - yang mengaku muslim, tapi tidak konsisten -karena mempraktekan gaya hidup yang tidak islami. Suatu hal yang luarbiasa dan mengharukan, "kesabaran,kesholihan seorang mualaf" menjadi contoh bagi mereka yang sudah lama "menjadi muslim" dalam menjalankan hidupnya, betapa sebaliknya sering mereka melihat contoh yang tidak sesuai syareat islam dalam umat islam, namun Subhanallah,...mereka memahami yang Haq dan Bathil.. mereka belajar islam untuk di praktekkan dalam kehidupanya.

Pengalaman penulis, yang sejak lahir menjadi muslim dan belajar agama di sekolah negeri dari TK,SD,SMP,sampai SMA, baru merasakan bersyahadat "yang sebenarnya dan menjadi muslim" setelah menjadi Mahasiswa - setelah melalui proses lama yang bergejolak, berdiskusi, dengan mengkaji keislaman secara informal-intens. Sepertinya hidayah Allah itu datang, seolah -olah seperti menjadi manusia yang baru lahir,- tercerahkan - menjadikan hati/qolbu, akal, pikiran terpatri kepada "kebenaranNya" melalui AL QURAN dan HADIST. Hidup lebih tenang, optimis, lebih ringan tanpa beban menyesak dada, semua berjalan seolah-olah Allah yang merencanakan dan mengaturNYA. Semua datang dan kembali dari dan kepada NYA. Penyerahan diri hanya kepada Allah SWT saja,  menjadikan hidup ini lebih terasa ringan, mudah, optimis, bahagia, bersyukur atas segala nikmatNya. Betapa kita sangat tergantung kepadaNya. 
Allahu akbar...inilah Dienullah yang HAQ.



Tony Blair's sister in law converts to Islam, gives inspiring speech

They Chose Islam 2011 - Nicole Queen


becoming to muslim


Minggu, 08 April 2012

105. QUR’AN SURAH CV : AL -FIIL


XIV.    MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  
ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.
105.  QUR’AN SURAH  CV :   AL -FIIL
TOPIK SENTRAL SURAH :
Surah ini hanya terdiri dari satu topic. Nama surah terdapat pada ayat pertama yang menunjuk pada suatu kejadian penyerangan kota Mekah oleh pasukan gajah dari Afrika. Negara Nasrani.Dilanjutkan bahwa akhirnya penyerangan itu gagal, karena Tuhan menolongnya melalui burung burung yang menghujani mereka dengan batu batu kecil. Tujuan penyerangan itu akan merusak atau memindahkan Ka’bah dari Mekah.
TEMA  SURAH :
Disini suatu kejadian sosial-politis dihubungkan dengan fenomena alam dan pertolongan Tuhan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Perbedaan pandangan antara pandangan WAHYU dan manusia terhadap suatu fenomen sosial-politik. Fenomena alam digunakan sebagai “penyambung”. Ini berdasarkan perbedaan landasan yang digunakan manusia dan wahyu dalam menginterpretasi suatu kejadian. Fenomena kehidupan menurut manusia : suatu interaksi antara manusia dan manusia/Alam, sedangkan menurut wahyu: suatu intervensi manusia terhadap ‘AMR Tuhan.
106.  QUR’AN SURAH  CVI :   AL-QURAISY
TOPIK SENTRAL SURAH :
Surah ini juga terdiri dari satu topik, yang menceriterakan kebiasaan hidup kaum Quraisy [penyembah berhala], ialah mondar-mandir ke negeri lain untuk berdagang /mencari hidup. Hendaklah kaum Quraisy itu menyembah Tuhannya Ka’bah yang memberi makan pada mereka, sehingga tidak mengalami kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan.
TEMA  SURAH:
Seperti surah sebelumnya disini dihubungkan antara aktivitas sosial manusia dengan pertolongan Tuhan.
SUDUT PANDANG SURAH:
Manusia harus sadar, bahwa dia itu makhluk, sehingga semua yang dihasilkan manusia itu pasti ada hubungannya dengan ketergantungannya pada Tuhan. Mengulangi, bahwa tiap aktivitas manusia berarti meng-intervensi terhadap cara Tuhan memelihara makhluk-Nya.
107.  QUR’AN SURAH  CVII :  AL- MAA’UUN/SESUATU YANG BERGUNA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat penutup surah, sekaligus penutup topik sentralnya karena surah ini hanya terdiri dari satu topik. Surah dibuka dengan ayat : Apakah manusia mengetahui siapa yang dapat disebut mendustakan agama? Dilanjutkan dengan jawabannya dengan 5 sifat orang yang termasuk mendustakan agama. Yang terakhir ialah : mereka yang enggan memberi bantuan yang berguna.
TEMA SURAH :
5 sifat manusia yang dikategorisasikan dalam mendustakan agama ialah:
R  Orang yang menghardik anak yatim
R  Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
R  Orang yang shalat , tetapi lalai dalam shalatnya
R  Orang orang yang ria dan
R  Orang yang enggan memberi bantuan yang berguna
3 dari 5 sifat itu mengenai kehidupan bermasarakat, 1 hubungan manusia langsung dengan Tuhannya dan satu hubungan manusia dengan dirinya. Dalam hidup seorang manusia selalu berhubungan dengan DIRI-nya, TUHAN-nya dan sesama MANUSIA.

SUDUT PANDANG SURAH :
Beragama meliputi semua dimensi kehidupan manusia, ialah dimensi spiritual/keyakinan/akidah, dimensi mental/moral akhlaq syare’at ubudiyah dan dimensi sosial/syare’at muamalah.
108.   QUR’AN SURAH  CVIII :  AL-KAUTSAR/NIKMAT YANG BANYAK
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka topik, sekaligus surah yang menyatakan bahwa: Tuhan telah memberi manusia nikmat yang banyak. Kemudian dilanjutkan bagaimana manusia harus menyikapi keadaan tersebut: mendirikan shalat dan siap berkorban. Dilanjutkan dengan hasilnya ialah: terputusnya tali kebencian mereka yang membencinya.
TEMA  SURAH :
Terputusnya tali kebencian antar manusia itu dapat diciptakan dengan mendirikan shalat dan berkorban dalam arti memperhatikan kepentingan sesamanya atau kepentingan pribadi dikalahkan dengan kepentingan umum, karena kesadaraannya bahwa sesungguhnya Tuhan telah memberikan nikmat yang banyak pada manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Tali kebencian merupakan sebab kerusakan kehidupan manusia bersama. Jalan keluarnya ialah mengikis fachsya dan mungkar (shalat) dan menciptakan meratakan nikmat yang diberikan Tuhan diantara semua manusia (berkorban = melepaskan sebagian haknya, yang dimetaforikan dengan mengorbankan kepentingan pribadinya terhadap kepentingan umum).


By  A Baghowi Bachar

(Posting  8 April 2012/6 Jumada I  1433 H)


Sabtu, 18 Februari 2012

8. QUR’AN SURAH XCVIII : AL-BAYYINAH/BUKTI YANG NYATA

XIV.    MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

98.     QUR’AN SURAH  XCVIII :  AL-BAYYINAH/BUKTI YANG NYATA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama, topik pertama (1-5) yang isinya merupakan suatu pernyataan, bahwa diantara orang-orang ahli kitab dan orang-orang kafir itu baru mau beriman bila telah datang suatu bukti. Dilanjutkan dengan keterangan bahwa bukti itu telah didatangkan Tuhan ialah seorang Rosul yang membacakan lembaran lembaran wahyu yang disucikan. Namun manusia justru menjadi terpecah belah, sedangkan mereka hanya disuruh:
R  Menyembah Allah, menerima tuntunannya,
R  Mendirikan sholat dan membayarkan zakat.
Topik ditutup dengan pernyataan itulah agama yang lurus.
TEMA  SURAH :
Seharusnya bukti itu meyakinkan manusia, namun manusia bahkan menjadi terpecah belah karenanya, meskipun apa yang harus diyakini itu sangat sederhana. Mengapa ? Karena perilaku manusia itu hanya mengikuti nafs-nya, bukan akal dan ilmunya.
SUDUT PANDANG SURAH:
Manusia cenderung mengikuti KEINGINANNYA SENDIRI/NAFSUNYA bukan akalnya. Namun manusia tidak akan menerima tuduhan ini, karena nafsunya itu ditutup dengan permainan akalnya.
99.     QUR’AN SURAH XCIX : AL-ZALZALAH/KEGONCANGAN
TOPIK  SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama ,topik pertama (1-5) yang melukiskan apa yang terjadi pada hari kiamat. Dilanjutkan bahwa apa yang terjadi itu karena Tuhan telah memerintah kan bumi untuk mengeluarkan segala isinya.
TEMA SENTRAL SURAH :
Kejadian berantakannya bumi pada hari kiamat, didiskripsikan sebagai alam yang mengikuti perintah Tuhannya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Kiamat itu karena KEHENDAK-NYA, bukan oleh sebab sebab lain, misalnya ulah manusia atau proses alamiah. Dengan demikian maka kiamat diciptakan TIDAK SIA-SIA, artinya pasti mengandung makna.
100.  QUR’AN SURAH  C :  AL-’AADIYAAT/KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama, topik pertama (1-8), yang digunakan sebagai sumpah untuk menguatkan pernyataan, bahwa: manusia itu ingkar, tidak bersyukur pada Tuhannya dan manusia itu sungguh akan menjadi saksi sendiri akan keingkarannya dan sesungguhnya manusia itu sangat bachil, karena lobanya pada harta.
TEMA  SURAH :
Topik ini menjelaskan kecenderungan manusia yang pelukisannya seperti Nafsu yang menguasainya, seperti kuda perang yang dipacu. Dan apa sebab utamanya manusia menjadi demikian ? karena LOBA akan HARTA. Bukankah fenomena social-budaya yang ada membernakan diskripsi itu ?
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia haruslah menyadari memiliki kecenderungan yang dapat merusak kehidupannya ini, karena harus mempertanggung-jawabkan ulahnya. Kecenderungan ini bukan alasan untuk membela diri.

101.  QUR’AN SURAH  CI :  AL-QAAR’IAH/HARI KIAMAT
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama, topik pertama surah (1-5) yang menerang-kan tentang fenomena hari kiamat yang dahsyat.
TEMA  SURAH :
Kedahsyatan hari kiamat yang tidak terbayangkan oleh manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Surah memandang kehidupan dari sisi akhirnya, yang kebanyakan manusia mempercayainya tetapi TIDAK MENYADARI, sehingga tidak diperhitungkan dalam membina hidupnya. Percaya dan sadar, jaraknya jauh. Percaya adanya tanpa tahu maknanya tidak member arti apa apa……..tidak merasa tersentuh, hanya menyaksikan fenomenanya …… dari suatu jarak!
102.  QUR’AN SURAH  CII :  AT-TAKATSUR/BERMEGAH – MEGAH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama, topik pertama (1-3), sebagai satu peringatan yang sangat keras, bahwa perlombaan memperbanyak kekayaan  duniawi ini akan MELALAIKAN manusia akan makna hidupnya. Ayat penutup topik memperkuat lagi dengan kata kata : jangan begitu, nanti kamu akan mengetahuinya.
TEMA  SURAH :
Perlombaan memperkaya diri dalam aspek kehidupan dunia itulah yang melalaikan manusia akan tujuan hidupnya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Sangat berbahaya bagi manusia bila ia berlomba memperkaya kehidupan dunianya. Suatu peringatan yang banyak diabaikan manusia.
103.  QUR’AN SURAH  CIII  :  AL-’ASHR/MASA
TOPIK SENTRAL SURAH :
Topik sentral surah hanya terdiri dari 2 ayat dan nama judul surah digunakan sebagai sumpah untuk menyatakan bahwa manusia  SELALU DALAM KERUGIAN. Masa itu menunjuk pada waktu dan waktu itu dinamis, ada perjalanannya, ada permulaan dan ada akhir.
TEMA  SURAH :
Tema sentral surah ialah suatu pernyataan bahwa dalam perjalanan waktu manusia selalu merugi.

SUDUT PANDANG SURAH :
Disini keadaan manusia dihubungkan dengan perjalanan waktu. Ditegaskan bahwa manusia SELALU dalam keadaan MERUGI. Mengapa ? Waktu itu selalu berjalan maju, seperti pepatah Yunani mengatakan PANTA  RHEI, semua mengalir. Tidak ada jalan kembali! Waktu hanya tahu gerak maju, tidak mengenal gerak mundur. Manusia terbawa dalam arus itu kearah KEMATIAN/AKHIR PERJALANAN, titik tutup buku bagi seseorang. Al-Qur’an mengartikan waktu sebagai suatu RUANG GERAK, kesempatan yang harus dipergunakan/diisi, tidak boleh dibiarkan kosong/tidak diisi. Bagaimana seseorang harus me-manage waktu ? Inilah  SOAL yang diberikan Tuhan.
104. QUR’AN SURAH  CIV :  AL-HUMAZAH/PENGUMPAT
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah, sekaligus pembuka topik pertama yang menyatakan dengan tegas: Celakalah setiap pengumpat lagi pencela; yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya; dia mengira bahwa hartanya dapat menyelamatkannya. Topik ditutup dengan pernyataan: Tidak, sekali-kali tidak. Sesungguhnya ia akan dilempar kedalam huthamah (ayat 1-4).
TEMA  SURAH :
Kata atau sifat pengumpat dan pencela dihubungkan dengan mengumpulkan harta kekayaan (hubbun dunia) dan dinyatakan keduanya akan celaka, tidak dapat menyelamatkan manusia. Peringatan dan ancaman bagi manusia !
SUDUT PANDANG SURAH :
Sifat mengumpat dan mencela disejajarkan dengan pengumpulan harta. Keduanya  merusak hubungan antar manusia, keduanya menghidupkan fachsya dan mungkar. Iri, dengki dan perbuatan fasek. Mengumpat dan mencela itu tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali menyakiti diri.
  
By  A Baghowi Bachar

(Posting 18 Februari 2012/26  Rabi' I 1433 H)


Sabtu, 03 Desember 2011

Artis Terkenal Filipina convert to Islam

Seorang artis terkenal Filipina telah memeluk agama Islam barubaru ini, dan Islamlah yang mendamaikan hidup dan batin kata nya.
“Islam adalah jalan hidup saya sekarang. Selama ini, saya hidup penuh dengan dosa. Namun, Allah SWT memanggil saya pada Islam. Kini, aku begitu dekat dengannya,” tambahnya lagi. Sebagaimana yang dilaporkan abs-cbnnews, 22/11.
Queenie Padilla juga berkata, ayahnya antara orang yang paling sabar dan gembira dengan keputusan yang dibuatnya. Beliau juga berkata “Dalam dunia hiburan seolah berada di persimpangan jalan, antara bahagia dan tersesat”.
Queenie Padilla juga merupakan anak kepada aktor Robin Padilla, “Ayah begitu gembira menunggu saya mengucapkan dua kalimat syahadat,” katanya lagi. Malah dia membuat keputusan untuk mengerjakan haji. Baginya, ibadah haji membantu menyempurnakan keIslamannya.
Beliau juga menyatakan ia mempunyai kewajipan untuk menyebarkan Islam dan ingin bersama sama menikmati keindahan Islam itu bersama masyarakat Filipina khas nya. Beliau menyatakan itu ketika berada di Mekah.
Sekarang beliau sudah berubah dengan mendalami Islam serta berpakaian menutup aurat dan berjilbab. “Saya harus berubah sepenuhnya untuk hidup dengan cara Islam,” tegasnya. Alhamdulillah.http://www.youtube.com/watch?v=YNlN0wlKE8k

Sabtu, 26 November 2011

Pesan Tahun Baru 1 Muharam 1433 Hijriah:


Hijrah dari Sistem Jahiliah Menuju Sistem Islam 
Oleh : Nazli M. Agustina.
Kembali umat Islam memasuki tahun baru hijriah; 1433 H. Tentu bukan tanpa arti Khalifah Umar bin al Khattab ra. Menjadikan peristiwa hijrahnya Rasulullullah SAW dari Makkah ke Madinah sebagai awal penanggalan dalam Islam. 

Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah sesungguhnya merupakan tonggak penting dari babak baru perjuangan umat Islam. Di Madinah Rasulullah SAW membangun peradaban baru dengan negara baru dan sistem kehidupan yang didasarkan kepada Islam. Rasulullah SAW diangkat menjadi pemimpin negara yang bertanggung jawab mengurus urusan umat (rakyat) secara keseluruhan. Sementara hukum yang berlaku adalah hukum Islam. Keberadaan pemimpin, rakyat dan hukum ini cukup untuk mengatakan apa yang dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah adalah sebuah negara atau memenuhi karakteristik sebuah negara. Yaitu negara baru yang unik, yang dihuni oleh warga negara yang beragam (pluralitas bukan pluralisme). Ada Yahudi Bani Auf, Yahudi Bani Najjar, termasuk masih terdapat orang-orang musyrik penyembah berhala. Namun pluralitas ini tidak menghalangi pemberlakuan hukum Islam oleh negara. Sebab hukum Islam memang bukan hanya untuk muslim tapi merupakan rahmat bagi seluruh alam, bagi seluruh manusia, termasuk non muslim. 

Kepemimpinan baru ini sekaligus menggantikan kepemimpinan yang korup, lemah dan menzalimi rakyat, yaitu sistem jahiliah yang tidak manusiawi dan menyengsarakan rakyat. 

Pesan politik dari hijrahnya Rasulullah Saw inilah yang sering dilupakan oleh umat Islam saat ini. Sebagaimana pada masa Rasulullah SAW perubahan mendasar akan terjadi bila terjadi perubahan kepemimpinan dan sistemnya. Ini pula yang akan menjadi solusi terhadap berbagai persoalan dunia Islam, bahkan dunia secara global saat ini. 

Menuju Syariah Islam yang Mensejahterakan

Kita tahu, bahwa dunia saat ini berada di bawah kepemimpinan dan sistem Kapitalisme yang telah membawa bencana kemanusiaan yang luar biasa; kemiskinan global, ketimpangan negara maju dan dunia ketiga, pembunuhan massal atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme di Irak dan Afghanistan, perampokan kekayaan alam dunia ketiga yang memiskinkan rakyat mereka, kriminalitas yang kian meningkat serta krisis spiritual. Ini semua adalah buah busuk yang dihasilkan dari sistem yang rusak ini. 

Jika kita napak tilas hijrahnya Nabi SAW maka kita akan melihat bahwa tatkala risalah Islam diterapkan secara sempurna oleh Rasulullah SAW di Makkah, umat manusia merasakan indahnya hidup di bawah naungan Daulah Islam. Keadaan ini terus berlanjut pada masa Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah yang silih berganti memimpin dunia selama 13 abad. 

Pertama : Politik yang berkeadilan. Dalam politik Islam, Islam memberikan hak dan kewajiban yang sama bagi Muslim dan non Muslim. Diantaranya : seluruh hukum Islam diterapkan atas kaum Muslim, membiarkan non Muslim dengan akidah dan ibadah mereka. Gambaran implementasi konsep politik Islam yang berkeadilan tampak dalam : (1) pemberian sertifikat tanah (Tahun 925 H/1519 M) kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia. (2) Surat ucapan terima kasih dari pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim Khalifah ke AS yang sedang dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggris (abad 18), (3) Pasukan Khilafah Turki Utsmani tiba di Aceh (1566-1577), termasuk para ahli senjata api, penembak dan para teknisi untuk mengamankan wilayah Syamatiirah (Sumatera) dari Portugis. Dengan bantuan ini Aceh menyerang Portugis di Malaka. 

Kedua, Negara menjamin kebutuhan pokok rakyat. Gambaran jaminan kesejahteraan pemenuhan kebutuhan pokok ini terlihat jelas pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah, bahwa tidak ditemukan seorang miskin pun untuk menerima zakat. 

Ketiga, Jaminan pendidikan terbaik dan gratis. Dalam sistem Islam, pendidikan bertujuan menciptakan manusia yang berkepribadian Islam yaitu memiliki pola pikir Islami dan sikap Islami. Penguasaan ilmu pengetahuan dan skill yang mumpuni dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas pendidikan. Gambaran jaminan pendidikan adalah standar gaji guru pada masa pemerintahan Umar bin al Khattab sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gr emas) dan diikuti oleh Khalifah berikutnya. Selain itu, para Khalifah memberikan penghargaan sangat besar terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya. Hal lain juga tampak saat Khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky (Abad 11 H) mendirikan Madrasah an-Nuriyah di Damaskus yang memiliki fasilitas asrama siswa, perumahan staff pengajar dan para pelayan. 

Itulah sebahagian gambaran bagaimana sistem Islam memberikan kesejahteraan hakiki kepada manusia. Sebuah sistem kehidupan yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta dan sesuai dengan fitrah manusia. Perubahan hakiki adalah perubahan yang dapat menyelesaikan secara tuntas seluruh persoalan kaum Muslim di seluruh dunia. Perubahan semacam itu hanya dapat dicapai dengan membangun kekuatan politik internasional Khilafah Islamiyyah yang menyatukan seluruh potensi kaum Muslim baik SDM maupun SDA nya serta menerapkan syariah Islam secara total. 

Karena itu menyatakan penerapan syariah Islam dalam naungan Khilafah tidak wajib adalah suatu kebodohan, sebab ini adalah kewajiban. Juga termasuk kebodohan jika menyatakan bahwa penerapan syariah Islam dalam naungan khilafah adalah ancaman bagi negara dan rakyat. Sebab bagaimana mungkin negara yang akan menerapkan hukum Allah SWT yang memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang dikatakan sebagai ancaman bagi manusia? 

Dengan demikian. Peringatan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW sudah saatnya dijadikan momentum untuk segera meninggalkan sistem Jahiliah, yakni sistem kapitalis-sekular yang diberlakukan saat ini, menuju sistem Islam. Apalagi terbukti, sistem kapitalis-sekular telah menimbulkan banyak penderitaan bagi manusia. 

Penulis: Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

Minggu, 13 November 2011

92. QUR’AN SURAH XCII : AL-LAIL/MALAM


XIV.    MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

92.        QUR’AN SURAH  XCII :  AL-LAIL/MALAM
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pertama surah yang termasuk topik sentralnya (1-10) yang digunakan sebagai sumpah bersama dengan Tuhan yang menciptakan wanita dan pria untuk menyatakan bahwa upaya manusia itu bermacam-macam. Dilanjutkan dengan siapa yang menafkahkan hartanya , Allah akan memudahkan untuk berbuat kebaikan dan siapa yang bachil, merasa dirinya kecukupan dan mendustakan balasan yang baik, maka akan dipersukar jalannya untuk berbuat kebaikan. Topik ditutup dengan pernyataan bahwa hartanya tidak berguna.
TEMA  SURAH :
Tuhan akan membantu meringankan jalan orang-orang yang berjalan dijalan-Nya dan sebaliknya akan menyulitkan jalan mereka yang mendustakan-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia yang menjalankan kebaikan, maka kebaikannya itu akan meringankannya untuk lebih baik dan sebaliknya.
93.             QUR’AN SURAH  XCIII :  AD-DHUHAA/WAKTU MATAHARI SEPENGGALANGAN NAIK
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah, sekaligus topik sentral surah dan digunakan sebagai sumpah dengan fenomena alam yang lain untuk menyatakan jaminan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan manusia dan tidak pula membenci manusia. Topik ditutup dengan pernyataan bahwa akhir perjuangan itu lebih baik daripada permulaan.
TEMA  SURAH :
Dalam saat saat yang berat yang dialami manusia, manusia harus tetap yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya dan keadaan yang berat itu bukan tanda kebencian-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia harus yakin dalam keadaan yang bagaimanapun beratnya Tuhan tidak akan meningglkan nya, dan keadaan itu bukan tanda kebencian-Nya. Ingat bahwa akhir kehidupan bukanlah didunia ini, dan itu pasti lebih baik.
94.        QUR’AN SURAH  XCIV : ALAM NASYRAH/MELAPANGKAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah, sekaligus topik sentral surah yang menegas kan, bukankah Tuhan yang melapangkan dada manusia, meringankan beban yang memberatkan punggungnya, dan meninggikan sebutannya, dan menyatakan selanjutnya bahwa disamping kesulitan pasti ada kemudahan, yang diulang 2 kali. ( 1-6)
TEMA  SURAH :
Manusia dalam menghadapi kesulitan selalu berkeluh kesah, suatu sikap yang merugikan. Diyakinkan Tuhan bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Yang menyatakan ini ialah Tuhan yang meringankan manusia dari bebannya dan melapangkan dadanya dari rasa kesempitan yang menyekik jiwa manusia.
SUDUT PANDANG SURAH :
Suatu landasan optimistik telah diberikan oleh Tuhan yang telah melapangkan dada, meringankan beban manusia yang beriman dan bertawakkal.
95.        QUR’AN SURAH  XCV :  AT-TIIN/BUAH TIIN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah digunakan sebagai sumpah bersama dengan buah Zaitun, gunung Sinai dan negeri Mekah, untuk menyatakan bahwa sesungguhnya manusia itu telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik; kemudian dikembalikan ke tempat yang paling rendah, kecuali YANG BERIMAN DAN BERAMAL SHALEH. ( 1-6)
TEMA SURAH :
Manusia itu sesungguhnya makhluk Tuhan yang diberi bentuk paling baik, tetapi dapat kembali ke jajaran yang paling rendah, sesuai dengan sikap dan perbuatannya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Keadaan manusia itu selalu dalam keadaan yang terombang-ambing, sekali waktu ia berada pada puncak ketinggian kemakhlukan, waktu yang lain dapat merosot kelembah terdalam kemakhlukan. Untuk mempertahankan dirinya dalam puncak ketinggian kemakhlukan manusia harus BERIMAN dan BERAMAL SHALEH, artinya aktif dalam kancah kehidupan namun tetap dalam norma kemukminan.
96.        QUR’AN SURAH  XCVI :  AL-’ALAQ/SEGUMPAL DARAH
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah sekaligus topik sentralnya (1-8), yang merupakan perintah untuk :- membaca dengan nama Tuhan yang menciptakan manusia dari segumpal darah; Tuhan yang paling Pemurah dan yang mengajarkan manusia dengan kalam apa yang tidak dapat diketahui manusia. Dilanjutkan dengan pernyataan yang konfirmatif, bahwa manusia itu suka MELAMPAUI BATAS, karena ia merasa berkecukupan. Topik ditutup dengan ketegasan bahwa manusia pasti kembali pada Tuhannya.
TEMA  SURAH :
Bahwa manusia itu suka melampaui batas, karena ia merasa berkecukupan itu pasti,  karena Tuhan yang mengajarkan manusia via kalam-Nya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia wajar, patut sampai wajib MEMPERCAYAI  apa yang dituliskan dalam wahyu, karena yang menuliskan itu Tuhan yang Maha Pemurah dan yang menciptakan manusia.
97.        QUR’AN SURAH  XCVII :  AL-QADR/KEMULIAAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada pembukanya yang menyatakan bahwa malam diturunkannya Al-Qur’an itu merupakan malam yang mulia.
TEMA  SURAH :
Saat Wahyu terakhir diturunkan Tuhan saat yang mulia. Kemuliaan ini karena ada sesuatu yang sangat penting yang terjadi. Jadi suatu kejadian dapat meningkatkan NILAI waktu dan ruang / tempat  kejadian. Waktu kita kalau tidak kita isi dengan sesuatu tidak bernilai; kalau diisi dengan amal baik, maka waktu bernilai positif, sebaliknya kalau kita isi dengan kebatilan, maka nilainya menjadi negative. Begitu pula dengan tempat atau lingkungan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Nilai lingkungan itu ditentukan oleh suatu kejadia yang mengisinya. Tergantung dari macam kejadiannya , nilai lingkungan itu dapat tambah atau berkurang, begitu pula UMUR MANUSIA. Panjang umur tidak menentukan banyaknya kebaikan seseorang !

By  A Baghowi Bachar

(Posting 13 November 2011/ 17 Dh-Hijja 1432 H)

Sabtu, 05 November 2011

Renungan


Makna dan Hikmah Berkorban  


Ajaran berkorban sebenarnya telah dilaksanakan sejak awal sejarah kemanusiaan, yaitu oleh Habil dan Qobil, putra Nabi Adam. Kurban Qobil ditolak, karena dilakukan tidak dengan hati yang ikhlas dan bukan harta yang terbaik. Berbeda dengan itu adalah kurban yang dilakukan oleh Habil, diterima oleh Allah. Habil mengorbankan hartanya yang terbaik dan dilakukan dengan penuh keikhlasan. 

Selanjutnya ajaran kurban juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Peristiwa yang sangat dahsyat, bahwa yang dikorbankan oleh Nabi Ibrahim adalah satu-satunya putranya, yang sangat dicintai. Tugas berat itu dilaksanakan olehnya untuk memenuhi perintah Tuhan yang diterima lewat mimpi. Keduanya, baik Ismail maupun Ibrahim memenuhi perintah itu, sekalipun tugas itu amat berat, karena di luar batas-batas kemanusiaan. 

Melihat sejarah Habil dan Qobil hingga Ibrahim dan Ismail, maka rupanya kurban adalah menjadi pintu yang harus dilalui untuk meraih derajat mulia di sisi Tuhan. Bahwa kemuliaan sejati harus dibayar dengan cara berkorban dan bukan dibeli. Berkorban berbeda dengan membeli. Berkorban adalah memberikan sesuatu miliknya yang terbaik yang didasari oleh rasa ikhlas. 

Kemuliaan seseorang tidak bisa didapatkan dari cara membeli, tetapi hanya bisa diperoleh dari berkorban. Betapa mulianya berkorban sebenarnya juga bisa ditangkap dari perjalanan hidup manusia di setiap waktu, tidak terkecuali pada zaman sekarang ini. Orang-orang yang mau berkorban akan selalu mendapatkan kemuliaan. Para pahlawan bangsa hingga nama mereka diingat, sejarah hidupnya selalu dijadikan tauladan, dan kata-katanya dijadikan pegangan hidup adalah karena pengorbanannya. 

Pada saat sekarang ini, jiwa dan kesediaan berkorban terasa semakin hilang dan digantikan dengan kebiasaan bertransaksi, atau berjual beli. Tidak sedikit pemimpin tatkala mendapatkan posisinya itu diperoleh dari berkorban, melainkan dari membeli atau bertransaksi, hingga muncul istilah jual beli jabatan. Akibatnya, yang bersangkutan sama sekali tidak mendapatkan kemuliaan dari jabatannya itu. Sebaliknya, justru menjadi nista, yaitu dikejar-kejar kejaksaan, polisi atau KPK dan akhirnya dipenjarakan. 

Pada saat sekarang ini, di tengah-tengah hiruk pikuk terjadinya berbagai penyimpangan, korupsi, manipulasi, dan berbagai mafia yang berakibat merendahkan derajat kemanusiaan, maka para pemimpin bangsa seharusnya segera menyeru untuk melakukan gerakan berkorban, dan bukan bertransaksi. Bertransaksi, termasuk transaksi kekuasaan telah terbukti berakibat mensengsarakan dan bahkan menistakan diri yang bersangkutan. 

Sejarah Habil, Ibrahim dan Ismail, bahkan juga sejarah para pahlawan bangsa kita telah memberikan tauladan yang sangat mulia, yaitu berkorban dari apa yang terbaik dan dilakukan dengan ikhlas. Jika bangsa ini ke depan ingin mendapatkan kemuliaan, maka tauladan itu harus dijalani. Gerakan berkorban, harus dimulai dari atas, yaitu dari semua kalangan elite bangsa. Sebaliknya, kebijakan berupa meningkatkan fasilitas para pejabat, termasuk berbagai tunjangan, remunerasi yang akan diterima, -------di tengah-tengah rakyat yang belum sepenuhnya makmur seperti sekarang ini, maka perlu dihindari. 

Di tengah-tengah rakyat sedang mengalami kesulitan hidup seperti sekarang ini, mestinya para pemimpin dan pejabat pemerintah, bersedia berkorban. Gerakan berkorban sebenarnya adalah juga sekaligus sebagai cara mudah, murah, dan sederhana menghilangkan kebiasaan korupsi dan hidup serakah. Orang yang terbiasa memberi atau berkorban akan menjauhkan diri dari hidup berlebih-lebihan, tamak, dan serakah. 

Untuk menghilangkan korupsi di negeri ini harus ada gerakan mengubah budaya. Yaitu budaya menerima harus diubah menjadi budaya memberi. Memberi atau memposisikan tangan di atas akan selalu lebih mulia dari tangan di bawah, apalagi diperoleh dengan cara mencuri atau korupsi. Hari raya kurban yang sebentar lagi tiba, harus dijadikan momentum untuk memulai gerakan mulia itu. Wallahu a’lam

Senin, 31 Oktober 2011

86. QUR’AN SURAH LXXXVI : ATH-THAARIQ/YANG MUNCUL DI MALAM HARI


XIV.    MAKNA NAMA JUDUL TIAP SURAH
TOPIK ATAU SUB-TOPIK SENTRAL  YANG MEWARNAI KANDUNGAN TIAP SURAH  ATAU MENENTUKAN TEMA SURAH.

86.        QUR’AN SURAH  LXXXVI :  ATH-THAARIQ/YANG MUNCUL DI MALAM HARI
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah digunakan sebagai sumpah untuk memperkuat menyadarkan manusia siapa sesungguhnya manusia itu, dan kemampuan Tuhan untuk membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat, hari dibukanya semua rahasia. Dan manusia pada hari itu tidak berdaya dan tidak ada yang bisa menolong.
TEMA SURAH :
Menyadarkan manusia tentang hari kiamat dan bahwa manusia itu langsung diawasi Tuhan, sehingga manusia harus berfikir seratus  kali kalau ingin mengingkari Tuhannya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia itu selalu dalam pengawasan Tuhan dan suatu waktu semua rahasianya akan dibuka, sejelas munculnya bintang dimalam hari.
87.        QUR’AN SURAH  LXXXVII :  AL-A’LAA/YANG PALING TINGGI
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah sekaligus pembuka topik ( 1-11), diperintahkan pada manusia untuk bertasbigh pada Tuhan yang Maha Tinggi , yang menciptakan dan menyempurnakan serta menentukan ukuran dan memberi petunjuk. Dilanjutkan dengan penegasan tentang diturunkannya wahyu pada Nabi-Nya dan Nabinya tidak akan lupa apa yang diturunkan padanya, memberi taufik dan  perintah pada Nabinya untuk memberi peringatan pada manusia. Topik ditutup dengan pernyataan bahwa mereka yang takut pada Tuahannya akan mendapatkan pelajaran dari peringatan itu dan mereka yang celaka akan menjauhinya.
TEMA  SURAH :
2 hal yang ditegaskan, ialah : 
R  Nabi tidak lupa terhadap wahyu yang diterimanya 
R  Peringatan bahwa wahyu hanya berguna bagi mereka yang takut pada Tuhannya, sedangkan yang celaka akan menjauhinya.
SUDUT PANDANG SURAH:
Kesadaran akan jati diri, akan melahirkan rasa takut pada Tuhan dan barulah wahyu mempunyai arti baginya.
88.        QUR’AN SURAH  LXXXVIII :  AL-GHAASYIYAH/HARI PEMBALASAN
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah, sekaligus topik pertamanya (1 -16) yang dengan nada pertanyaan menegaskan akan kebenaran kiamat, dimana manusia akan dibagi dalam 2 golongan, manusia dengan muka murung dan bermuka berseri-seri, sebagai hasil dari ulah mereka selama hidup. Dan mereka akan ditempatkan ditempat masing masing, neraka dan surga.
TEMA  SURAH :
Surah menegaskan akan datangnya hari kiamat, hari pertanggungan jawab dan pembalasan.
SUDUT PANDANG SURAH :
Memperkuat surah surah yang lain yang menegaskan akan tibanya hari kiamat, hari pertanggungan jawab, hari manusia menyadari apa yang telah diperbuat selama hidupnya dan hari pembalasan.
89.        QUR’AN SURAH  LXXXIX :  AL-FAJR/FAJAR
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah dan topik pertamanya (1-!4) sebagai sumpah bersama dengan waktu yang lain, seperti malam yang 10, yang genap dan yang ganjil, untuk mengingatkan kembali apa yang telah dialami oleh kaum ‘Aad, Iram dan Tsamud serta kaum Fir’aun, karena mereka mengingkari Rasul dan wahyu yang dibawanya. Topik ditutup dengan menegaskan bahwa manusia itu selalu dalam pengawasan Tuhan.
TEMA  SURAH :
Haruslah masuk dalam kesadaran manusia bahwa manusia itu selalu dalam pengawasan, sehingga tidak mungkin manusia memungkiri apa yang telah diperbuat dalam hidupnya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan akan memudahkan manusia dalam menjaga diri dan mencegah perbuatan bathil.
90.        QUR’AN SURAH  XC :  AL-BALAD/NEGERI
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah terdapat pada ayat pembuka surah sekaligus topik pertama surah (1-14) yang dugunakan sebagai sumpah ( dengan negeri yang dimaksud ialah Mekkah)bersama kata bapak dan anak, untuk menyatakan bahwa hidup ini merupakan suatu perjoangan yang berat bagi manusia. Untuk itu manusia telah diberi mata, lidah dan bibir ? Manusia mengeluh : aku telah mengeluarkan harta yang banyak, seolah olah tidak ada seorangpun yang memperhatikannya. Tuhan memperhati kan manusia! Topik ditutup bahwa manusia telah diberitahukan adanya 2 jalan, tetapi manusia tidak memilih jalan yang mendaki.
TEMA  SURAH :
Demi tempat hidupnya dan keluarganya (manusia mempertanggung-jawabkan kelurganya) manusia itu harus menghadapi perjoangan yang berat untuk menyelamatkan kehidupannya di dunia. Tuhan tahu ini, sehingga menunjukkan adanya 2 macam jalan yang bisa dipilihmya, jalan Tuhan yang mendaki atau jalan manusia yang datar atau menurun.
SUDUT PANDANG SURAH :
Manusia harus menyadari bahwa untuk menyelamatkan kehidupannya manusia harus BERJUANG KERAS. Untuk menyelamatkan seluruh kehidupannya termasuk kehidupan uchrowinya manusia harus MEMILIH JALAN YANG MENDAKI. Bagaimana ujud jalan yang mendaki itu akan diterangkan dalam topik selanjutnya.
91.        QUR’AN SURAH  XCI :  ASY-SYAMS/MATAHARI
TOPIK SENTRAL SURAH :
Nama judul surah yang terdapat pada ayat pembuka topik sentral surah digunakan sebagai sumpah, bersama dengan fenomena alam yang lain serta jiwa dan Yang menyempurna - kan untuk menegaskan bahwa Tuhan meng-ilhamkan  kefasikan dan ketakwaan pada jiwa itu. Topik ditutup dengan pernyataan bahwa berbahagialah siapa yang membersihkan jiwa dan merugilah mereka yang mengotorinya. ( 1- 10).
TEMA  SURAH :
Tiap manusia pada hakekatnya telah mengetahui bahwa pada dirinya bersemayam kefasekan dan ketakwaan. Ini sebagai pilihan Tuhan yang ditawarkan pada manusia. Dengan demikian manusia yang memilih, maka dia yang harus mempertanggung-jawabkan,Tergantung dari manusia yang mana yang di pilihnya.
SUDUT PANDANG SURAH :
Pada diri manusia itu ada 2 kecenderungan. Tinggal tergantung dari manusia sendiri kecenderungan yang ingin diikutinya. Ini adalah REALITA, seperti riilnya matahari bulan, malam dan siang. Inilah penjabaran, TIDAK ADA PAKSAAN DALAM BERAGAMA !

By  A Baghowi Bachar

(Posting  31  Oktober   2011/04  Dh-Hijja 1432 H)